Beberapa menit kemudian, aku telah sampai dan memarkirkan motorku di area parkir serta berjalan menuju lobby lalu memasuki lift yang mengantarkan ku ke lantai teratas. Setibanya disana aku pun keluar berjalan menuju apartemen nomer 32 setelah itu, aku memencet bel, tak lama pintu pun terbuka, seorang lelaki tersenyum menyambutku
Lelaki itu terlihat sangat tampan dengan setelan kaos lengan pendek berkra dan celana jin membalut tubuh kekarnya. Aku terpesona sesaat lalu terseyum sambil mengucap salam, ”Assalamualaikum Pak.”
“Wa’alaikumsalam, masuk Zah!'' Dengan gaya cool dan santainya pak Angga mempersilakan ku masuk apartemennya. Saat berada di dalam aku sedikit terkejut melihat ruangan tersebut, tampak lengang dan sepi. Aku megigit bibir bawahku menentramkan hati dan otakku yang sedikit pro dan kontra atas situasi ini lalu perlahan aku pun duduk di sofa.
“Maaf Zah, tiba-tiba mbok Nah tadi ijin pulang kampung, saya gak sempat hubungi kamu dan juga baru pulang dari hotel di sana saya sangat sibuk,” katanya sambil berjalan menuju dapur menyiapkan minum dan camilan sendiri, tak lama pak Angga pun keluar membawa makanan dan minuman duduk berhadapan denganku, Aku menelan salivanya mendengar jawaban pak Angga.
Angga melanjutkan bicaranya. "Kau bawa laptop Zah? Saya periksa dari laptop kamu aja ya, sekalian saya benarkan dari laptop kamu itu.”
“Bawa pak ,”jawabku sambil mengambil laptop yang ada di tasku dan menyalakannya lalu mengklik konsep sekripsiku, kemudian ku arahkan kepada pak Angga. Dia menatapku seolah tahu keresahanku.
Dia menghela nafas dan mengutarakan penyesalannya lagi “Maaf sekali lagi ya, Zah. Percayalah saya gak akan macam-macam.”
Lalu dia mulai fokus pada draf yang ada di laptopku sambil terus berbicara, "Dua minggu lagi saya akan ke Amerika melanjutkan S3 saya, dan juga akan mengurus hotel di sana. Ketika saya berada di sana, kamu hanya bisa ikut bimbingan saya lewat video call, Zah. Sabtu depan adalah bimbingan terakhir melalui tatap muka dengan saya, karena hari minggu pagi saya berangkat.”
Dia meminum kopinya lalu melanjutkan bicaranya. “Beberapa hari ini sampai keberangkatan nanti, saya tidak ke kampus Zah, itu sebabnya saya suruh kamu kesini berharap bisa bantu kamu sebelum saya pergi." Dia kembali mendongak padaku dan aku pun mengangguk sambil meminum teh hangat buatannya. Pak Angga terus fokus pada laptopku sambil sesekali meminum kopinya.
“Berapa lama Bapak berada di sana?” tanyaku memecah kesunyian.
Angga mendongak sebentar menatap gadis itu sesaat, rasanya ia ingin mengungkapkan perasaan pada gadis itu saat ini juga akan tetapi dia belum menyelesaikan masalah dengan tunangannya yang dijodohkan orang tuannya itu, dia pun membuang keinginannya.
“Emm ... empat tahun Zah, kenapa? Kamu rindu saya?'' kata Angga sambil tertawa. Aku tertunduk malu menyembunyikan rona merah di wajahku, lalu terkekeh mendengar pertanyaan dosenku itu.
“Haha ... kalau saya rindu sama Bapak, bisa di musuhi cewek sekampus Pak,” candaku pada Pak Angga, dia terpingkal mendengar jawabanku.
Angga masih fokus dengan draf Nafizah diselingi candaan ringan tak terasa sudah pukul 21.00. Angga mengakhiri aktifitasnya lalu melirik jam tangannya sambil bicara, ''Sudah malam Zah, saya antar pulang.”
“Saya bawa motor Pak,'' jawabku sambil memasukan laptop dalam tasku.
