Happy reading....
Aku tersenyum sambil berjalan cepat menghampiri sahabatku, "Wo ... hohoho seperti berada di ruang hampa udara Dit ...” kataku sambil menhempaskan pantat di bangku taman tepat sebelah sahabatku itu.
“Kenapa? Hehe ...” tanya Dita terkekeh,
“Itu konsep sekripsiku tidak di periksa Dit? Eeh malah matanya itu Dit, menatapku tak henti-henti, sampai aku gak bisa bernafas,” katanya berapi-api.
“Terus, Za?" tanya Dita dengan tatapan ingin tahu.
“Hehehe ... aku bilang aja sambil menunjuk mukaku. Maaf sekripsinya bukan di sini, tapi ditangan Bapak.” Ceritanya sambil terus tertawa.
''Hahaha ... gak bisa bayangkan tu dosen mukanya, pasti merah padam?” Dita menanggapi ceritaku tertawa terbahak-bahak.
“Benar katamu, Dit. Dia marah coretin semua konsep aku, jadi harus kerjakan ulang deh, mana banyak pesanan katering lagi.” keluhku dengan menunjukan wajah lesuhku padanya membayangkan betapa repotnya aku nanti.
“Cup, cup, cup. Kasihan kamu Zah. Itu dosen naksir kamu, apa kamu gak merasa?” tanya Dita sambil menatap wajahku yang penuh kegelisahan. Aku menggeleng.
“Eekhm! Kalian membicarakan saya, ya?" Suara bariton mengejutkan kami .
”Ti- tidak, Pak!” jawab kami serempak.
”Kamu main keluar aja Zah? Sya belum selesai bicara ke kamu. Bimbingan berikutnya hari sabtu jam 19.00 malam di apartement saya, alamatnya nanti saya kirim lewat wa,” protes pak Angga padaku
“Hah! Apa gak salah, Pak? Bapak cuman kasih waktu saya sehari saja, ini perbaikan banyak Pak. Terus ke apartemen Bapak?" tanyaku sambil menelan saliva.
“Iya, kenapa kamu keberatan?” tanya pak Angga
Aku menggaruk kepalaku yang terbungkus hijab sambil meringis. "Hehe ... boleh sama Dita, Pak?”
“Tidak boleh! Yang bimbing kamu bukan Dita,” katanya sambil berlalu berjalan menuju area parkir.
Aku beranjak dari tempat duduk ku meninggalkan Dita sambil mencolek tangannya, memberi isyarat kalau aku akan mengejar pak Dosen.
Pak Angga Pramuda, adalah Dosen termudah di fakultas tersebut. Dia Lulusan Luar Negri dan dari keluarga yang tidak bisa dipandang remeh. Mempuyai usaha perhotelan yang cukup besar di indonesia, usianya masih 22 tahun sudah menyandang titel S2.
Aku berjalan cepat mengejar pak Angga
“Pak, Pak. Boleh ditawar, Pak?” tanyaku masih dengan nafas yang memburu sambil mensejajarkan langkahku dengannya
“No! Sabtu atau bulan depan?” tanyanya dengan melirikku yang sudah berada di sebelahnya, sambil terus berjalan.
“Yang benar saja, Pak. Satu bulan lagi akan sidang? Pak Angga gak kasian sama saya? Bisa-bisa saya harus nambah semester dong, Pak,” protesku sambil terus berjalan sambil berlari kecil untuk mengimbangi langkah kaki dosen itu.
“Saya gak mau tau itu, saya hanya punya waktu di hari itu,” kata pak Angga sambil menoleh padaku.
“Tempat apa bisa di tawar atau tidak, Pak?” tanyaku mencobah bernegosiasi.
“Tidak Zah, saya sibuk tidak punyak banyak waktu istirahat. Jadi hari itu saya gak mau kemana-kemana,” jawab pak Angga tanpa menoleh.
“Pak, apakah gak sebaiknya di cafe aja, Pak?” tanyaku sambil terus berjalan disamping pak Angga, pak Angga menghentikan langkahnya sambil menatapku mencoba menerka pikiranku saat itu.
”Kamu takut saya apa-apain di apartement?” tanya pak Angga menatap intens.
