Syarat Menyayat

Sepeninggal Gibran, Gendis di kampung hanya tingga dengan bapak dan ibunya. Tak terasa sudah enam bulan kakaknya pergi merantau. Semenjak Gibran pergi, mbok Yati bekerja di sawah setiap hari, dari pagi sampai sore. Sedangkan pak Parto kini lebih sering di rumah, karena sering sakit. Gendis yang masih belia, belum diperbolehkan bekerja oleh mbok Yati, Gendis diminta untuk beres-beres rumah saja dan fokus sekolah, dan jika bapaknya sakit, Gendis yang di kita untuk merawat bapaknya.

Siang itu, gendis baru saja pulang sekolah dengan berjalan kaki. Gendis melepas sepatunya, dan tak berapa lama kemudian terdengar orang memanggil-manggil namanya.

"Ndis, Gendis. Mbok, Mbok Yati." panggil seorang ibu-ibu dari luar rumah sambil mengetuk pintu rumahnya.

Gendis yang tadinya mau melepas baju seragam, mengurungkan niatnya, diapun membuka pintu dan benar, ada bu Mila yang memanggil-manggil namanya.

"Bu Mila? Ada apa bu?" tanya Gendis.

"Bapak, bapakmu Ndis." kata bu Mila sambil ngos-ngosan.

"Bapak? Bapak kenapa bu?" tanya Gendis cemas.

"Bapak mu kumat lagi, ngamuk-ngamuk sambil membenturkan kepalanya." kata bu Mila.

"Duh Gusti bapak..." oekik Gendis, lalu tanpa beralas kaki langsung berlari meninggalkan rumahnya. Gendis segera mengikuti langkah bu Mila, dan benar adanya, pak Parto mengamuk seperti orang kesurupan di dekat makam perbatasan desa, sambil terus menyakiti dirinya sendiri. Orang-orang tidak berani mendekat, karena hal itu akan membahayakan diri mereka sendiri. Namun ada satu bapak-bapak yang sudah mencoba untuk menenangkan pak Parto, yaitu ki Cipto. Sepertinya sudah ada warga yang memanggil ki Cipto, saat Bu Mila memanggil Gendis.

"Bapak..." tangis Gendis sambil memeluk tubuh bapaknya.

"Keadaan bapakmu tambah memburuk, banyak roh halus yang suka merasuk kedalam tubuh bapakmu." kata Ki Cipto.

"Terus kami harus gimana ki?" tanya Gendis sambil memangku kepala bapaknya dengan seragam putih birunya.

"Nanti malam, datanglah ke rumahku. Aku akan kasih tau, cara agar bapakmu bisa terbebas dari para roh halus yang jahat itu." kata KiCipto.

.

Gendis tampak berfikir, dia bukan tipe gadis yang suka keluar malam. Sehingga Gendis agak keberatan dengan perintah Ki Cipto. Tampak Ki Cipto menatap nakal gadis belia dihadapannya, dari ujung rambutnya sampai ujung kakinya yang tak beralas kaki. Namun, tatapan itu tak disadari Gendis.

Saat pak Parto sudah tenang dalam pangkuan Gendis, semua orang sudah membubarkan diri untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Tinggallah Gendis dengan bapaknya yang masih dalam keadaan lemah, dan Ki Cipto yang masih menunggu jawaban Gendis.

"Sudah beberapa kali saya mencoba mengobati bapakmu, tetapi bapakmu itu memang mempunyai darah hangat, yang membuat para roh halus suka dengannya." kata Ki Cipto.

"Apa bapak akan seperti ini terus Ki? Tolong Ki, berikan perlindungan buat bapak, biar bapak ga diganggu sama roh halus lagi." pinta Gendis dengan wajah memelas.

"Bisa. Bisa saja." kata Ki Cipto sambil berjalan mendekati Gendis.

"Sudah saya bilang, nanti malam, datanglah ke rumah saya. Saya akan berikan ramuan untuk bapakmu." kata Ki Cipto.

"Sama bapak?" tanya Gendis polos.

Ki Cipto menggeleng.

"Bapakmu masih lemah, sangat berbahaya jika malam-malam keluar rumah. Cukup kamu saja yang ke rumah saya. Karena ramuannya baru akan saya racik nanti malam." kata ki Cipto dengan senyum licik nya.

Gendis yang masih belia, tak mengerti arti tatapan itu. Dia masih berfikir tentang kesembuhan bapak nya.

"Baik Ki." jawab Gendis.

"Bagus, saya tunggu nanti malam ya cah ayu." kata Ki Cipto berbisik di telinga kanan Gendis yang membuat bulu roma Gendis bergidik dibuatnya.

Gendis terdiam, kemudian Gendis berusaha membantu bapaknya bangun, dan menuntun pak Parto ke rumahnya. Sedangkan Ki Cipto sudah pulang terlebih dahulu tanpa membantu Gendis yang kewalahan membawa tubuh bapaknya yang lemah.

Sesampainya di rumah, Gendis segera membuatkan minum, teh hangat untuk bapaknya. Gendis membersihkan tubuh bapaknya dengan lap, dan menggantikannya baju. Setelah itu Gendis menyuapi pak Parto, dan memijit-mijit kaki pak Parto.

