Ch. 3 Ketua angkatan 2

"Sean? kau mengagetkanku" Laura mengelus dadanya merasa lega. Dia sempat kaget dengan suara dibelakangnya dan langsung lega saat melihat itu hanya salah satu temannya.

"Letakkan buku itu kembali" ucap Sean dengan wajah datar.

"aku hanya ingin membacanya sebentar, kau tidak perlu sedingin itu kita rekan sekarang" Laura tidak mengambil hati sikap Sean karena sudah mengetahui sikapnya yang dingin dan cuek sehingga tidak terlalu menganggapnya. Saat tangan Laura hendak membuka sampul buku ditangannya, sebuah jari panjang dan langsing menahan tangannya.

Laura menatap pemilik tangan itu yang tidak lain adalah Sean dengan tatapan heran.

"Ada apa? kau juga ingin membacanya juga?" Laura menaikkan alisnya heran.

“aku tidak berpikir untuk membacanya, itu bukan seleraku. Dan itu juga sama untukmu” jawab Sean masih dengan wajah kaku.

Laura agak bingung dan mencoba mengacuhkan Sean. “itu hanya membaca bukan? Lagi pula buku diperpustakaan tidak mungkin berisi konten tidak senonoh kan?” Laura masih bersikeras ingin membaca saat suara Sean tiba-tiba menjadi terdengar lebih dingin. Laura mendongak dan menatapnya.

Sean tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit "Akan lebih baik jika kau tidak membacanya, aku yakin kau tidak akan menyukainya dan itu juga tidak akan baik untukmu" Ucap Sean dengan suara manis, Laura merasa suasana disekitarnya menjadi lebih dingin dan dia sedikit merinding. Sean tersenyum seperti itu dan hanya membuat Laura semakin tidak nyaman.

"Ba-baiklah" Laura meletakkan buku itu pada tempatnya dan meninggalkan Sean yang masih tersenyum dengan perasaan aneh. Gugup dan ketakutan? entahlah Laura hanya merasa itu aneh. Laura memikirkan ini dan tanpa sadar keringat dingin menetes dari pelipisnya.

***

Didalam Bus terlihat gadis manis yang menatap keluar jendela dengan tatapan heran terlihat dari wajahnya yang dipenuhi pertanyaan.

Laura mengingat-ingat sikap Sean tadi dan bertanya-tanya.

"Sean terlihat aneh, apa dia memang sedingin itu?" Laura mengusap dagunya terlihat berpikir. Dia tahu Sean merupakan orang yang tertutup dan cuek. Tapi apakah separah itu? Laura hanya ingin membaca buku tadi dan Laura merasa sikap Sean aneh, dia terlihat menegurnya tentang buku itu, tapi entah kenapa Laura merasa itu lebih seperti peringatan daripada teguran ringan.

“aku merasa Sean menyembunyikan sesuatu. Tapi apa?” Laura menggaruk kepalanya penuh tanda tanya.

***

Malam hari di kampus F sangat gelap, terlihat beberapa cahaya bergerak-gerak disekitar lantai tiga.

"Apa yang kita lakukan disini?" Angela menatap pada Louis dengan heran.

"Diamlah, jangan banyak bicara" Louis menutup mulut Angela yang berniat terus mengoceh.

Tiba-tiba Louis mematikan senter smartphonenya, dan menatap pada Angela memberi isyarat untuk diam.

Dikegelapan malam dan sunyi itu semua hal terdengar lebih jelas. suara langkah kaki terdengar mendekat kearah mereka.

Terdengar ringan dan hati-hati, itu terdengar lebih dari satu orang. Satu melangkah dengan tenang sementara lainnya agak terburu-buru. Louis menempelkan tubuhnya pada tembok hampir menjadi cicak. Dia dan Angela menahan nafas dan mereka berkeringat dingin.

Angela menatap Louis dan mendesaknya untuk mengecek karena posisinya yang membuat Louis bisa melihat orang itu dengan jelas karena dia tepat berada di samping koridor dimana suara itu berasal. Louis menatap marah sekejap sebelum memantapkan hatinya. Dia menyiapkan diri untuk melayangkan pukulan saat suara itu semakin dekat sementara Angela berkeringat dingin dan takut.

"hiyaaa!!" Luois mengerahkan pukulan pada sosok yang baru muncul disertai dengan teriakan dari sosok itu.

"Ampun! Ampuni aku!! jangan makan aku tuan hantu! Ampun!!" Louis menatap sosok yang sekarang berjongkok dan menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.

