Sava berulang kali menatap ponselnya. Ia mendengus kesal ketika melihat cet dari Jihan.
Jihan
Sorry Va. Gue gak bisa jemput lo
Mobil gue mogok .
Sorry ya 🙏
" Kalo tau gini mending gue naik bus tadi. " Tanpa menunggu lagi dengan terpaksa Sava berbalik kerumah nya dan mengeluarkan motor sport miliknya dari garasi.
" Mudah mudahan gak ada yg tau." Sava berdoa agar tak ada satu pun murid SMA Cendrawasih yg melihat dirinya menggunakan motor Sport.
Sava mengganti roknya dengan celana jins tak lupa jaket kulit hitam untuk menutupi seragamnya. Sava mengenakan helm full face dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi karena bel akan berbunyi 10 menit lagi.
Sava tak henti hentinya mengumpat ketika ia berulang kali harus berhenti karena lampu lalu lintas yg berwarna merah ditambah jalanan yg macet.
" Cepetan woy. Telat ini." gerutunya kala mobil didepannya tak kunjung berjalan padahal lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.
Karena terlanjur kesal Sava mengklakson motornya hingga mobil didepannya berjalan. Sava beberapa kali menyalip kendaraan didepannya dengan kecepatan tinggi hingga menuai umpatan dari pengendara lain. Namun ia tak perduli yg penting saat ini adalah dirinya bisa segera sampai di sekolah meskipun telat.
Wush
Tiit
" Muke gile. Kenceng banget tu cewek pakai motor." Cakra, Niko dan Bagas menatap cengo pada motor yg baru saja melaju kencang didepan mereka.
" Bener Cak. Eh emang tadi cewek?" tanya Niko.
" Liat dari postur tubuhnya sih.kayaknya iya."
Tiiit
" Woy buruan jalan. Lo pada mau kena hukum babu sekolah." Mereka bertiga tersentak kala Evans berteriak dibelakang mereka.
Mereka melirik keatas yg ternyata Lampunya sudah berwarna hijau. Pantas saja sang wakil berteriak. Niko menatap Cakra yg masih bengong ditempatnya.
" Cakar ayam buruan. Lo mau kena semprot mulut pedas sih kutub?" Niko dan Bagas meninggalkan Cakra yg masih bengong ditempatnya diikuti Evans dan Abian dibelakangnya.
Cakra menghidupkan mesin motornya dan melaju menyusul sahabatnya.
" TUNGGUIN, ******."
" MAKANYA JANGAN NGELAMUN, MULU. KESAMBET PENUNGGU LAMPU MERAH TAU RASA LO."
Sava menghentikan motornya didepan warung dekat sekolahnya. Sebelum membuka helmnya Sava terlebih dulu mengambil topi didalam tasnya.
" Bik. Saya nitip motor ya." Penjaga warung yg dipanggil Bibik itu menatap heran pada sosok perempuan dengan topi dan juga masker yg menutupi seluruh wajahnya.
" Iya Non."
Sava berjalan kearah belakang sekolah yg terdapat tembok tinggi. Sava menghitung ketinggian tembok didepannya sebelum akhirnya memanjat tembok dengan gerakan lincah. Sava melihat sekitarnya. Dirasa aman Sava meloncat dari atas tembok dan mendarat dengan sempurna. Sava kembali memastikan sekitarnya agar dirinya tidak ketahuan dan berakhir dihukum oleh babu sekolah.
Tidak!! Sava tidak akan membiarkan dirinya kembali berjemur dibawah panas matahari yg menyengat kulitnya.
Sedangkan di sisi lain para inti Black Wolf baru saja sampai ditembok belakang sekolah setelah memarkirkan motor mereka di warung Mbok Inah. Warung yg menjadi tempat bolos bagi siswa SMA Cendrawasih.
" Lo naik duluan, Nik." Ujar Bagas dibalas pelototan oleh Niko.
" Gak!! gue gak mau jadi tumbal." tolak Niko mentah mentah. Enak saja dirinya dijadikan tumbal. Jika telat satu maka semuanya harus kena hukuman jangan dirinya saja yg kena.
" Udah buruan naik. Muka lo cocok soalnya kalo dijadiin tumbal." celetuk Cakra.
" Enak aja. Sekali gak tetep gak." tolaknya lagi.
" Ya elah. Gitu aja ngambek." ejek Bagas yg melihat Niko memasang wajah cemberutnya.