Aku mengangguk sambil menatap memelas, tiba-tiba tangan pak Angga menyentil keningku dengan keras, "Sebelum berangkat ke apartemen saya nanti, bersihin otak kamu! Lagian disana ada mbok Nah, jadi yang ke tiga itu bukan setan tapi mbok Nah. Gak mungkin bisikin yang gak bener kayak setan,” jelas pak Angga padaku.
“Hehehe ... saya kira Bapak sendirian, kalau Bapak sendirian takut Pak. Bapak berubah jadi ...” Aku terus berjalan sambil menahan senyum.
“Berubah jadi apa, saya?” tanya pak Angga dengan dahi berkerut.
“Hehehe ... jadi setan Pak. Maaf ya Pak, bercanda.” jawabku terkekeh.
“Zah, kau ingin tambah semester?" tanya pak Angga sambil membuka pintu mobilnya dengan muka sebal.
"Tidak Pak! Maaf,” jawab gadis itu sambil berlari menuju area parkir sepeda motor.
“Zah tidak bareng saya?” tanya pak Angga lagi sambil menatap kepergian gadis itu.
“Tidak, Pak. Terimakasih saya bawa motor, Pak,” jawab Nafizah sambil melambaikan tangannya tanpa menengok berjalan menuju motor bebeknya. Angga melajukan mobilnya meninggalkan plataran parkiran kampus, sejenak membunyikan klasonnya ketika melewati nafizah yang berdiri dekat motornya, mobil itu pun keluar gerbang kampus dan melaju meninggalkan kampus.
Sementara itu dari kejahuan terlihat Dita berjalan menyusulku, baru saja hendak mengenakan helmku tiba-tiba ponselku berdering dari dalam tasku dengan cepat mengambil ponsel itudan mendial panggilannya.
“Hello, selamat pagi, Nona. Ini dari Shahila Crop, ingin mengajukan kerja sama dengan Nona, jika Nona bersedia kami atur pertemuannya dengan atasan kami." terdengar suara dibalik telfon
“Hello, baik pak saya bersedia,” jawabku dengan hati gembira.
“Baik Nona segera nanti kami hubungi kembali." jawab penelpon mengakhiri panggilannya
“Siapa yang menelpon?” tanya Dita setelah sampai di depanku
“Biasa, job,” jawabku sambil tersenyum.
“Wah-wah, kantongmu makin tebal saja ya Zah ," kelakar Dita
“Tentu ... aku kaya ... aku kaya hahaha ...'' kataku menepuk-nepuk tasku sambil tertawa.
“Apa kau ke rumah produksi atau langsung pulang Zah?” tanya Dita
“Aku ke rumah produksi dulu Dit,” kataku yang sudah duduk di atas motorku.
“Aku duluan Dit, Assallamulaikum,” pamitku padanya sambil menstater motor kemudian melaju pergi meninggalkan Dita sahabatku.
“Wa’allaikum salam,” jawab Dita sambil berjalan menuju motornya, gadis itu mengambil helm dan memakainya lalu menaiki serta melajukan kuda besinya meningalkan parkiran, menuju jalan raya meninggalkan kampus.
Di tempat lain di sebuah rumah makan mewah dua lelaki gagah nampak berjalan keluar dari rumah makan tersebut. Setelah mereka menemui kliennya dan makan siang, mereka berjalan ke area parkir dan masuk kedalam mobilnya.
Mobil itu melaju meninggalkan rumah makan, Gilang yang berada di kemudi memulai percakapan dengan bosnya yang berada di bangku tengah. “Tadi saya sudah menghubungi nona Nafizah tuan, Dia bersedia bekerja sama dengan kita."
“Bagus, segera atur pertemuanku dengannya,” kata Hardian sambil terseyum seolah tak sabar ingin bertemu dengan gadis itu.
Mobil bejalan membela jalan raya melewati gedung- gedung tinggi menuju kantor mereka, sesampainya di kantor, mereka kembali berkecimpung dengan kesibukannya masing-masing.
Di rumah mewah, di ruangan yang luas Aku sibuk menyiapkan draf skripsi yang akan kubawa hari ini, jam menunjukan pukul 18.30 aku sudah rapi dengan gamis serderhana berwarna krem lalu mengambil tas dan bergegas keluar dari ruanganku menuruni tangga sambil berpesan pada Art ku bahwa aku pergi tak akan lama, aku bejalan menuju garasi dan mengambil motor kesayanganku segera kulajukan motor menuju apartemen dosenku.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments