Ch. 11 Petunjuk 2

Sean bangkit dan menatap Adolf “apakah menurutmu aku ini bukan manusia hanya karena mataku berbeda dengan kalian? Kita adalah mahasiswa kedokteran dan seharusnya tahu memiliki mata berwarna merah itu mungkin walaupun langka” Sean membela dirinya. Dia sangat tidak suka jika ada yang mengatakan matanya seperti iblis.

“Lalu apa? kau ingin menjelaskan bahwa hantu juga kemungkinkan mengalami perubahan genetic dan memiliki mata merah darah yang bersinar? Kau ingin aku mempercayainya?!..... Temanku terbunuh dihadapanku, Billy dan angela trauma, dan sekarang….. Sekarang Louis sekarat!! Kau pikir apa yang aku rasakan sekarang!!! Aku benar-benar muak dengan semua ini, berhentilah bermain-main dan kembalilah kealammu dengan tenang!!” Adolf meraih kerah Sean dan mengumpat didepan wajahnya.

“Jangan mengatakan lelucon yang konyol!! Aku manusia!! Apa aku harus membelah diriku sendiri dan memberimu jantungku hingga kau percaya aku manusia?!!” Sean juga berteriak pada Adolf tidak kalah kerasnya.

“Lelucon konyol? Kau berpikir ini konyol?!! Louis hampir terbunuh sialan!!!”

“Hei kalian!! Jangan berkelahi disini! Louis belum sadarkan diri, jangan menambah masalah lagi dengan berkelahi!! Itu tidak akan berguna!!” Billy melerai mereka berdua namun Adolf dan Sean terlalu kuat darinya dan Billy terlempar mundur.

“Berhenti disana!!!” Suara berat terdengar dari samping mereka. Security dengan cepat melerai mereka berdua, dan membantu Billy yang terjatuh dilantai.

"Ini rumah sakit. kalian akan mengganggu pasien jika kalian bertengkar di sini" Ucap security itu pada Adolf dan Sean.

Adolf menatap Sean dengan sinis sedangkan yang lain hanya mendengus kesal. Security meninggalkan mereka saat keadaannya telah terkendali.

Setelah kejadian itu, suasana diantara mereka hening dan tidak ada seorangpun yag berinisiatif memecah keheningan, sibuk dengan hati masing-masing.

***

Mata laura terbuka dan menemukan langit-langit kamarnya yang berwarna kebiruan. Laura bangkit dalam posisi duduk dan memijat kepalanya yang sakit.

“Sudah baikan?” suara ayah Laura terdengar dan muncul dari balik pintu dengan membawa nampan berisi bubur dan obat.

Laura masih menenangkan dirinya dan perlahan ingatannya kembali, bayangan tentang sosok anak kecil yang terbakar dalam kobaran api membuat wajahnya pucat seketika.

“Aaa!!!!” laura berteriak mengagetkan ayahnya dan segera menghampiri anak sematawayangnya itu.

“Ada apa sayang? Apa yang terjadi?” Ayah Laura mencoba menenangkan Laura dia memeluknya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

“Di…dia terbakar ayah, anak itu terbakar. Dia meminta bantuanku, apa yang harus aku lakukan?” Laura menatap ayahnya yang bingung.

Anak? Terbakar? Siapa?

“Tidak ada yang terbakar sayang, tidak ada anak lain disini” Ayah Laura menjelaskan, dan menenangkan Laura.

“Aku melihatnya ayah, dia…dia terbakar, dan dia…takut” ucap Laura dengan suara bergetar. Wajahnya pucat dan ketakutan. dia tidak bisa melupakan wajah menyedihkan anak itu.

"Istirahatlah sayang. Aku akan meminta izin untukmu besok” ucap ayah Laura yang hanya diberi anggukan olehnya.

***

Pagi berikutnya di universitas X

Pagi itu tampak normal seperti biasa, semua anak melakukan aktifitasnya masing-masing.

Dibawah pohon yang rindang, Sean berbaring sambil menghalangi matanya dari sinar matahari. Dia menghela nafas berat entah sudah yang keberapa kalinya. Wajahnya terlihat penuh dengan beban dan masalah.

“Sean Kingston” suara rendah terdengar dari atas Sean, dia menyingkirkan tangannya dan mengerjapkan matanya sebelum menatap wajah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Dia bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk

“Ada apa?” ucap Sean, pada ketua BEM.

Ketua BEM yang biasa dipangil Alex mendekatinya dan duduk disampingnya. Menatap Sean yang sepertinya menghadapi banyak masalah.

