19

Sava menatap tajam gadis didepannya dengan seringai diwajah cantiknya. Bukankah sudah ia katakan jika gadis ini sangat bodoh.

Vanti berteriak kesakitan kala kaki Sava menginjak dadanya kuat. Ia memegangi kaki Sava dan hendak membantingnya namun hal itu terbaca oleh Sava.

" Akhh lepas sialan!!" Teriak Vanti.

" Siapa Lo? Gue gak ada buat masalah sama, Lo." Vanti dibuat bingung dengan gadis didepannya.

Ketika ia sedang dalam perjalan pulang setelah berkumpul dengan kedua temannya, tiba tiba motornya dihadang dan langsung ditendang hingga terjatuh.

Vanti tidak mengenali jika didepannya saat ini adalah Sava. Gadis cupu yg mereka bully hingga masuk rumah sakit. Sava menggunakan topeng dengan masker hitam yg menutupi wajahnya hingga Vanti tak dapat mengenalinya.

" Haha. Apa orang kayak Lo pantas untuk tau siapa, gue?" Vanti masih bingung, bukankah ia tak pernah membuat masalah dengan siapapun kecuali si cupu. Lagi pula ia tak mencari mangsa belakangan ini , lalu siapa gadis didepannya saat ini. Vanti di buat pusing dengan pemikiran nya sendiri.

" Lo harus merasakan apa yang Rosa, rasakan!!." Sava mengangkat dagu Vanti hingga dirasakannya tubuh Vanti yg menegang ketika dirinya menyebut nama Rosa.

" Kenapa? Lupa siapa Rosa?"

" Apa maksud, Lo?" Vanti mendorong tubuh Sava kuat hingga Sava mundur beberapa langkah.

Vanti menyorot dingin gadis didepannya dan mengeluarkan pisau lipat dari balik bajunya. Sava tersenyum miring melihat itu, sudah ia duga jika psikopat seperti Vanti akan membawa benda kesayangannya kemana pun.

" Rosa Amelia, gadis berusia 16 tahun yg mati karena gantung diri di rumahnya setelah pulang dari pesta ulang tahun teman kelasnya." Sava berjalan maju hingga membuat Vanti memundurkan langkahnya seiring dengan langkah kaki Sava yg mendekat.

Kenapa ia merasa takut dengan sorot mata gadis didepannya dan lagi aura yg dikeluarkannya membuat tubuhnya bergetar. Ia adalah psikopat yg tidak takut pada apapun tapi kenapa dengan gadis ini semuanya berbeda.

" Apa hubungannya sama, gue? Dia mati atau hidup gak ada hubungannya sama, gue!!"

" Gak ada hubungannya? Luka sayatan di lengan juga bekas tamparan di pipi, bukankah Lo lebih tau?" Ucap Sava dingin dan terus merengsek maju.

" Gue gak tau!! Polisi sudah mengatakan jika hal itu karena depresi yg di deritanya hingga membuatnya menyayat tangannya sendiri dan berujung gantung diri!!" Jelas Vanti bergetar ketakutan.

" Lalu bagaimana dengan bekas tamparan diwajahnya?" Tanya Sava dingin.

" Gu... gue gak tau." Napas Vanti tercekat ketika Sava mencekiknya.

" Le...lepas." Pinta Vanti ketika ia kesulitan bernapas.

" Rosa gak ada riwayat depresi, lantas bagaimana ia bisa menyayat tangannya? Lo mau bilang kalo dokter yg mengatakan jika Rosa depresi?" Ucap Sava kala Vanti hendak menjawab namun tidak bisa karena cekikan dilehernya.

" Akh." Jerit Vanti ketika Sava membanting tubuhnya ke aspal. Sava menyeringai.

" Meskipun Lo psikopat namun hal itu gak berguna buat , gue." Ucap Sava ketika Vanti hendak menusuknya.

" Akhh." Teriak Vanti ketika rambutnya ditarik kuat oleh Sava hingga kepalanya mendongak keatas.

" Gadis yg kalian bully habis habisan hanya karena ia dekat dengan salah satu inti Black Wolf!!!."

" Gadis yg kalian siram dengan air sisa pel hingga seragamnya basah!!."

Sava semakin menarik kuat rambut Vanti dan mendorongnya kuat.

" Bangun!! Lawan, gue!!" Perintah Sava dengan sorot dinginnya.

" Kenapa? Masa iya seorang psikopat takut sama cewek modelan kayak, gue!" Ejek Sava memancing emosi Vanti.

Vanti yg merasa terhina, emosinya terpancing. Dengan pisau ditangannya ia menyerang Sava dan hendak melumpuhkan Sava.

Namun, bukan Sava namanya jika kalah begitu saja. Ia menendang tangan Vanti hingga pisau ditangannya terlempar jauh.

Bugh

Sava menendang perut Vanti dan memukul wajahnya hingga ujung bibirnya berdarah.

" Gue pastiin Lo dan ke dua temen Lo , akan dapat balasannya dari, gue!" Bisik Sava berjongkok didepan tubuh Vanti.

"Avanti Yudiar.!!" Sava tersenyum miring melihat Vanti yg diam membisu.

" Argh sialan!!" Teriak Vanti ketika Sava melaju kencang dengan motor sportnya.

" Gue gak terima!! Gue gak terima!!" Teriak Vanti tak terima jika psikopat kejam sepertinya harus kalah dengan garis ingusan seperti Sava. Ia janji akan mencari siapa gadis tadi dan memutilasi seluruh tubuhnya.

.....

Sava tersenyum kemenangan mengingat wajah ketakutan Vanti tadi. Sungguh lucu. Bukankah disini psikopatnya adalah dirinya lantas kenapa ia malah takut dengan dirinya yg hanya gadis biasa?

" Permainan dimulai." Ucap Sava tersenyum miring dan mengotak atik ponselnya.

" Kita lihat besok, beritanya akan menyebar dan...Boom." Sava tertawa pelan, ia sudah tak sabar menunggu hari esok untuk melihat wajah kesengsaraan musuhnya.

Apakah akan selucu di bayangannya. Ah! Atau mereka akan biasa biasa saja mengingat salah satu diantara mereka adalah anak donatur tetap sekolah yg telah membunuh sahabatnya?

Sepertinya hari esok akan sangat menyenangkan!!.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!