"Nduk, maafkan bapak ya, bapak selalu merepotkan mu." kata pak Parto.

"Engga pak, bapak engga merepotkan kok." kata Gendis.

"Sudah berapa lama Gibran pergi nduk?" tanya pak Parto.

"Sudah enam bulan pak." jawab Gendis.

"Ada kabar apa tentang dia?" tanya pak Parto.

"Belum ada kabar pak. Lagipula, mas Gibran kan ga bisa baca tulis to pak? Jadi ya, Gendis ga bisa mengharapkan surat datang ke rumah." kata Gendis.

"Tapi kan dia bisa menyampaikan kabarnya melalui keluarganya pak Carik." kata pak Parto.

"Ehm... ya kalau itu, Gendis kurang tau pak." kata Gendis.

Setelah memijit bapak nya, Mbok Yati sudah pulanh dari sawah. Lalu membersihkan dirinya, sedangkan Gendis menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Setelah makan malam selesai, Mbok Yati yang merasa kelelahan, tak terasa sudah terlelap di dipannya, sedangkan bapaknya juga sudah tidur.

Gendis yang malam itu baru selesai mengerjakan tugasnya, masih terngiang dengan janjinya untuk mengambil ramuan dari Ki Cipto, Sehingga malam itu juga, Gendis mengambil sepedanya untuk dia bawa ke rumah Ki Cipto.

Sesampainya di rumah Ki Cipto, rumah itu tampak sangat sepi, karena memang Ki Cipto tinggal sendiri di rumah itu. Istrinya merantau. dan anak-anaknya sudah berkeluarga semua.

Gendis membersihkan diri untuk mengetuk pintu rumah ki Cipto yang terbuat dari kayu. yang diukir.

Tok Tok Tok

Terdengar suara kunci pintu dibuka lalu pintunya terbuka. Sosok seorang laki-laki paruh baya tampak tersenyum menyeriangai di harapan Gendis.

"Akhirnya kamu datang juga nduk, cah ayu. Kenapa baru datang? Hm?" tanya Ki Cipto lembut.

"Ehm, anu Ki, tadi...saya ngerjain tugas dulu." jawab Gendis.

"Oh, anak pinter, rajin belajar ya." kata ki Cipto.

"Sini nduk, masuk saja." ajak Ki Cipto.

"Tidak usah Ki, saya menunggu di luar sajam" jawab Gendis risih, karena punggung nya hendak di pegang Ki Cipto untuk diajak masuk.

"Masuk saja dulu, ramuannya ada di dalam, kalau kamu menunggu di luar berbahaya. nanti kalau ada pemuda nakal bagaimana? Sudah, ayo masuk dulu." ajak ki Cipto. Akhirnya atas bujukan ki Cipto, Gendispun luluh juga, dan mau masuk ke dalan rumah ki Cipto. Setelah Gendis masuk, Tanpa sepengetahuan Gendis dan tanpa disadari Gendis, Ki Cipto sudah mengunci pintu rumahnya.

"Duduk dulu nduk, tak ambilkan dulu ramuannya." kata Ki Cipto.

Gendis duduk dikursi tamu sambil melihat-lihat isian rumah ki Cipto yang megah. Banyak benda antik di sana dan dikalkulasikan harganya lumayan mahal.

Tak berapa lama kemudian Ki Cipto kembali dengan membawa segelas air teh.

"Diminum dulu nduk. Ternyata ramuanku belum matang, masih memerlukan beberapa waktu lagi, tapi tinggal sebentar lagi kok." kata Ki Cipto sambil duduk di samping Gendis. Gendis yang malam itu memakai kaos lengan panjang, dan celana selutut, merasa risih didekati ki Cipto.

Ki Cipto semakin mendekati Gendis, dan tatapannya semakin liar. Gendis merasa hal aneh akan terjadi, dia mulai curiga dengan gelagat Ki Cipto pikirannya sudah melayang ke mana-mana. Ki Cipto semakin merapatkan dirinya pada tubuh Gendis. Gendis merasa ketakutan.

"Ki...aki mau apa?" tanya Gendis gemetar.

"Hahaha. aki? Aki mau apa? Ya mah kamu cah ayu." kata ki Cipto semakin memepet Gendis.

"Maaf ki, tapi saya ke sini cuma mau..." kata Gendis dengan berusaha menghindari sentuhan-sentuhan dari laki-laki tua di hadapannya.

"Ayolah cah ayu. temani aki malam ini. Aki akan kasih apapun yang kamu mau. Asalkan kamu mau menjadi teman aki malam ini." rayu ki Cipto.

"Engga ki, maaf saya..." tolak Gendis.

Namun karena perlawanan Gendis, Ki Cipto semakin garang, tampak lebih galak. dan berusaha untuk menikmati tubuh indah Gendis. Namun apalah daya, Gendis hanyalah seorang gadis belia, dengan kekuatan yang tak seberapa. Akhirnya hal yang tak diinginkanpun terjadi malam itu. Gendis terjebak dalam sebuah kata-kata demi kesembuhan bapak nya.

Terpopuler

Comments

Herry Murniasih

Herry Murniasih

Astagfirullah... kasihan gendis dikibul dukun cabul, takutnyaa gendis trauma dan stres,

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!