Ch. 9 Gedung tua 3

Louis, Adolf dan Billy akhirnya memutuskan untuk memasuki gedung tua itu.

“Sean itu bukan manusia, dia tidak akan mati jika kita meninggalkannya disini” Billy berkata dengan penuh ketakutan dan marah.

Louis dan Adolf sepakat untuk masuk dan mencari Sean. Walaupun dibilang benci, Louis tidak rela musuh bebuyutannya mati begitu saja dalam gedung misterius, dia masih belum puas untuk marah-marah dan mencari masalah dengan kulkas berjalan itu!!

“Bagaimana kalau dia manusia? Apa kau akan membiarkannya dalam bahaya?” Adolf berkata pada Billy yang terus mendesak untuk kembali.

“Itu bukan urusanku! Salahnya sendiri masuk kemari sembarangan!” Billy tidak peduli dengan manusia es situ, dia hanya ingin segera kembali kerumahnya dan tidur dikasurnya yang nyaman daripada membahayakan nyawanya sendiri.

Mereka melangkah memasuki gedung. Gedung tua itu terdiri dari lima lantai dengan penerangan yang sama sekali tidak ada. Louis dan lainnya menggunakan senter dari ponsel mereka.

“Sean Kingston, dimana kau?” Billy berteriak memanggil-manggil Sean namun tidak ada sahutan dari sana.

“Aku masih tidak menemukan alasan yang cocok untuk membuat Sean datang kemari” Adolf berkata sambil terus mencari disetiap sudut gedung itu, begitupula dengan Louis dan Billy.

“Entahlah anak itu sangat misterius, dan pikirannya tidak bisa ditebak” Louis berkata ringan.

Mereka menyusuri lantai satu gedung itu namun tidak menemukan apapun disana.

Sean berbalik dan berkata “apa kita harus naik kelantai dua?” Louis menatap adolf yang menatap kelantai dua. Disana terlihat lebih menyeramkan dan jika ada sesuatu akan sulit bagi mereka untuk lari.

“Aku rasa sebaiknya kita kembali sa_”

“Dimana Billy” ucapan adolf terpotong oleh pertanyaan tiba-tiba Louis.

“Dia ada dibelakang_” sekali lagi ucapan Adolf tidak selesai saat menemukan tidak ada seseorang dibelakangnya. Adolf sama sekali tidak menyadari saat genggaman Billy pada pakaiannya tiba-tiba menghilang.

“Billy?” teriak Adolf mengarahkan ponselnya kelorong koridor dibelakangnya. Adolf menatap Louis yang ekspresinya menjadi buruk. Mereka sama-sama tidak menyadari Billy menghilang dari sana, padahal sebelumnya Billy sangat cerewet karena saking takutnya.

Mereka kembali menyusuri gedung lantai satu dan mencari keberadaan Billy namun hasilnya nihil. Tidak ada orang lain disana selain mereka.

“Coba hubungi ponselnya, dia membawa ponsel sebelumnya” saran Louis dan langsung dilakukan oleh Adolf.

‘K**ring!! Kring!! Kring!!’

Suara nada dering itu kecil namun karena suasana yang sunyi itu terdengar diseluruh bangunan. Louis dan Adolf segera mencari sumber suara dari dering ponsel Billy.

Mereka sampai pada sebuah koridor panjang dan diujungnya terdapat tangga menuju kelantai dua, dan ponsel Billy berada disana. Louis dan Adolf segera berlari kesana dan menemukan ponsel Billy namun Billy tidak ada disana. Louis dan Adolf saling berpandangan dan mengangguk ringan.

Tanpa ada pilihan lain, mereka memutuskan untuk naik kelantai dua dan mencari disana.

Beberapa menit berlalu namun tidak ada tanda-tanda dari Billy disana.

“Billy! Dimana kau!”

“Billy!”

Louis dan Adolf terus menyerukan nama Billy dan terus mencarinya namun tidak ada jawaban apapun dari pihak lain. Gedung teramat tua dan banyak debu dimana-mana, pintu-pintu ruangannya rapuh sehingga dengan mudah dihancurkan oleh Louis maupun Adolf. Namun setiap ruangan yang mereka masuki tidak menampakkan sosok Billy.

“Berhenti” ucap Louis tiba-tiba dan menahan Adolf yang hendak melangkah lebih maju.

“Lihat” Louis mengarahkan ponselnya pada lantai yang dipenuhi dengan debu, namun ada pola aneh pada debu itu, seperti seseorang yang diseret tercetak disana. Louis menatap jejak itu dan menemukan itu menghilang pada Tangga menuju lantai tiga.

“Itu mungkin Billy, kita harus mencarinya” ucap Adolf, namun langsung dihentikan oleh Louis lagi.

