Satu minggu berlalu. Dan selama itu pula Sava tidak diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit padahal ia sudah sembuh. Bahkan Dokter saja sudah menyerah dan memilih untuk membiarkan Sava tetap di ruangannya hingga satu minggu lamanya.
Tentu kalian tau siapa pelakunya. Siapa lagi jika bukan manusia posesif seperti Abian dan Pramu.
" Gue keseell." Sava mengerang kesal karena terus di tempeli oleh Abian dan Pramu.
" Aku sayang!!" Peringat Abian.
" Iya aku akuuuu." Kesal Sava.
" Aaaa. Bawa gue pergi dari dua manusia jadi jadian ini." Sava duduk di jalan depan rumah sakit dan menggerakkan tubuhnya seperti anak kecil yg tidak dibelikan mainan oleh Ayahnya.
Sedangkan Abian dan Pramu hanya menatapnya datar. Sava melihat keduanya dan kembali berteriak.
" MAMA SAVA MAU PERGI DARI MANUSIA NYEBELIN INI."
Sava berdiri dari duduknya dan menginjak kaki keduanya.
" Shhh. Sakit sayang." Keluh Pramu dan ditatap tajam oleh Abian.
Abian tak meringis karena injakan kaki Sava pada kakinya tak berasa sama sekali.
" Bodo amat." Ketus Sava dan pergi meninggalkan keduanya.
" Jangan lari lari kamu baru keluar dari rumah sakit." Teriak Abian.
" Keluarnya aja baru sekarang sehatnya udah lama." Sinis Sava.
" Ya elah si bocil ngambekkan mulu." Ujar Pramu.
" Bocil mata mu lima!!!."
" Ai." Desis Abian dingin.
" Apa ha? Kamu jangan deketin aku sampai 2 minggu kedepan."
" Kenapa?" Bingung Abian.
" Aku kesel sama kamu. Lo juga jangan deketin gue 2 minggu. Kalo kalian ngelanggar ..." Sava menjeda ucapannya dan tersenyum miring.
" Siap siap aja buat gak ketemu gue 1 tahun."
Diam
Ancaman Sava berhasil membuat kedua pemuda itu mengangguk refleks. Lebih baik tidak bisa mendekati tapi bisa melihat dari pada tidak bisa didekati apalagi melihat, pikir mereka.
" Bagus." Sava berbalik dan mengepal tangannya keatas.
" Yes. Akhirnya bisa bebas dari dua manusia posesif. " Girang Sava yg senangnya gak ketulungan.
.....
Pagi ini Sava berjalan kearah kelasnya dengan senyum yg tak pernah luntur dari wajahnya. Ia senang sangat senang. Akhirnya kehidupan bebas yg ia nantikan datang juga setelah satu minggu terkurung didalam ruangan berbau obat obatan.
" Ngapain Lo senyum dari tadi? Gila?" Ceplos Jihan.
" Gue lagi seneng tau." Jawab Sava tersenyum lebar ditempatnya.
" Kayaknya ketempelan setan penunggu gerbang, Dyr." Kata Jihan menatap Dyra disampingnya.
" Bener Han. Ngeri gue liatnya." Dyra bergidik ngeri melihat Sava yg terus tersenyum tidak jelas ditempatnya.
Jihan dan Dyra tak henti hentinya menatap khawatir Sava yg terus tersenyum. Bahkan ada yg menyenggolnya ketika berjalan kekantin Sava membalasnya dengan tersenyum ramah. Hal itu membuat mereka bingung.
" Kayaknya kita perlu bawa si bocil buat diruqiah." Dyra menyetujui ucapan Jihan.
" Bibir Lo gak pegel apa dari tadi senyum terus?" Ujar Jihan mulai jengah.
" Gak kok. Kan gue lagi seneng."
" Lo lagi seneng sama apaan sih sampai gak berhenti senyum?" Tanya Dyra.
" Bener. Sampe ngeri gue liatnya." Sambung Jihan.
" Kalian tau? Gue lagi seneng karena akhirnya gue bisa bebas lagi." Seru Sava semangat.
" Bebas?" Ulang keduanya bingung.
" Iya bebas. Bebas dari dua manusia paling neyebelin di dunia."
" Siapa?" Tanya Jihan penasaran.
" Kepoo." Canda Sava.
" Gak asik Lo, cil."
Jihan merengut kesal dan memakan batagornya dengan cepat untuk melampiaskan rasa kesalnya.
Sedangkan di meja lain Abian tak hentinya menatap Sava. Rasanya ia ingin segera menarik Sava dan mengurungnya di dalam kamar ketika melihat seorang siswa cupu dengan berani memberikan cokelat kepada gadisnya.
Bagas yg sedari tadi memperhatikan gerak gerik Abian tersenyum miring.
" Siapa tuh yg ngasih cokelat sama neng Sava?" Kata Bagas memanasi Abian.
"Mana, mana?" Heboh Niko dan segera mencari keberadaan Sava.
" Pacarnya kali. So sweet banget sih pake ngasih cokelat segala." Cakra tak mau kalah dalam hal memanasi ketuanya itu. Kapan lagi kan bisa mengerjai ketua mereka yg dinginnya melebihi kulkas seribu pintu.
Evan yg mendengar ucapan Bagas melirik sekilas tempat Sava berada. Ia menatap dalam Sava yg menerima cokelat pemberian Siswa cupu itu.
" Kayaknya udah jadian deh!"Seru Niko.
" Kalo kita ngasih cokelat buat cewek terus ceweknya nerima artinya dia nerima kita juga. Mantap si cupu bisa dapetin speak bidadari kayak neng Sava." Cakra semakin gencar menggoda Abian ketika melihat wajah Abian yg memerah menahan amarah.
