Ch. 5 Pembunuhan 1

Saat mereka sedang mengalami konflik batin, suara itu semakin mendekat kearah mereka. Louis mempererat genggamannya pada tongkat kayu ditangannya, bersiap untuk memukul saat sosok itu berjarak beberapa langkah lagi darinya.

Louis mengintip dari balik loker dan hanya melihat bayangan hitam seperti asap yang tidak jelas dan semakin tidak jelas karena kegelapan ditempat itu. Tatapan Louis terhenti saat melihat titik merah darah pada sosok itu. Seluruh tubuhnya sangat tidak jelas namun titik merah itu begitu jelas seperti cahaya merah semerah darah. Tiba-tiba saja Sean terlintas dalam pikiran Louis.

“Apa dia benar-benar bukan manusia?” tanya Louis dalam hati.

Sementara dia masih melamun, sosok itu menemukannya dan titik merah itu menatap Louis dengan tatapan mengerikan. Louis mematung ditempatnya saat sosok itu tertawa melengking.

Adolf, Billy dan Angela ikut mematung saat mendengarnya. Jantung mereka berdetak tidak wajar dan keringat dingin memenuhi pelipis mereka.

Sosok itu mendekati mereka perlahan, Louis bangkit dan bersiap memukul.

Louis dan lainnnya berpandangan sejenak.

"lari!" Louis berteriak dan bersamaan dengan itu dia melayangkan pukulan pada sosok itu dan menghantam kepalanya dengan keras. Pukulan itu tidak terlalu kuat namun membuat kepala sosok itu terpisah dan meninggalkan tubuh dengan leher yang tampak terpotong dengan cara yang halus, seperti itu terpotong oleh sesuatu semacam pisau atau sejenisnya. Namun anehnya tidak ada darah yang muncul dari sana.

“AAhh!!!” Angela berteriak saat kepala itu terlepas dari tubuhnya.

Louis terpaku pada pemandangan itu sejenak sebelum kesadarannya kembali dan menarik Angela menjauh dari sana dan meninggalkan kampus itu dengan cepat diikuti dengan Adolf dan Billy yang juga masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

“Apa itu tadi?! Apa dia akan membunuh kita?!” Adolf mengumpat keras, entah karena terkejut, marah atau ketakutan.

Billy tidak mengatakan apa-apa namun dilihat dari ekspresi wajahnya dia benar-benar syok hingga tubuhnya bergetar.

Angela yang sudah keluar dari sana tidak sanggup lagi berdiri dan jatuh pingsan.

Bersamaan dengan menghilangnya Louis dan teman-temannya, sosok yang kehilangan kepalanya mematung sejenak dan berjalan santai pada kepalanya yang tergeletak dilantai. Sosok itu tidak jelas dalam gelap. Satu tangannya memegang linggis dan lainnya memegang kepalanya. Bibirnya hitam dengan gigi yang merah dan darah mengalir dari mulutnya. pada sela-sela gigi nya terdapat gumpalan-gumpalan kecil seperti daging. dia menjilat giginya sambil tersenyum lebar. matanya menyala terang dalam kegelapan menampakkan warna mata yang Semerah darah. Dia tertawa liar sebelum sosoknya menghilang dan menyatu dalam kegelapan.

***

Matahari muncul menyinari bumi, sinarnya merambat jauh memperlihatkan sosok yang terbaring dilantai.

"Aaaa!!!!" suara teriakan wanita menggema di seluruh fakultas kesehatan. Menyita perhatian semua orang.

Mayat yang terbaring tanpa kepala atau lebih tepatnya kepalanya dihancurkan hingga seluruh isinya berserakan dilantai. perutnya hancur beserta organ dalamnya yang sudah tidak bisa dibedakan.

Mahasiswi itu berniat lari, namun gerakannya terhenti saat merasakan sesuatu yang bawah ditelapak tangannya, dia membalikkan tangannya dan melihat sesuatu yang berbentuk bola oval dengan urat menggantung, itu mata!!!.

"Aaa!!" seketika itu juga gadis itu pingsang ditempatnya.

***

Angela menutup mulutnya berusaha untuk tidak mengeluarkan isi perutnya saat melihat mayat yang tidak utuh itu, sekarang dia berada ditengah-tengah mahasiswa yang sama-sama terkejut mendengar suara teriakan yang tiba-tiba. Wajah semua orang tampak buruk dan penuh ketakutan, beberapa pingsan dan beberapa tidak tahan untuk tidak mengeluarkan isi perutnya.

"Angela!" Adolf memanggil nama Angela saat melihatnya ditengah kerumunan, dan segera menariknya keluar dari sana.

"Kita harus melaporkan ini semua" Billy menatap Louis dan Lainnya tentang masalah ini. Dia sangat khawatir dan takut dengan apa yang baru saja terjadi pada mereka.

"Tidak, ini hanya akan membawa masalah bagi kita. lihat disana" Louis menatap pada seseorang yang sedang memeriksa mayat tidak jauh dari mereka, yang tidak lain adalah Sean.

“Kalian ingat, orang yang menyerang kita semalam memiliki mata merah bukan?.....tidak ada orang lain yang bermata merah selain dia disekolah ini” ucap Louis menatap Sean tajam.

"Hmph! dia benar-benar tidak merasa bersalah" ucap Billy geram menatap Sean yang seakan tidak berbuat apa-apa.

"Kita harus menyelidiki anak ini, dia sangat berbahaya" Louis menyarankan.