" Biasalah. Anak Mami." Ucap Cakra yg entah kapan sudah berada diatas tembok.
" Ciee yg anak Mami."
" Naik." satu kalimat dari sang ketua membuat mereka langsung memanjat tembok. Jika sang ketua sudah berbicara maka percayalah alarm mereka masing masing berbunyi seakan berkata. ' Bahaya datang.'
Cakra celingukan dibalik dinding untuk melihat apakah para babu sekolah sedang berpatroli.
" Stt. Buruan." Cakra memberi aba aba dengan tangannya. Setelah dirasa aman mereka langsung berlarian agar tidak ketahuan.
Brugh
Aww
Shh
Sava meringis kala pantatnya berciuman dengan lantai. Gadis itu menatap tajam pemuda yg berdiri tepat didepannya. Hari ini memang hari yg sial baginya. Sudah telat dan sekarang dirinya harus bertabrakan dengan Pemuda menyebalkan baginya.
" Jalan pakai kaki. Liat pakai mata." ketus Sava seraya merapikan seragamnya yg sedikit kusut.
Abian menatap datar gadis didepannya yg terus mengoceh sedari tadi.
" Sorry." ucapan singkat dari Abian membuat Sava menatap lamat pemuda itu.
" Gak papa neng?" tanya Niko.
" Buta mata Lo. Gak liat gue tadi jatuh, Ha!!" Niko mengusap dadanya kala mendapat nada ketus dari Sava.
" Mampus." lirih Bagas dan Cakra.
" Eh. Santai, Sav." ucap Niko tertawa kecil.
" Gak usah memperpanjang masalah. Kita udah minta maaf." ucapan bernada dingin dari Evans membuat Sava menelan kasar saliva nya.
" Yg memperpanjang masalah, siapa?" tanya Sava nyolot.
" Lo telat juga, Va?" tanya Bagas mengalihkan pembicaraan.
" Gak usah SKSD, deh." decih Sava lalu meninggalkan kelima pemuda menyebalkan itu.
" Gila galak bener, calon bu bos." celetuk Niko yg membuat Abian menatap tajam dirinya.
" Eh. Kan calon bos. Calon." ucap Niko menggaruk tengkuk yg tak gatal.
" Kelas." Abian berjalan duluan lalu diikuti keempat sahabatnya dari belakang.
Sava mendengus kesal ditempatnya. Setelah berganti pakaian di toilet tadi ia malah bertubrukan dengan dada bidang Abian yg membuat pantatnya harus berciuman dengan lantai. Untung saat ini kelasnya sedang Jamkos hingga dirinya tidak takut dihukum.
" Kenapa, Cil?" Sava menatap sinis kearah Jihan yg duduk didepannya.
" Nama gue Sava. S.A.V. A." tekan Sava .
" Kenapa sih, Lo. Pms ya?" tanya Jihan sebab Sava terus bicara ngegas sedari tadi.
" Ya gak lah. Gue lagi kesel tau."
" Kenapa?" tanya Jihan. Dyra saat ini tidak ada dikelas karena ia berada diruang guru entah untuk apa.
" Karena Lo bego. Kenapa Lo gak jemput gue?"
" Hehe. Mobil gue mogok tadi. Jadi gue dianter sama supir."
Sava kembali menatap sinis Jihan. Sebelum dirinya memasang earphone di telinganya. Jihan yg melihat itu sudah kelimpungan sendiri. Gawat bocil kematian ngambek bisa habis dirinya dibantai Dyra.
" Jangan ngambek dong, Cil." bujuk Jihan namun tak mendapat respon dari Sava.
" Gue kan gak tau kapan mobil gue mogok. Maafin ya."
" Udahan dong ngambeknya bisa abis gue di bantai Dyra nanti. Gue turutin deh lo mau apa. Asal lo maafin gue."
Sava melirik sekilas kearah Jihan yg memasang wajah memelasnya. Namun bukan Sava namanya jika luluh dengan mudah.
" Gak minat." tolak Sava. Jihan menarik panjang napasnya.
" Gue jabanin deh semua nya."
" Deal." ucap Sava tersenyum lebar.
" Sialan." desis Jihan. Tapi tak apa demi Sava akan ia lakukan agar dirinya selamat dari mulut pedasnya Dyra.
Ada yg mau kasih masukan?
Jangan lupa Like, Komen dan Vote ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments