Tangis Gendis

Disebuah ruang bersalin di puskesmas, Gendis menangis dengan tanpa bersuara. Setelah mendapat keterangan hasil pemeriksaan petugas medis.

"Hamil? Aku harus gimana? Aku belum menikah. Tapi aku udah hamil. Dan anak ini anaknya si tua bangka ga tau diri itu. Gimana caraku untuk minta pertanggungjawaban darinya? Gimana nanti kalau bapak ibu tau, mas Gibran tau, warga kampung tau, pasti aku bakal bikin aib keluarga. Aku harus gimana?" batin Gendia dengan penuh kebingungan.

Disaat Gendis sedang sibuk dengan fikiran nya, pintu ruangannya terbuka, tampak seorang laki-laki tak di kenal, dengan paras yang tampan, kulit putih mata sipit, rambut pendek rapi lurus disisir belah kanan. Laki-laki berbaju lurik putih navy itu berjalan ke arah Gendis. Gendis menutup dadanya dengan kedua tangannya, ada rasa trauma pada dirinya atas apa yang belum lama dia rasakan.

"Jangan takut. Saya tidak akan menyakitimu." kata Laki-laki itu dengan ramah.

"Saya Nico, saya tadi yang membawamu ke sini, karena kamu jatuh dari sepeda, tepat di depan saya. Dan pas saya mau menolongmu, kamu dalam keadaan pingsan." kata Nico menjelaskan.

Gendis hanya diam dengan raut wajah takut. Nico yang bisa membaca mimik wajah itu, karena dia adalah seorang psikiater tetap berusaha tenang dengan keadaan yang ada.

"Saya mau pulang." kata Gendis yang berusaha bangun dari tidurnya.

"Saya antar ya." tawar Nico.

"Tidak usah, saya bisa sendiri." kata Gendis dingin.

"Tapi sepedamu saya amankan didekat tempat kamu jatuh. Dan kamu ke sini tidak membawa sepedamu." kata Nico.

Gendis tampak berfikir. Nico mencoba mendekat dan memberi dia pengertian.

"Percayalah, saya hanyalah orang yang ingin membantumu. Mengurangi beban pikiranmu. Karena jika pikiranmu terlalu berat, itu akan mempengaruhi janin dalam rahimmu." kata Nico yang seketika membuat Gendis menatap Nico tajam.

"Saya sudah tau semuanya. Dokter yang menjelaskan." kata Nico.

Gendis hanya diam, tetapi hatinya sungguh kacau, pikirannya pun juga kacau, tampak raut wajah kebingungan pada wajah lugu gadis itu. Nico merasa, bahwa dia bukan anak nakal, yang bisa hamil karena ulahnya sendiri. Tetapi ada sesuatu hal yang membuatnya jadi seperti ini, dan Nico yakin, bahwa dia adalah korban.

"Kalau kamu mau cerita, cerita saja sama saya." kata Nico lembut.

"Saya juga punya adik keponakan perempuan, sejak kecil kami selalu bersama, tetapi setelah saya kuliah dan bekerja, kami berpisah, sehingga saya sudah tidak bisa menjaga dia lagi." kata Nico.

"Saya yakin, kamu gadis baik-baik. Kehamilanmu ini, bukan ulahmu yang salah, tetapi aku yakin karena suatu sebab, dimana kamu menjadi korban." kata Nico menduga. Apa yang diucapkan Nico, seketika membuat Gendis menatap Nico tajam, Gendis tampak nya ingin mendapat penjelasan detail darimana orang ini tai tentang dirinya.

"Tidak usah banyak berfikir dan menduga. Saya seorang psikiater, saya biasa menangani orang-orang stress, sehingga saya sudah biasa diajak curhat orang. Jadi, kalau kamu mau curhat, silakan. Ceritakan saja apa masalahmu, siapa tau saya bisa bantu." kata Nico sambil memegang pundak Gendis.

Gendispun kembali menangis, dan tak disadarinya, Gendis menangis di perut Nico. Nico yang awalnya merasa canggung, akhirnya membalasnya dengan mengelus punggung Gendis, dan memeluk gadis malang itu.

"Tenanglah." kata Nico.

Setelah beberapa saat, Gendis sudah merasa lebih tenang, lalu Gendis diantar pulang Nico, setelah dia menerima resep vitamin dari apoteker.

Setelah dari puskesmas, Nico mengajak Gendis ke warung Soto yang tak jauh dari gedung puskesmas.

"Oya, Kamu mau pesan apa?" tanya Nico.

"Terserah." jawab Gendis dingin.

"Okey."

Nico memesankan nasi soto ayam kampung dan es jeruk untuk mereka. Tak lama kemudian, pesanan mereka sudah siap di meja.

"Terimakasih." kata Gendis sambil memakan makanannya.

"Untuk?" tanya Nico sambil menatap gadis belia itu.

"Semuanya." jawab Gendis.

"Santai aja." kata Nico santai.