“Kenapa? Kau tidak ingin menyelamatkannya?” Adolf bertanya dengan wajah heran pada Louis.

“Tentu saja tidak. Aku juga ingin menyelamatkannya. Tapi kita tidak bisa terburu-buru, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi. Pertama-tama ambil ini untuk melindungi dirimu sendiri” Louis melemparkan potongan besi yang didapatkannya disalah satu ruangan kepada Adolf dan dirinya sendiri.

“Jangan terlalu jauh, jika kita terpisah semuanya akan jadi lebih rumit” Louis memperingatkan diikuti dengan anggukan dari Adolf.

Mereka melangkah menaiki tangga lantai tiga dengan hati-hati. Louis memimpin dan Adolf mengikuti dari belakang menjaga jarak aman. Louis mengintip kearah koridor lantai tiga dan tidak ada seorangpun disana.

“lihat, jejak lainnya” Adolf menunjuk pada jejak sesuatu yang diseret dilantai kepada Louis.

“Ikuti jejaknya” ucap Louis dan mereka dengan segera mengikuti jejak itu. Melalui koridor-koridor yang gelap dan sepi, suasananya benar-benar mencekam dan menakutkan. Sejauh ini tidak ada yang menghalangi jalan mereka, hingga jejak itu sekali lagi menghilang ditangga menuju lantai keempat.

“Apa mereka membawanya keatap?” tanya Adolf dengan heran.

“Aku juga tidak yakin, kita hanya bisa mengikuti jejak itu saat ini” Louis dan Adolf melangkah lagi menaiki lantai empat. Namun sebelum kaki mereka menyentuh lantai empat, suara tawa mengerikan tiba-tiba terdengar.

Louis dan Adolf tiba-tiba menjadi pucat seakan tidak ada darah mengalir diwajah mereka. Suara tawa itu persis dengan tawa yang mereka dengar sebelumnya.

Louis dan Adolf tiba-tiba diliputi rasa khawatir, mereka tidak bisa melupakan apa yang dilakukan sosok itu sebelumnya.

Menghancurkan seorang wanita hingga seluruh organ ditubuhnya berserakan dan kepalanya hancur! Mereka berdua tidak bisa membayangkan Billy berada dalam situasi seperti itu.

Louis menggenggam erat besi ditangannya dan melangkah maju mengikuti jejak dilantai. Adolf yang masih diliputi perasaan takut menggertakkan giginya dan mengikuti dari belakangnya.

Walaupun dikatakan dia sering bertengkar dengan Billy tapi Billy juga merupakan teman yang paling dekat dengannya, dia bahkan lebih menganggap Billy sebagai temannya dibandingkan dengan Louis. Karena Adolf termasuk tidak suka dengan sikap Louis yang sombong, walaupun dia tidak menyadari dia juga sudah dicap sebagai mahasiswa yang sombong karena bergaul dengan Louis.

Mereka terus dituntun oleh jejak itu hingga kelantai lima, dan benar saja, jejak itu membawa mereka keatap.

Atap gedung itu sangat luas dan dalam sekali pandang mereka bisa melihat semua pemandangan disana.

Diujung atap itu tampak seorang pria yang terbaring dilantai dengan tangan dan kaki terikat, mulutnya disumpal oleh sesuatu.

“Billy!” panggil Louis dan Adolf bersamaan.

“Umhhh!!!!!!” Billy membuka matanya saat mendengar suara yang akrab baginya. Dia menatap kedua sahabatnya dengan penuh ketakutan dan air matanya mengalir deras dari matanya. Dia memberontak ingin melepaskan dirinya dari ikatan ditubuhnya.

“Aku akan kesana dan membukanya” ucap Adolf dan melangkah mendekati Billy diikuti dengan Louis dibelakangnya.

Tiba-tiba saja gerakan Billy yang memberontak terhenti dan tubuhnya kaku. Pupilnya menyusut pada Adolf dan Louis.

“Mnghh!! Mngh!!! Mnghh!!” Billy menatap mereka dengan Horror saat melihat sosok hitam tiba-tiba muncul dibelakang mereka dengan linggis ditangan kiri dan kepala yang menggantung ditangan lainnya. Kepala itu menampilkan wajah yang tersenyum penuh makna yang mengerikan.

______________

Buat yang udah baca sejauh ini, tolong luangkan waktu untuk memberi like.

Dukung author dengan memberikan vote/like/tip dan share ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang bisa menikmati ceritanya 😇**

Terpopuler

Comments

Sahrul Nisyam

Sahrul Nisyam

Gue merinding sendiri baca nih novel. Bagus Thor semangat trus

2020-08-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!