Ch. 4 Sosok hitam

Louis menggeleng dan menghela nafas panjang sebelum mengajak mereka untuk menuju kelantai dua ditempat mereka memukul Sean tadi. Kelas mereka berada dilantai empat, dan sekarang mereka berada dilantai tiga, jadi mereka sekaligus pulang sambil mencari smartphone Billy.

Mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai dua dan dengan cepat menuju ketempat dimana mereka memukul Sean sebelumnya. Louis dan lainnya segera mencari smartphone Billy dan menemukannya disela-sela dibawah pintu ruangan didepan mereka. Billy mengulurkan tangannya dengan gembira dan meraih ponselnya hanya untuk tiba-tiba menemukan bahwa ponselnya sudah tertarik masuk kedalam.

“…..Aaaaa!!!!!!!” Billy mundur kebelakang dan menabrak Adolf hingga keduanya terjatuh.

“Sial! Apa yang kau lakukan?!” Adolf mengelus pungungnya yang sakit dan memaki Billy.

“Itu..aku…aku….hantu….tangan…” seluruh tubuh Billy bergetar dan wajahnya sepucat kertas.

“apa yang kau bicarakan? Bicaralah dengan jelas!” Adolf semakin marah saat mendengar Billy tidak meminta maaf, dan malah bicara tidak jelas seperti itu.

Louis dan Angela mendekati mereka dan melihat mereka bertengkar.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Louis pada keduanya.

“Louis! Aku…aku….hantu…ada hantu disana..” Billy langsung meraih tangan Louis dan mengabaikan Adolf yang masih merasa jengkel.

“hantu? Apa kau mencoba membuat lelucon lagi? Cepat ambil ponselmu dan kita akan kembali” Louis mengabaikan rengekan Billy dan mencari dimana ponsel Billy berada sebelumnya.

“dimana ponselmu? Kau sudah mengambilnya?” tanya Louis menatap Billy heran.

“aku tidak sedang membuat lelucon, ponselku masuk keruangan ini. Dan aku seperti melihat sesuatu menariknya masuk kesana” Billy menatap dengan penuh rasa takut pada Louis dan lainnya.

Louis menatap Billy dan melihat anak itu benar-benar ketakutan, dia mengabaikannya dan berfikir bahwa sikap manja dan penakut Billy sekali lagi kumat.

“Aku akan masuk dan mengambilnya” Louis menyentuh kenop pintu dan memutarnya namun kenop pintu itu tidak berputar.

“Ini terkunci” ucap Louis kepada ketiganya.

“aku tidak bisa meninggalkan ponselku didalam, bagaimana jika dosen menemukannya? Aku akan diintrogasi karena masuk kesembarang ruangan” Ucap Billy, dia tidak terlalu takut jika ketahuan dosen tapi itu tidak akan sama jika orang tuanya tahu dia membuat masalah.

“apa itu masuk terlalu dalam? Mungkin kau masih bisa menjangkaunya?” saran Angela pada ketiganya.

“Biar aku mencobanya. Jari-jariku panjang dan itu tidak akan sulit untuk melewati kaki pintu” Adolf melangkah maju dan membungkuk.

“Hati-hatilah” Billy menatap pada Adolf, dia sedikit khawatir. Bagaimanapun juga dia sangat yakin dengan penglihatannya. Walaupun itu hanya sekilas, namun Billy yakin ada sesuatu yang menarik ponselnya masuk kesana. dia tidak bisa membayangkan jika Adolf juga ditarik masuk kesana!

Adolf menjulurkan tangannya dibawah kaki pintu dan meraba-raba sekitarnya. Louis membantu dengan mengarahkan senter ponselnya untuk menyinari tempat dibawah pintu agar Adolf bisa melihat kedalam dan mengambil ponsel Billy.

“Bagaimana itu? Apa kau menemukannya?” tanya Louis.

“Arahkan ponselmu lebih dalam sedikit, kurasa itu masuk sedikit lebih dalam lagi” Adolf menatap masuk keruangan dan mencari-cari pada lantai disekitar pintu. Ruangan itu sangat gelap, dan pandangan Adolf juga terbatas pada cahaya ponsel.

Dia mencari lagi dan menemukan sesuatu yang tipis berwarna hitam dengan lubang kecil disisinya.

“Aku melihatnya, sedikit kekanan. …yap aku mendapatkannya” Adolf menarik ponsel Billy keluar dan akhirnya mereka mendapatkannya.

Billy yang melihat itu menghela nafas lega. Dan meraih ponselnya sambil mengucapkan terima kasih.

“Ayo kembali, hari sudah semakin malam sekarang” Louis memimpin mereka dan menuju tangga kelantai dasar.