"Kamu kelas berapa Gendis?" tanya Nico yang sudah mengetahui nama Gendis dari bet nama di dada kirinya yang menempel di baju seragam OSISnya.

"Sembilan." jawab Gendis.

"Udah mau lulus dong." kata Nico.

"Iya. Hari ini adalah hari terkahir ujian nasional."

"Oh, pantas saja kamu nekad masuk."

"Aku ga tau, aku harus gimana. Aku belum menikah, dan aku juga ga punya pacar. Tapi kalau perutku tambah besar nanti, gimana? Pasti aku akan jadi aib untuk keluargaku." kata Gendis yang sudah mulai menangis.

"Kamu hamil itu, pasti ada pelakunya. Kalau kamu ga punya pacar, terus siapa yang menghamili mu?" tanya Nico.

Gendis tak segera menjawab, dia menatap Nico, mencari titik bisa dipercaya di sana.

"Aku dijebak." kata Gendis lirih.

"Dijebak?" gumam Nico.

"Katanya, aku akan diberi ramuan obat untuk kesembuhan bapakku, tapi ternyata dia melakukan itu padaku. huhuhuhu... dia jahat! Dia baj*****" umpat Gendis sambil menangis.

Nico paham maksudnya. Ya, benar dugaannya, gadis belia ini adalah korban, dia hamil karena diperkosa, bukan karena kenakalan dia sendiri.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya Nico.

"Tolong sembunyikan kabar ini dari keluarga saya. Dan dari siapapun yang ada di lingkungan saya." pinta Gendis.

"Lhoh, tapi lambat laun, perutmu akan semakin besar bukan?" tanya Nico.

"Saya mohon." kata Gendis.

"Ehm...baiklah."

"Bapakku sering sakit jiwa, ibuku kerja keras agar kami tetap bisa makan, masku kerja merantau demi bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Aku ga mau mereka sedih dan marah mengetahui apa yang terjadi padaku." kata Gendis.

"Kalau ketauan?" tanya Nico.

"Aku siap dihukum." kata Gendis.

"Tapi kan kamu ga salah, kamu hanya korban." banyak Nico.

"Percuma juga mau minta pertanggungjawaban aki-aki tua itu. Dia sudah beranak dan beristri, bahkan sudah bercucu." kata Gendis pesimis.

"Hem... ya sudah. Nanti kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa hubungi saya." kata Nico sambil memberikan kartu namanya.

"Disini ada nama saya, alamat dan nomer telepon saya. Saya janji, saya akan membantumu. Yang penting, kamu tetap semangat ya, sebentar lagi kan kamu mau lulus." kata Nico menyemangati.

"Terimakasih...pak Nico." kata Gendis.

Nico tersenyum melihat raut wajah Gendis berubah jauh lebih tenang.

"Saya antar pulang ya." kata Nico. Gendis hanya mengangguk.

Sepanjang perjalanan, tak ada obrolan diantara mereka, Namun Gendis tetap memberi arahan menuju ke rumahnya, hingga tiba di halaman rumahmu, Nico terperanjat, ternyata rumah yang dimaksud Gendis adalah rumah yang tadi dia datangi bersama pak Lukas.

"Ini rumahmu?" tanya Nico.

"Ya pak."

Nico terdiam, jadi ini alasan Gendis tidak mau memberitahukan kabar buruk ini kepada keluarganya. Karena memang kondisi bapak Gendis sedang tidak baik-baik saja.

"Maaf, saya tidak berani menyuruh pak Nico mampir, karena di dalam, bapak saya sedang sakit. Dan ada kakak saya juga, nanti mereka curiga." kata Gendis.

"Iya, gapapa. Yang penting, kamu tetap tenang ya. Nanti kalau ada apa-apa hubungi saya." kata Nico.

"Ohya, nanti sepedanya biar saya antar ke sini saja." kata Nico.

"Ga usah pak, nanti biar saya ambil bersama teman saya saja." kata Gendis menolak.

"Kamu yakin, gapapa?" tanya Nico.

"Ya." jawab Gendis.

"Baiklah. Jaga dirimu baik-baik ya, Gendis." kata Nico.

"Ya. Terimakasih."

"Sama-sama. Saya pamit dulu."

"Ya." jawab Gendis.

Nicopun melajukan motornya untuk kembali pulang ke rumahnya. Sedangkan Gendis masuk rumah, dan didapatinya bapaknya sedang tertidur pulas. Namun, tidak ada sosok masnya, Gendis berfikir, mungkin masnya sedang di sawah. Atau kalau tidak sedang main ke rumah temannya. Kemudian Gendispun masuk kamarnya, dia melanjutkan tangisan nya di kamar dengan ditutupi bantal. Dia berfikir, bagaimana caranya agar dia tidak membuat malu aib keluarganya. Gendis terus mencari jalan keluar dari permasalahannya ini.

Terpopuler

Comments

Herry Murniasih

Herry Murniasih

semoga mereka berjodoh dan Niko menerima keadaan Gendis apa adanya, dan dukun cabul itu segera tangkap dan penjarakan

2023-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!