“Masalah Angkatan?” tanya Alex ringan. Namun tidak dijawab oleh Sean, selain tatapan kosong, sepertinya Sean larut dalam pikiran yang mendalam.

“Hei, aku bertanya” Alex menepuk pundak Sean dan menyadarkannya dari lamunannya.

“Hm…aku tidak tahu apa ini masalah angkatang atau apa. Semakin banyak kecelakaan yang terjadi dan kemarin rekanku hampir mati dan temannya menyalahkanku karena itu” Sean menghela nafas berat dan menguburkan wajahnya diantara lututnya.

“Sebelumnya saat masa angkatanku, kasusnya tidak separah ini, hingga ada yang terbunuh. Selama dua tahun terakhir pembunuhan itu tidak pernah terjadi lagi, hanya kasus kecil seperti kerasukan dan semacamnya” Alex menjelaskan

“Tapi…entah kenapa itu terjadi lagi dan malah menjadi semakin menjadi-jadi. Ayah Laura mengatakan pada dosen bahwa dia sedang tidak sehat, sepertinya itu bukan masalah kecil, aku lihat dia kemarin masih seceria sebelumnya” Alex menghela nafas panjang.

Kampus ini semakin tahun semakin buruk saja, sebenarnya ada apa dengan kampus terbaik ini?

***

Adolf berjalan menyusuri koridor kampus, dan berjalan menuju atap sekolah dimana dia biasanya berkumpul bersama teman-temannya.

Di atap sekolah itu tampak seorang gadis dengan rambut krem sepinggang menatap kebawah gedung menyaksikan mahasiswa beriteraksi satu samalain.

“Angela, apa yang kau lakukan disini?” Adolf mendekati Angela yang terus menatap kearah mahasiswa yang sepertinya tertawa dan bercanda satu samalain, terlihat penuh dengan kebahagiaan.

“Aku heran kepada mereka semua. Mereka masih bisa tertawa disaat seperti ini..” kata Angela dengan wajah pucat. Ketakutan akan malam itu tidak pernah meninggalkan benaknya.

“Mereka semua hanya belum merasakannya dan hanya menganggap ini pembunuhan biasa. Lagipula untuk apa khawatir untuk orang tidak dikenal?” Adolf berbicara sambil meletakkan tangannya pada ujung penghalang atap dengan tinggi mencapai pinggang Adolf. ikut memandangi mahasiswa yang beraktivitas dengan santai dibawah sana, seakan pembunuhan itu tidak pernah terjadi sebelumnya.

Ucapan Adolf menimbulkan kesunyian, tidak ada yang bisa membantahnya ataupun membenarkannya.

Angin sepoi-sepoi bertiup menerbangkan rambut mereka berdua, mereka berdua sama-sama tahu itu hanyalah tenang sebelum badai.

Kasus pembunuhan itu tidak bisa dianggap sebagai angin lalu saja, dan apa yang terjadi semalam merupakan peringatan keras untuk mereka.

Universitas ini tidak benar, itu memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh sebagian besar mahasiswa.

Sesuatu yang berbahaya dan tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya, bersembunyi dibalik bayang-bayang dan mengawasi mereka setiap saat. siap untuk memangsa siapapun yang mereka inginkan.

dan apa yang bisa mereka lakukan saat itu tiba?....

***

Laura menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Wajahnya penuh dengan pertanyaan dan ketakutan saat bersamaan.

Laura memikirkan apa yang dia alami beberapa tahun terakhir, pembunuhan teman-temannya, anak kecil yang terbakar, Sean yang misterius dan sosok dibalik terjadinya semua peristiwa ini. Dan…

Laura mengalihkan tatapannya dan segera mengambil tasnya, mengeluarkan buku ‘I am Scary’ dari sana.

Laura baru tersadar, semua masalah ini berawal dari buku ini.

Wanita yang ditemukan terbunuh waktu itu, melakukan kontak dengan buku itu. dia mambacanya dan keanehan terjadi padanya. Kemudian, keesokan harinya dia ditemukan terbunuh dalam keadaan yang mengenaskan.

________

Bagi yang sudah membaca sejauh ini, mohon berikan like dan vote pada ceritanya. jika kalian menyukainya silahkan share.

Dukung author dengan memberikan vote, like, tip dan share ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang bisa menikmati ceritanya 😇**

Terpopuler

Comments

Sahrul Nisyam

Sahrul Nisyam

Semangat terus Thor

2020-08-05

0

文华亮

文华亮

Like tertinggal sudah mendarat thor.

Salam hangat dari Pangeran Senja☘

2020-07-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!