Ch. 18. Menjadi rekan 2

“Saat awal aku membawa buku itu kembali kerumahku, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi, suara-suara aneh sering terdengar saat malam hari, lampu mati mendadak walaupun sebenarnya tidak ada masalah listrik. Dan terakhir kali….aku bertemu dengan anak kecil..” Laura mengatakan ini sambil menatap Sean, melihat reaksi yang diberikan oleh pemuda tampan itu.

Keterkejutan jelas tercetak pada wajah Sean, wajahnya sedikit pucat.

Sean diam beberapa saat sebelum berkata. “Apa dia mengatakan sesuatu padamu?” tanya Sean. Ekspresinya saat ini tidak jelas. Ada kemarahan dan kebencian yang mendalam disana, juga penyesalan yang teramat sangat.

Laura mengganguk mengiyakan pertanyaan Sean. “Dia mengatakan dia ketakutan, dan dia meminta bantuanku” jawab Laura ringan.

Namun reaksi Sean sangat tidak wajar. Dia menahan tangan Laura membuatnya mengehentikan langkahnya. Laura berbalik menatap Sean dengan heran.

“Apa dia benar-benar meminta bantuan kepadamu?” tanya Sean dengan wajah serius.

Laura tidak mengetahui alasan dari balik sikap Sean ini dan hanya mengangguk mengiyakan. “Apa yang aku harus lakukan dengan itu? Aku tidak tahu harus berbuat apa…” Laura menunduk lesu, bingung dengan dirinya sendiri. dia tidak menyangka karena rasa penasarannya dia harus terlibat dalam situasi yang rumit ini.

“Kalau dia mengatakan seperti itu, berarti kau memang bisa menyelamatkan semuanya” ucapan Sean membuat Laura menatapnya heran. Namun Sean tidak bermaksud untuk menjawabnya, jadi Laura bertanya sendiri.

“Aku tidak akan menjawabnya sekarang” jawab Sean singkat membuat Laura mengerutkan dahinya.

Dia sudah tidak mengerti dengan maksud Sean dan dipenuhi dengan rasa penasaran, dan sekarang Sean mengatakan tidak ingin menjawabnya?! Laura bisa mati penasaran jika seperti ini jadinya!

Sean melihat Laura benar-benar menjadi sangat kesal. Sean menatapnya dan menemukan gadis ini terlihat manis jika sedang marah dan heran seperti itu. Sean tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

Sean menatap langit malam, bulan muncul dalam bentuk yang sempurna malam itu, angin malam membuat suasana malam itu menjadi lebih dingin dari biasanya.

“Mengetahui lebih awal tentang kebenarannya bisa berakibat buruk. Lebih baik jika kau mengetahui kebenarannya disaat yang tepat” Pikir Sean dalam hati.

‘Aku harap semua ini segera berakhir….’

***

Akhir pekan itu, Louis keluar dari rumah sakit. Adolf dan lainnya menjemputnya dan mengantarnya kembali.

Sean dan Laura juga ada disana karena permintaan Louis. Sesuai dengan perkataan Louis sebelumnya, saat dia keluar dari rumah sakit, dia akan membuat jamuan untuk mereka semua. Dan disinilah mereka, rumah utama keluarga Pasteur.

Sebagai bagian dari kaum sultan dan keturunan konglomerat, rumah Louis sangat besar. Halamannya luas dan banyak pohon hias disana. Rumahnya bertingkat dua dan pintunya setinggi tiga meter!!

Apa ini rumah untuk raksasa?!!

Didalam rumah Louis bahkan lebih mewah lagi. Rumahnya memiliki arsitektur bergaya eropa modern, Lampu gantung besar terletak dipusat ruangan tepat diatas ruang tamu. Disampingnya terdapat tangga yang melengkung secara horizontal menuju lantai dua.

“Duduk saja disana. Aku akan menyusul kalian setelah merapikan diri. Jangan sungkan dan makan apapun yang pelayan siapkan untuk kalian nanti” Sean menunjuk meja makan panjang dibelakang ruang tamu, dan mempersilahkan mereka untuk duduk.

“Dia benar-benar tuan muda dari generasi kedua” pikir Sean dalam hati. Laura yang berada didekatnya hanya tersenyum kecil melihat Sean yang masih terpaku dengan kemewahan dari rumah Louis.

“Tidak perlu sekaget itu. Louis merupakan salah satu anak yang beruntung dan terlahir dengan sendok emas dimulutnya. Jadi kau tidak perlu sekaget itu” ucap Laura ringan, membuat Sean tersadar dari lamuannya.