" Kayaknya Lo kalah cepet Cak. Sava udah di tembak si cupu." Ucap Bagas.
" Bener Gas. Sakit hati gue." Ucap Cakra memegangi dadanya berlagak sok tersakiti.
" Eh eh liat si cupu ngusap rambut neng Sava. Romantis banget sih." Ucap Niko.
" Batal nih jadi bu bos." kata Bagas menatap Abian sambil tertawa.
Sava tersentak kala seorang siswa memberinya cokelat. Ia menatap cokelat didepannya lalu menatap siswa itu.
" I...ini bu...buat kamu." Gugupnya.
" Makasih." Ucap Sava dan menerima ukuran cokelat dari tangan siswa itu.
" Ekhem. Buat gue gak ada, Di?" Goda Jihan.
" Eh? Emm Jihan juga mau?" Tanya Adi.
" Haha Lo suka ya sama bocil gue." Jihan tertawa melihat wajah merah Adi.
" Gue acungi jempol buat Lo karena udah berani ngasih cokelat sama si bocil. Tapi dia gak boleh makan cokelat, btw." Ucap Jihan
" Be...beneran?" Tanya Adi menatap Sava memastikan.
Dengan kaca mata tebal yg menghiasi matanya dan rambut yg menutupi hingga dahinya membuat pemuda itu terlihat menggemaskan di mata Sava.
" Jangan dengerin Jihan. Makasih cokelatnya nanti gue makan." Ucap Sava tersenyum manis.
Dengan cepat Adi menutup wajahnya dengan tangan.
" Jangan senyum." Ucapnya.
" Kenapa?"
" Kamu terlalu manis."
" Cieeee Adi udah bisa gombal nih." Goda Jihan lagi.
" Dyr. Kayaknya Adi cocok deh sama, bocil."
Dyra hanya menanggapinya dengan tersenyum dan menatap Adi.
" Keren." Puji Dyra mengacungi dua jempolnya pada Adi.
" A..aku boleh u..usap rambut ka..kamu?" Ucap Adi pelan takut jika Sava tersinggung dengan permintaannya.
" Boleh." Namun jawaban dari Sava membuatnya tersenyum lebar.
Tangan lebar itu seketika langsung bertengger di kepala Sava dengan usapan lembut.
" Kamu cantik." Puji Adi dan dibalas senyuman manis oleh Sava.
Sava hendak membalas pujian Adi tapi sebelum itu tubuh Adi sudah jatuh tersungkur.
" ABIAN." Seru Sava dan segera membantu Adi untuk berdiri namun sebelum ia berhasil menjangkau tubuh Adi tangannya lebih dulu ditahan oleh Abian.
" Lepas!! Kamu apa apaan sih dorong dorong, Adi." Abian hanya diam tam berniat untuk menjawab perkataan gadisnya.
" Lo gak papa?" Tanya Dyra membantu Adi untuk berdiri.
Kantin seketika menjadi heboh ketika Abian mendorong tubuh Adi hingga terjatuh dan aksi nekat Abian yg menahan tangan Sava agar tidak mendekati Adi.
Ketika Adi sudah berdiri Abian mendekat dan menarik kerah baju seragam pemuda itu.
" Jangan deketin cewek gue apalagi menyentuhnya." Ucap Abian dingin hingga membuat Adi bergetar ketakutan.
" Abian udah. Lepasin Adi!!" Seru Sava memegangi tangan Abian agar melepas cengkraman nya.
" Sekali lagi gue liat Lo deketin cewek gue. Jangan harap Lo bisa liat matahari lagi besok." Ancam Abian tak main main.
" Ma...maaf." Ucap Adi menunduk ketakutan.
" Gue gak butuh maaf, Lo." Ujar Abian datar dengan tatapan tajamnya.
" Udah!!" Tahan Sava ketika Abian kembali ingin mendekati Adi.
Sava menatap tajam Abian namun malah terkesan lucu bagi pemuda itu. Wajah marah Sava tak ada seram seramnya sama sekali.
" Maafin Abian ya, Di. Makasih buat cokelatnya." Kata Sava lembut.
" Ngapain kamu nerima cokelat dari dia?" sungut Abian tak suka.
" Diam!! Kamu lupa sama ucapan aku kemarin?" Abian terdiam dan tak menyahuti ucapan Sava.
" Sekali lagi maaf, ya. Lain kali gue traktir Lo." Ucap Sava.
" Gak papa. Makasih udah nerima cokelat dari aku." Ucap Adi tersenyum.
" Kalo gitu aku pergi. Maaf jika udah buat kamu gak nyaman." Sava belum menjawab ucapan Adi karena Adi lebih dulu meninggalkannya.
" Kamu!!" Tunjuk Sava tepat di depan wajah Abian.
Namun bukannya takut Abian malah mengusap usap rambut Sava untuk menghilangkan bekas usapan Adi dari kepala gadisnya.
" Aku gak suka liat cowok lain nyentuh kamu." Ucapnya.
" Kamu gila ya!! Kan kemarin aku udah bilang jangan deketin aku." Teriak Sava kesal.
Kantin seketika menjadi senyap. Selama ini belum ada yg berani meneriaki ketua Black Wolf itu dan Sava adalah yg pertama.
Dengan perasaan kesal Sava pergi dengan menarik tangan kedua sahabatnya.
" Jangan lupa sama rencana, Lo." Ucap Evans yg entah kapan sudah berdiri disampingnya.
Bukan tanpa sebab Evans berkata demikian. Abian sudah terbawa suasana yg ia buat sendiri. Pemuda itu seakan lupa dengan rencana yg sudah ia buat sendiri. Evans hanya tidak mau jika Abian akan jatuh pada permainannya sendiri.
" Gue gak akan lupa." Dingin Abian dan meninggalkan area kantin diikuti keempat sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments