Happy reading....
"Ngapain aku ngelawak di sini, Mbak Tin? yang ketawa cuma Kamu, yang tepuk tangan juga cuma kamu, nggak dibayar lagi kalau aku niat mau ngelawak jelas bukan di sini," kataku tanpa merubah ekpresiku, sedang Tini justru terpingkal-pingkal dengan apa yang ku bicarakan.
"Sudah Ayo ikut aku ada yang harus aku bicarakan denganmu jangan tertawa terus dan jangan lagi meratapi nasibnya daun itu, daunnya sudah rusak tidak bisa dipakai jadi kalau kamu mau pakai ambil yang baru saja," kataku sambil menarik tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.
"Ya Allah, Mbak sampeyan itu ketempelan dari mana sih? Ngapain coba aku meratapi nasibnya daun pisang, sementara nasibku sendiri aja aku tidak meratapinya," kata Tini sambil tertawa.
"Aku itu mau bicara dengan kamu tentang kerjasama kita dengan Shahila Crop. Itu nanti kita akan dapat penghasilan setiap harinya tuh besar dan kita butuh banyak tenaga untuk bisa memproduksi sekala besar.
Lah kita itu butuh berapa orang lagi, Mbak. Untuk bisa mewujudkan kerjasama itu," tanya Tini sambil duduk di duduk di lantai dapur yang dingin itu.
Aku mengambil tas yang yang ada di meja lalu mengambil surat kontrak dari Shahila Crop. dan memberikannya kepada Tini untuk dibaca.
"Ini nggak salah Mbak nominalnya besar sekali, ini dihitung pakai tanganku saja enggak cukup," kata Tini sambil terkekeh
"Kamu memang kalau ngitung nggak pakai tangan, Mbak Tin," kataku sambil ikut Duduk di lantai.
"Piye toh Mbak kalau aku nggak pakai tangan, terus aku pakai apa coba?" protes Tini
"Ya pakai mulut kamu, Mbak Tin," jawabku seenaknya.
"Hahaha, Bener kata Mbak Nai, aku kalau menghitung belanjaan pakai mulut," kata Tini terkekeh.
"Sudah baca saja, aku ini nunggu komentarmu, kok dari tadi kamu tertawa terus," kataku sedikit jengkel.
"Lah piye toh, Mbak. yang bikin saya tertawa itu, sampeyan, loh," jawab Tini sambil memeriksa surat kontrak tersebut.
"Waduh bener ini, Mbak. Alamat bener ini," kata Tini tiba-tiba.
Aku mengeryitkan dahiku lalu berkata,
"Memang alamatnya kan sudah benar itu, Mbak Tin."
Tini memukul dahinya lalu kemudian mulutnya sendiri. "Bukan itu yang saya maksud, Mbak, kalimat yang ini loh, Mbak.
Pak CEO mintak hari malam minggu kesini dengan alasan mau mencoba tester masakan selama satu bulan lalu setelah itu harus mengirim makan siang dan Mbak sendiri yang harus masak. Itu jelas ada udang di balik shusi. Eeh, salah batu, Mbak. Ini efek aku sudah gak pernah dibelikan makanan Jepang jadi ngomongnya salah semua," kata Tini ceplas-ceplos.
"Halah bilang saja kalau kamu itu minta di belikan makanan Jepang, mau sushi aja putar-putar dulu bikin pusing aku," kataku sebal.
"Ini benar Mbak sepertinya Pak CEO itu suka sama kamu," kata Tini pada akhirnya.
"Ya tidak mungkin, Tin. Aku ini siapa? Aku ini anaknya mami Kayla, pemilik klub. Kamu tahu sendiri, 'kan? Kalau aku di luaran dan bertemu dengan langganan mami, mereka selalu tanya padaku, hargamu berapa?" kataku dengan mata berkaca-kaca.
"Loh-loh kok tambah nangis toh Mbak, cup-cup jangan nangis. Ya sudah saya minta maaf, kalau apa yang saya bilang itu salah," kata Tini sambil memeluk majikannya itu.
"Kamu nggak salah, aku cuma kecewa saja sama Mami, setiap kali aku bilang mami untuk berhenti tapi Mami nggak mau dia nggak mau ngerti perasaanku bagaimana," kataku sambil tergugu dipelukan Tini.
"Kalau aku boleh memilih, lebih baik aku itu jadi anaknya bik Sumi seperti kamu ini," lanjutku sambil mengusap air mataku.
"Yo wis, sekarang Mbak Nai itu jadi anaknya si mbok seperti aku, boleh jadi mbakku boleh juga jadi adikku, Mbak.
Aku ini lho lebih tua dari sampeyan. Lah kalau sampeyan mau tak panggil Adik," kata Tini mencoba menghibur majikannya.
Aku tertawa dalam kepedihan hati. "Kamu sendiri nggak mau jadi anaknya mami Kayla, 'kan? Kamu lebih suka jadi anaknya mbokmu sendiri."
"Lah saya ini lahir duluan loh, gimana nukarnya coba, saya sudah jalan sampeyan masih di perut. Nona lebih baik kita berdoa saja, semoga Nyoya segera sadar dan meninggalkan usaha haramnya itu," kata Tini mencoba membesarkan hati Nonanya.
"Ya betul, Mbak memang aku itu suka mengeluh, padahal mungkin ada yang lebih dari aku," kataku terseyum.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Soraya
sy sambung y kak bacanya👍
2023-04-10
1