“Kau sangat lucu saat terlihat seperti itu” ucap Laura membuat Sean malu sendiri. sekarang dia memikirkan bagaimana tampangnya saat terkagum-kagum sampai tidak bisa berkata-kata.

Sean yang notabenenya seorang yatim piatu, jelas tidak pernah melihat rumah semewah ini, bahkan dalam mimpinya sekalipun. Louis memang pantas disebut sebagai tuan muda dengan kekayaannya sekarang. Jika kedepannya tidak ada masalah dalam keluarga ini, maka hartanya tidak akan habis selama tujuh turunan!!

Pelayang dirumah Louis segera menghidangkan makanan untuk mereka. Makanan yang dihidangkan sangat bervariasi dan terlihat enak. Adolf dan Billy langsung saja memakan apa yang dihidangkan pada mereka.

Mereka benar-benar tidak sungkan sama sekali!

Alis Sean berkedut melihat tingkah mereka berdua, dia cukup mengerti, Adolf dan Billy adalah teman dekat Louis selama bertahun-tahun. jadi bisa bertingkah seperti itu. Adolf dan Billy juga termasuk keluarga kelas sultan dan terlahir dengan sendok perak dimulutnya, namun tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan Louis yang terlahir dengan sendok emas dimulutnya.

Laura sendiri juga termasuk anak yang terlahir dengan sendok emas dimulunya, jadi tidak terlalu peduli dan bersikap biasa saja.

Hanya Sean yang menjadi sedikit canggung dengan semua makanan yang memenuhi meja panjang ini.

'Orang kaya memang sangat berlebihan. Mereka hanya lima orang namun makanan yang mereka siapkan lebih seperti makanan untuk 20 orang dengan berbagai jenis menu yang bervariasi. Bagaiman mereka berlima bisa menghabiskannya? Itu tidak akan habis dengan mulut mereka! Apa mereka akan membuangnya jika tidak habis? Sangat mubazir!

Louis muncul dari lantai dua dan menatap mereka semua, dia mengenakan pakaian kasual berwarna putih dengan celana santai berwarna hitam. Rambut pirangnya masih terlihat basah. Louis seperti pemuda-pemuda segar yang tampan, matanya terlihat cerah saat melangkah dengan gembira kepada teman-temannya.

Dengan keberadaan Louis disana, ruang makan itu terasa lebih hidup. Dan karena Louis yang terus menekan Sean untuk makan lebih banyak lagi. Akhirnya malam itu Sean bisa merasakan bagaimana rasanya tersiksa karena kekenyangan. Dan rasanya menjadi orang kaya!!

Hari berikutnya universitas X

Sean berjalan menuju keruang kemahasiswaan dengan setumpuk kertas ditangannnya.

“Heuh.. ini berat juga” keluh Sean saat meletakkan tumpukan kertas diatas meja dosen. Dia sedikit tidak suka dengan profesinya sekarang ini, benar-benar melelahkan. Namun biarpun dia ingin menolak, keadaan tidak membiarkannya untuk lari.

“Lelah ketua?” suara rendah terdengar dari belakang Sean. Bersamaan dengan itu botol air menyentuh sisi kiri wajahnya.

“Alex. Ini hasil ujian hari ini…” Sean meraih botol minum dan meneguk airnya hingga tersisa setengah. “Ini melelahkan” Sean menatap Alex dengan wajah memelas.

Melihat wajah mengeluh Sean membuat Alex tertawa dan menepuk bahunya untuk menyemangatinya. “Jalani saja, mungkin kali ini keberuntunganmu sedikit buruk” ucapan Alex hanya dibalas anggukan oleh Sean. Keberuntungannya memang sangat buruk.

“Bagaimana keadaan Louis? Aku dengar dia sudah kembali bukan?” tanya Alex sambil memeriksa lembar jawaban dari mahasiswa.

“Hm. Dia sudah lebih baik, dia ada dikelas sekarang. Karena hari ini ujian dimulai dia harus masuk hari ini juga” jawab Sean pada Alex membuat Alex mangut-manggut mengerti.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Alex masih dengan santai memeriksa jawaban ditangannya.

___________________

**Buat yang sudah membaca sejauh ini silahkan berikan vote dan like pada setiap chapternya.

Dukung author dengan memberikan vote like tip dan share ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang bisa menikmati ceritanya 😇**

Terpopuler

Comments

Sahrul Nisyam

Sahrul Nisyam

Ketua BEM

2020-08-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!