Pak Angga bangkit dari duduknya mengambil kunci mobilnya dan berkata, ''Ttinggal saja di sini motormu, dan sabtu depan kemari lagi jam satu siang, Zah. Kamu bawa baju ganti saja ada kamar kosong, kamu bisa mandi dan sholat di situ, ada mukena bi Ina bisa kau pakai.”
“Baik Pak,” mau tidak mau aku menyanggupi karena memang tak ada pilihan lagi.
Aku bangkit dari dudukku dan berjalan mengikuti pak Angga keluar dari apartementnya. Kami masuk kedalam lift menuju lantai dasar. Setibanya di sana kami berjalan melewati lobby menuju area parkir lalu masuk ke dalam mobilnya yang berjalan dengan kecepatan sedang menembus gelapnya malam meninggalkan gedung apartemen.
Di dalam mobil aku duduk dengan tenang sambil melihat keluar jendela. Pak Angga masih fokus dengan kemudinya sambil sekali- kali melirik ke arahku.
Mobil berhenti di rumah makan mewah Angga melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. ''Kita makan dulu Zah, saya lapar,” katanya sambil terus berjalan masuk rumah makan itu.
Aku pun mengikuti dari belakang, lalu kami duduk di tempat duduk paling ujung. Kemudian kami memesan makanan, tak lama kemudian pesanan kami datang, kami pun makan dengan tenang. Setelah selesai kami pun melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian kami sampai mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahku. Pak Angga melepas sabuk pengamannya hendak mengantar sampai kedalam rumah. Namun, aku mencegahnya, ''Sampai sini saja Pak ,mami tidak di rumah hanya saya dan assisten rumah tangga saja.”
“Kemana mamimu Zah?" tanya Angga mengernyitkan dahinya.
Nafizah terseyum menjawab, "Mami kalau malam di club Pak, dia pemilik cub terbesar di kota ini. Oo iya, kenapa bapak bisa tahu rumah saya?”
Angga tersenyum mendengar ungkapan keheran gadis itu. ''Mudah itu Zah, motormu besok biar diantar pegawai hotelku ke sini.”
Dia kembali memasang tali pengamannya, aku mengangguk dan membuka pintu dan turun dari mobil.
“Trimakasih Pak,” ucapnya lalu menutup pintu mobil setelah mendapat anggukan dari Angga.
Angga melajukan mobilnya kembali ke apartementnya. Setibanya di apartemennya dia mandi dan dia melaksanakan sholat isya yang sedikit terlambat, lalu membaringkan tubuhnya di matras tempat tidurnya dan terlelap dengan cepat karena kelelahan dengan rutinitas hari ini.
Aku pun masuk kedalam rumah setelah kepergian mobil pak Angga, lalu langsung ke kamarku. Mandi dan sholat lalu membaringkan tubuhku di ranjang dan terlelap. Malam semakin larut.
Hari ini ini tidak ada rutinitas kampus yang harus di jalani ku jalani, karena tidak ada bimbingan sekripsi. Jam 3.00 dini hari aku bangun seperti biasa. Mandi, sholat tahajud dan dilanjutkan dengan membaca Alqur’an sambil menunggu adzan subuh.
Ketika adzan subuh berkumandang segera melanjutkan sholat subuh lalu kembali membaca Alqur’an, setelah kurasa cukup aku menutup Alqur’an dan melipat mukenanya. Aku bangun dari dudukku keluar dan menuju dapur.
Di sana ku lihat bik Sumi dan mami Kaila sedang memasak. Aku mengerutkan dahiku terlihat mami sudah di rumah pagi-pagi sekali, biasanya beliau jarang pulang, paling sebulan sekali, karena dia lebih suka berada di club hingga berhari-hari lamanya.
Sedari kecil Aku di asuh oleh bik Sumi di kenalkan agama dan mengajarku mengaji. Itu semua bik Sumi yang melakukannya. Karena mami tidak peduli dan Ayahku pergi entah kemana. Aku tidak pernah tahu kemana pria yang kurindukan setiap saat itu berada. Aku berhenti bertemu dengannya, saat usiaku menginjak tujuh tahun.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Emi Yanti
vote untuk karya yang bagus
2023-04-03
2
Sky Blue
D tungguin klanjutnnya ya kax🥰🥰
2023-04-02
1
Hana Roichati
lanjutt kak
2023-04-02
2