“Billy?” tanya Louis heran. Dia sudah berfikir bahwa yang mendekat kearahnya mungkin hantu atau lebih buruk penjaga sekolah. Dia tidak pernah berfikir bahwa itu adalah teman cerewetnya yang cengeng dan penakut.

"Kalian? apa yang kalian lakukan disini? jangan berteriak!" Angela yang sejak tadi berkeringat dingin menjadi heran dengan keadaan didepannya, ingin mengumpat tapi situasinya tidak mendukung.

Billy yang melihat keduanya menghentikan teriakannya dan menatap pada Louis dan Angela dengan heran bercampur lega.

Tiba-tiba saja matanya menjadi cerah dan penuh semangat saat berikutnya dia langsung meraih Louis.

"Louis sahabatku yang paling dermawan, kau sungguh mengagetkanku~" Billy berkata sambil memeluk Louis, sementara Adolf dan Angela hanya menggelengkan kepala heran dengan tingkah anak yang penakut itu.

"kau itu sebenarnya laki-laki atau perempuan? penakut sekali" Angela menatap Billy dengan ekspresi mengejek.

"Kenapa dengan itu? laki-laki juga bisa takut tahu" Billy menatap Angela marah karena membandingkannya dengan wanita.

"Hmph! perempuan dalam cangkang laki-laki" ucap Angela ketus, dia tidak percaya bahkan dia yang notabenenya perempuan lebih berani dari Louis yang jelas-jelas pria.

"jadi, apa yang kalian lakukan disini?" Adolf yang sejak tadi menonton pertengkaran Billy dan Angela akhirnya angkat suara.

"Seharusnya kami yang mengatakan itu, apa yang kalian berdua lakukan disini?" Louis bertanya dengan wajah heran penuh tanya.

"Ah... itu.. Billy mengatakan dia kehilangan Ponselnya, dan hingga sekarang belum ketemu. Jadi dia berpikir mungkin itu terjatuh dikampus atau mungkin saat kita memukul Sean tadi" Adolf menjelaskan sambil diikuti anggukan dari Billy.

"Louis sahabatku yang pemberani, aku tidak bisa hidup tanpa ponselku. kau harus membantuku mendapatkannya" Billy merengek sambil terus memeluk Louis yang hanya bisa terus mengumpat meladeni Billy.

"Kalian sendiri sedang apa disini?, kau tidak kehilangan ponselmu juga bukan?" Tanya Adolf sambil menyipitkan matanya, dia tidak memiliki alasan yang tepat dalam pikirannya yang bisa membuat Louis ataupun Angela untuk kekampus ditengah malam. Secara mereka keluarga kelas sultan dan tidak akan sampai kekampus hanya demi materi saja.

Mendengar pertanyaan itu wajah Louis agak tidak baik, dia berkata "aku tidak tahu bagaimana menceritakannya. sebelumnya aku pergi kerumah Sean bersama Angela untuk membahas masalah Angkatan, namun Ibu kosnya mengatakan Sean belum kembali selama beberapa hari terakhir. Jadi aku dan Angela berniat kembali kerumah. tapi... saat aku melintasi Universitas aku tidak sengaja melihat Sean, aku sudah memanggilnya tapi dia tidak merespon makanya kami masuk kemari untuk mencarinya sekarang, tapi kami malah kehilangan jejak. Aku heran apa yang dia lakukan disini?" Louis tampak berfikir.

"Kau tidak berfikir dia benar-benar iblis bukan? aku benar-benar takut dengan matanya itu" Billy berkata sambil gemetar.

"Iblis? apa kau masih anak-anak? Itu hanya ada dicerita fantasi dan kau percaya? Berapa usiamu tuan Davidson?" Angela mencibir dan memandang Billy dengan ekspresi merendahkan.

“Sudahlah jangan bertengkar. Jadi apa kau sudah mendapatkan smartphonemu kembali?” tanya Louis pada Billy yang masih meladeni Angela.

“Kami tidak menemukannya dikelas dan seharusnya itu ada ditempat kita memukul Sean sebelumnya. Jadi…ayo kita memeriksanya” ucap Billy sambil menatap Louis dengan tatapan penuh harap seakan tatapannya sedang melihat kepada dewanya.

“kau membuatku merasa jijik” Adolf membuang muka melihat tingkah inpulsif Billy. Dia selalu seperti itu, mengandalkan orang lain. Kapan dia akan berhenti bersikap seperti tuan muda? Dia sudah hampir berkepala dua!

_____________

Dukung author dengan memberikan vote, like dan share ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang bisa menikmati ceritanya 😇

Terpopuler

Comments

Sahrul Nisyam

Sahrul Nisyam

Penakut amat dah

2020-08-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!