Mereka berjalan melewati koridor-koridor kampus menuju pintu keluar. Dalam perjalanan itu Billy memeriksa ponselnya memastikan bahwa ponselnya baik-baik saja, dia menatap layar desktop dan menemukan bahwa itu telah berubah.

“Apa ini? Aku yakin aku tidak memasang ini sebelumnya” Billy menyerahkan ponselnya pada Adolf.

“Hah? Apa kau menjadi penyuka darkness sekarang? Memasang foto seperti ini?” Adolf menatap pada wallpaper Billy yang menampakkan seorang pria terbaring dilantai dan dengan tubuh penuh luka dan organnya berserakan, yang lebih parahnya kepalanya hancur tak berbentuk. Untung saja itu tidak pada warna normal, dan hanya berwarna hitam putih sehingga tidak terlalu menyeramkan untuk dilihat.

“Aku tidak melakukan itu, kau tau aku penakut bukan? Itu bukan ulahku” Billy membela dirinya.

“Jadi maksudmu ada yang mengubahnya dengan hal-hal seperti ini?” Adolf menaikkan alisnya dengan tatapan mencibir pada Billy.

“Apa lagi?” Billy gigih. dia sangat anti dark-dark dan tidak mungkin melakukan hal-hal yang paling tidak dia sukai apalagi memasang foto seperti itu, dia takut yang menyeramkan ingat!!

Louis menatap mereka dan hanya menggelengkan kepala ringan.

Billy mengambil kembali ponselnya dan mengganti layar desktopnya menjadi foto dirinya sendiri dan merasa lebih tenang.

“Aw!” Billy menatap pada Adolf saat merasakan ada yang mencolek punggungnya hingga sakit. “Jangan membuat ulah, aku tidak masalah jika kau tidak mau mempercayaiku. Jadi jangan mencolek lagi” Billy mengutuk pada Adolf.

“Hah? Kau marah karena aku tidak percaya padamu dan kau malah menuduhku mencolekmu? Aku tidak punya waktu untuk itu” Adolf mencibir, jelas tidak senang dirinya dituduh yang tidak-tidak.

“Diam” Louis menghentikan langkahnya dan memberi isyarat pada mereka untuk diam.

“kenapa? Kau ingin membela pena_”

Belum selesai Adolf mengumpat pada Billy tiba-tiba terdengar tawa dari persimpangan didepan mereka.

Ketiganya langsung mematung ditempat dan berkeringat dingin. bukan karena suara tawa itu, melaingkan suara sesuatu yang seperti daging yang dihancurkan dan suara teriakan yang mengikutinya.

“Aaaaa!!_” suara itu datang tiba-tiba dan hilang juga dengan tiba-tiba.

Louis dan lainnya terdiam. beberapa saat kemudian tawa mengerikan sebelumnya terdengar lagi, dan kali ini itu terdengar lebih keras dari sebelumnya hingga Louis dan lainnya merasa bahwa itu terdengar disamping telinga mereka sendiri.

Angela membelalakkan matanya saat pandangannya menangkap sesuatu mengalir dari bawah kaki Louis. cairan itu merah pekat dengan bau amis, itu darah!!!

"Aa_!" teriakan Angela tertahan saat Louis menutup mulutnya, wajah mereka semua menjadi pucat pasi seakan tidak ada darah yang mengalir.

Suara tawa itu terhenti, membuat Louis dan lainnya menahan nafas dan mematung ditempat.

Suara langkah terdengar bersamaan dengan suatu yang diseret seperti benda berat. suara itu bergerak semakin dekat memperpendek jarak antara mereka.

Louis memberi tanda pada mereka untuk diam dan tidak bergerak. Dia meraih sebuah tongkat yang berada disalah satu loker siswa dibelakang mereka. Louis memberi isyarat agar mereka mundur dan bersembunyi dibalik loker.

Mereka tidak bisa langsung lari, karena suara itu berada didepan mereka dan tidak ada jalan lain untuk keluar dari sana. Mereka harus melewati tangga dan menuju lantai satu agar bisa pergi.

Angela menatap Louis dan berbisik. “apakah itu Sean? Aku ingat kau melihatnya kemari”

Louis tidak menjawab. Dia juga berfikir begitu tapi apa mungkin Sean akan melakukan sesuatu seperti memotong daging atau sejenisnya?

______________

Dukung author dengan memberikan vote, like, tip dan share ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang bisa menikmati ceritanya 😇

Terpopuler

Comments

Sahrul Nisyam

Sahrul Nisyam

Jangan zushon dulu kali...

2020-08-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!