"Tapi, semalam kita tidak melihat siapa yang melakukannya. aku tidak yakin Sean yang melaku_"

"Jangan termakan oleh perasaanmu itu, tidak ada orang lain disana selain Sean. siapa lagi yang akan melakukannya? lagi pula sejak awal aku sangat curiga dengan anak ini, dia sangat misterius dan tidak jelas asal-usulnya. Siapa yang tahu? Dia mungkin dari alam lain yang terdampar kemari, atau bisa lebih buruk lagi” Louis memotong ucapan Angela yang hendak membela Sean.

“Mulai saat ini, kau tidak boleh lagi dekat dengannya. Apapun alasannya!” Louis meninggalkan Angela dengan marah.

"Kau tidak berhak ikut campur masalah pribadiku!" Angela berteriak tidak suka dengan kata-kata terakhir Louis.

“Apa kalian juga menganggapnya begitu? Aku tidak yakin soal ini” Angela menatap Adolf dan Billy dengan wajah penuh beban.

“Aku tidak tahu” Adolf menggeleng dan mendekati mayat yang berada ditengah kerumunan. Dia menatap pada tubuh yang hancur darah berserakan dan…tunggu! Tiba-tiba wajah Adolf berubah menjadi serius dan berbalik menatap Billy.

“Kau harus lihat ini” Adolf menarik tangan Billy dan mendekati mayat disana. Angela yang ada disana sedikit terkejut melihat Adolf menjadi seserius itu dan ikut kesana.

“Kenapa aku harus melihatnya? Tidak! Aku takut, aku tidak ingin melihatnya” Billy memberontak melepaskan diri dari Adolf entah apa yang merasuki temannya itu dan memaksanya melihat mayat yang mati mengenaskan.

“Jangan mengeluh! Perhatikan baik-baik, bukankah itu agak familiar?” ucap Adolf membuat Billy bingung dan terpaksa menatap mayat itu.

“Apanya yang familiar, itu sudah tidak bisa dikenali!” Billy mengumpat sesudah melihat mayat itu dia menjadi merasa mual dan ingin segera mengeluarkan isi perutnya.

Angela juga menatap heran pada Adolf. “apa yang familiar dengan itu? Apa kau mengenalnya?” tanya Angela bingung.

Adolf mengabaikannya dan beralih pada Billy “Bodoh! Wallpapernya kau ingat?!”

Billy menatap Adolf heran. Wallpaper? Wallpaper apa?!. Billy menatap mayat itu lagi dan tiba-tiba matanya terbelalak.

“Kau benar! Itu sama dengan yang ada_”

“Jangan berteriak, kau bisa membuat orang yang melakukannya mendengar kita” Adolf menutup mulut Billy dan melirik Sean dengan ujung matanya.

“Maaf. Aku baru memperhatikannya, aku ketakutan tadi" Billy tertawa kecil dan berkata "Kondisi mayat ini sama dengan yang ada diwallpaper itu. Apakah ini berhubungan?” tanya Billy.

“Sebenarnya apa yang kalian maksud? Wallpaper apa?” Angela semakin diliputi kebingungan melihat interaksi mereka berdua. Apa ada sesuatu yang tidak dia ketahui?

***

"Sean!" Laura memanggil Sean yang terlihat sedang membawa tumpukan kertas ditangannya.

"Ada apa?" Sean menatap Laura yang nafasnya tersengal-sengal, jelas dia lelah berlarian seperti itu.

Laura menenangkan dirinya dan berkata "tidak apa-apa, aku hanya ingin membantumu" Laura meraih setengah kertas yang diangkat Sean. Sean membiarkannya dan memberikan setengah kertas pada Laura.

"Kau sudah melihat mayat tadi bukan?" tanya Laura mencoba berbincang.

"Hm" jawab Sean singkat.

"Bukankah itu mengerikan? aku tidak tahu harus berkata apa. tapi gadis itu..." Laura berkata sambil berpikir.

"Kau mengenalnya?" tanya Sean mengerutkan dahinya.

"Tidak. tapi, kemarin kau ingat bukan? saat aku mengambil buku berjudul I am Scary?"

tanya Laura diikuti dengan anggukan kepala dari Sean.

"Sebelum aku mengambil buku itu, aku melihat gadis itu meletakkannya dirak buku. aku heran saat gadis itu membacanya entah kenapa aku merasa ekspresinya menjadi aneh, tatapannya menjadi kosong. karena itu aku penasaran dengan buku itu. aku ingin membacanya tapi kau menghentikanku" Laura menatap pada Sean yang memasang ekspresi biasa saja.

"Sean.." Laura menghentikan langkahnya dan menatap Sean yang berjarak beberapa langkah dihadapannya. Sean berbalik dan menatap Laura dengan tatapan heran.

"Semua ini... apakah kau tahu?" Laura menatap Sean dan melihat keterkejutan diwajahnya walaupun hanya beberapa detik, sebelum ekspresinya kembali seperti biasa.

"Aku tidak tahu apapun tentang ini. kenapa kau berfikir aku tau apa-apa?" Sean berkata tanpa menatap Laura yang masih terus menatap wajah Sean yang penuh keheranan.

"Bukan apa-apa. lupakan" gumam Laura sambil mengikuti Sean di sampingnya, sementara Sean hanya melirik Laura sambil tersenyum tipis. Sean hanya mengangkat bahu tidak peduli.

______________

Dukung author dengan memberikan vote, like, tip dan share ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang bisa menikmati ceritanya 😇

Terpopuler

Comments

Lysa Herlambang

Lysa Herlambang

coba kasih visualnya thor... pasti lebih mengerikan....☠️

2021-03-26

1

文华亮

文华亮

Happy writing thor. Bom Like dan 5🌟Rate ikut mendarat. Feedback ke "Pangeran Senja" yuk!

Klik aja profilku, tinggalkan jejak. Kutunggu kehadiranmu, semoga suka ceritanya☘

2020-07-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!