Happy reading...
Keesokan harinya 09.45 sudah berada di area parkir Shahila Crop. Dia memakirkan mobilnya kali ini ia membawa mobilnya karena ia akan berbelanja setelah pertemuannya dengan pimpinan Shahilah Crop. Setelah memakirkan mobilnya ia berjalan menuju loby dan resepsionis mempersilakan Nafizah untuk menunju lantai 30. Nafizah masuk kedalam lift dan menuju lantai 30, setibanya di sana ia di sambut oleh Mira sekertaris Ceo, “Silakan Nona, sudah di tunggu Tuan didalam.''
Nafizah mengangguk, Mira membuka pintu dan mengatarkan masuk kedalam ruangan.
“Maaf Pak, Nona Nafizah sudah datang," kata Mira pada Hardian sambil menunduk hormat.
Hardian yang masih sibuk dengan laptopnya segera menatap gadis yang dia tunggu dari tadi, dan beranjak menuju sofa. Mira mempersilakan Nafizah untuk duduk kemudian dia menyerahkan berkas perjanjian kerja pada bosnya itu, lalu dengan hormat meninggalkan ruangan tersebut.
Nafizah duduk di depan Hardian, dia terseyum untuk menghilangkan kegugupannya.
“Selamat pagi Nona, saya Hardian selaku CEO di sini. Terimakasih telah datang memenui undangan kami di sini,” kata Hardian menyambut kedatangan Nafizah
“Saya, Nafizah, Justru saya berterimakasih pada Bapak karena telah tertarik untuk memakai jasa ketering kami Pak, suatu kerhormatan buat saya,” jawab Nafizah .
“Ok! Mari kita mulai Nona, silakan baca kontrak kerjanya dengan seksama! Jika kurang mengerti langsung tanyakan saja,” kata Hardian sambil menatap gadis tersebut.
Nafizah membaca dan mengernyitkan dahinya kala ada poin yang menurutnya janggal dalam perjanjian kontrak tersebut.
“Maaf Tuan di sini ada poin berbunyi, Anda akan menemui saya di rumah produksi setiap sabtu untuk mencoba masakannya sebelumnya selama 1 bulan. Selanjutnya setiap hari jam makan siang harus mengantar makananan di kantor Bapak. Apa tidak akan merepotkan Bapak kalau setiap sabtu datang menemui saya?'' tanyanya dengan hati- hati.
“Saya tidak akan repot untuk itu, saya juga akan memantau kinerja kamu secara langsung, untuk testernya saya mau kamu sendiri yang masak dan makan siang untuk saya. Kamu sendiri yang harus masak, apa kamu keberatan?" kata Hardian sambil tersenyum.
“Ti-- tidak Pak, saya tidak keberatan,” jawab Nafizah terbata-bata, dia menarik nafas panjang dan melanjutkan bicaranya.
“Begini Pak, kami belum pernah menangani pesanan sekala besar seperti ini sebelumnya. Apa bisa Bapak memberikan modal dulu pada kami! Maaf sebelumnya, ini saya ajukan terlebih dulu Bapak agar tidak ada masalah di kelanjutannya.’’
“Tidak masalah silakan Nona mengalokasi biayanya terlebih dahulu, kira-kira tiga hari cukup untuk membuat laporan kalkulasi keuangannya Nona?“ kata Hardian tanpa melepasakan pandangannya pada gadis itu.
“Saya rasa cukup Pak, saya akan kembali kekantor ini tiga hari lagi Pak. Terimakasih banyak telah meberikan kesempatan kami untuk bekerja sama di perusahaan Bapak,'' jawab Nafizah sambil berdiri dan menggangguk hormat lalu permisi meninggalkan kantor Hardian.
Hardian tampak termangu setelah kepergian Nafizah, rasanya dia ingin lebih lama menatap gadis itu. Lalu dia terseyum sendiri membayangkan akan sering bertemu gadis itu. Tiba-tiba dia terkejut dengan suara pintu yang di tutup dengan keras, terlihat Gilang menghampirinya sambil terkekeh, "Maaf tadi sudah ketuk pintu, sepertinya kau berada di alam lain Bro.”
Hardian melempar gumpalan kertas ke arah gilang. "Kau menggangu saja.” jawabnya sambil terseyum
“Bagaimana dengan pertemuaanya, apakah lancar?'' tanya Gilang sambil menyerahkan beberapa berkas yang harus di tandatangani Hardian.
Hardian mengambil berkas itu dan menandatanganinya sambil berkata, "Lancar, aku tak sabar ingin berjumpa dengannya lagi. Oh ya, Gilang. Aku nanti antarkan ke apartemen saja dan kau, pulanglah ke rumah! Aku malas bertemu Chira,” katanya lagi sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
“Lalu saya jawab apa jika dia bertanya tentang kamu?'' tanya Gilang sembari duduk di sofa didepan Hardian.
“Pintar-pintar kau lah kasih alasan padanya,” jawab Hardian sekenanya.
Gilang menghela napasnya. “Bertindaklah tegas, katakan bahwa kau tak mencintainya agar dia tidak mengejarmu lagi.” saran Gilang pada sahabatnya dan juga atasan itu
“Sudah ku lakukan tapi dia tak mau peduli. Cari cara untuk membeli sebagaian saham milikinya, agar sahamku lebih besar darinya,” kata Hardian sambil memejamkan matanya dan kepalanya di sandarkan pada sandaran sofa.
“Baiklah akan ku cari cara agar dia terpaksa menjual sebagaian sahamnya,” jawab Gilang sambil mengambil berkas yang telah di tandatangani Hardian, lalu beranjak meninggalkan Hardian yang sedang bergelut dengan otak dan hatinya.
Waktu merambat dengan cepatnya tak terasa sudah jam 4, waktunya pulang. Gilang dan Hardian yang berkutat dengan pekerjaan segerah mengakiri kegiataan lalu pergi meninggalkan kantornya.
Hardian dan Gilang sudah sampai dipakiran dan mobil melaju meninggalkan area kantor. Gilang mengantarkan tuannya di apartemen lalu ia melajukan mobilnya menuju mansion bos yang ia tinggali bersama bosnya itu. Ia memakirkan mobil kemudian masuk kedalam mansion bergegas keruangannya untuk menistirahatkan tubuhnya yang sudah penat.
****************
Tiga hari kemudian di pagi yang cerah Nafiza sudah menyiapkan laporan kalkulasi keuangan yang akan di bicarakan dengan tuan Hardian di kantor Shahila Corp. Sambil memasukkan berkas-berkas laporan keuangan ke dalam map. Nafiza melihat jam di pegelangan tangan, sudah menunjukan jam 07.15. Dengan tergesa-gesa menyambar tas kecilnya dan membawa map laporan,u lalu berjalan menuju garasi sambil membuang napas dengan kasar, 'Mommy tidak pulang lagi,' batinnya.
Dia membuka pintu garasi lalu masuk kedalam mobilnya, memanasi sebentar kemudian menancapkan gas melajukannya ke keluar ruma. Satpam rumah segera membukan pintu gerbang untuk majikan itu. Nafiza menggangguk sambil terseyum kemudian menjalankan kembali keluar gerbang dan melaju ke jalan raya.
“Dah ... adem benar deh lihat Nona terseyum ya Jo, cantik banget bikin jantung cenat-cenut,” kata Hari pada rekan kerjanya Bejo sesama satpam .
“Inget Har kita itu cuma bawahan jangan ngimpi kamu, kalau ketinggian bisa sakit kalau jatuh,” sahut Bejo
“Aku itu enggak mimpi, Jo. Aku itu cuma menikmati keindahan ciptaan Tuhan saja, Jo. Sambil berharap ada cewek sencatik Nona jatuh cinta padaku, jangan bilang kalau kau juga tidak cenat- cenut lihat seyum Nona mudah,” sahutnya sambil menepuk bahu Bejo dengan keras sambil terkekeh.
“Hehe ... kau benar Har, adem banget dah lihat seyum Nona Nafizah. Tapi seyum Tini anak bik Sumi gak kalah adem, Har. Sayangnya jarang kemari ya, Har," kata Bejo dengan tatapan yang sayu menerawang
jauh.
“Hahaha ... kalau suka kejar sana datang kerumah produksi sana, Jo,” sambung Hari.
“Benar juga ya, Har," kata Bejo sambil tertawa yang di ikuti tawa Hari yang membawa keceriaan di pagi ini.
Begitu keluar dari gerbang rumah Nafiza segera memacu mobilnya dengan sedikit kencang, takut terlambat datang untuk rapat dengan orang penting itu.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Soraya
semangat ya kak ditunggu updatenya👍👍👍
2023-04-03
0