04

Siswa kelas XI IPS 2 menatap tak percaya sekaligus terkejut dengan apa yg mereka lihat saat ini. Cowok terpopuler satu SMA hingga masuk jajaran cowok terganteng di SMA mereka berdiri tepat didepan pintu kelas mereka.

Para murid perempuan sudah berteriak histeris ketika melihat Abian berdiri tegap di depan pintu kelas dengan kedua tangan yg dimasukkan ke saku celananya, sungguh sangat tampan.

*Aaaa, demi apa ketua black wolf dateng ke kelas kita.

Abiaan ganteng banget sih.

Mak anak mu udah ketemu jodohnya.

Aaaa. Abiaaan*.

*Semalem gue mimpi nikah sama Abian.

Aaa fiks sih dia lagi nunggu gue*.

Sedangkan di meja paling pojok Sava dan kedua sahabatnya menatap malas pada segerombolan gadis yg berteriak didepan mereka.

" Kayak gak pernah liat orang ganteng aja." kata Jihan malas.

" Wajar lah Han. Orang mereka anak rumahan yg gak pernah keluar." kata Dyra.

" Bukan deh, tapi gadis caper yg mau panjat sosial." Ucapan pedas Sava membuat kedua gadis itu terdiam. Mereka saling bertatap dan tak lama mereka tertawa. Sungguh perkataan yg nyelekit ke hati.

Semua murid perempuan sontak menahan napas mereka saat Abian mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas. Mereka sudah senyum senyum sendiri berharap cowok tampan namun dingin itu menghampiri mereka. Namun mereka kembali terkejut kala Abian malah berhenti di meja si gadis cupu.

" Ayo." Sava mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap bingung pada cowok didepannya.

" Kemana?" tanya Sava bingung.

" Kantin, sayang."

Degh

Semua orang kembali terkejut dan menganga kala Abian memanggil Sava dengan panggilan, Sayang? oh god apakah ini hanya halusinasi mereka saja. Mana mungkin cowok tertampan satu SMA malah memanggil si gadis cupu dengan panggil sayang.

Jangankan mereka kedua sahabat Sava saja syok mendengarnya. Siapa saja tolong sadarkan mereka dari mimpi mengejutkan ini.

" Dy-Dyr. Gue gak salah denger kan?" Jihan mengorek kupingnya untuk memastikan jika pendengarannya tidak salah.

" Gue juga gak percaya, Han." Dyra tak kalah terkejutnya dengan apa yg baru saja ia dengar .

Kedua gadis itu menatap dalam sosok Abian seolah mencari tahu maksud dari ucapan cowok tadi. Apakah ia mau membuat bocil mereka di musuhi satu sekolah.

" Bentar deh." kata Jihan yg sudah mulai sadar dari keterkejutannya.

" Maksud lo apa manggil Sava pake panggilan sayang?"

" Lo mau Sava di musuhi satu sekolah?" Jihan menatap tajam Abian dan menarik Sava kebelakang tubuhnya.

Abian tak membalasnya, ia hanya menatap datar gadis didepannya.

" Jangan ikut campur." nada dingin yg diucapkan Abian sungguh berbeda ketika ia berbicara dengan Sava.

" Gue akan ikut campur, karena Sava sahabat gue." tekan Jihan menatap tajam Abian.

Jika orang lain akan takut menatap Abian sang ketua Black Wolf namun Jihan tak takut sama sekali. Ah, tidak hanya Jihan bahkan Dyra pun tak takut sama sekali. Ia menatap tajam Abian seolah mencurigai sesuatu.

" Jangan mendekati Sava." Ucap Dyra tak terbantahkan.

Abian yg merasa jengah, menarik pergelangan tangan Sava dari belakang tubuh Jihan dan segera keluar dari kelas.

" Kurang ajar." Jihan mengeram kesal melihat kelakukan Abian.

" Ikuti mereka." Jihan mengangguk dan keduanya mengikuti Abian dan juga Sava dari belakang.

Disisi lain, Cakra sudah heboh sendiri ketika melihat ketua mereka menggandeng seorang gadis ke area kantin.

" Si bos gandeng gebetan lo, Cak." kata Niko menatap tak percaya pada bos mereka yg dengan santai duduk di meja mereka dengan Sava disampingnya. Tak lama Jihan dan Dyra pun ikut bergabung untuk melindungi bocil mereka.

" Eh, ada neng cantik." Niko merapikan rambutnya kala melihat Dyra duduk didepannya. Jika sudah begini bisa Bagas tebak jika jiwa buaya Niko akan segera keluar.

" Namanya siapa Neng?" benar bukan. Niko sudah memulai aksinya untuk merayu Dyra.

" Gue gak suka sama tampang buaya kaya, lo."

Niko seketika tersenyum kaku. Belum ketahap intinya saja dirinya sudah ditolak mentah mentah oleh Dyra. Sedangkan Bagas sudah tertawa ditempatnya melihat ekspresi Niko.

" Makanya jangan jadi, buaya." ejek Bagas memukul lengan Niko.

" Sialan lo, Gas."

" Apa lo ha. Belajar dari gue dong. Cukup setia sama satu wanita." sombongnya.

" Halah palingan bentar lagi Cantika ngajakin lo putus."

" Mana berani dia. Orang dia sayang banget sama gue."

" Oh. Kalo gitu gue aduin aja sama Cantika kalo kemarin lo boncengin cewek lain."

Bagas menatap terkejut. Bagaimana sahabatnya itu bisa tau.

" Kenapa kaget?" Niko tersenyum miring.

" Aduin aja gue gak takut. Toh cewek gue aja udah tau."

Ketiga gadis yg duduk satu meja dengan mereka hanya menatap jengah perdebatan tak bermanfaat antara kedua manusia absurd itu.

Bagas melirik Cakra yg memasang ekspresi sedihnya.

" Aku yg berjuang malah teman ku yg menang." Cakra lantas menata tajam Bagas yg mengejek dirinya.

" Ampun mas e. " Bagas mengatup kedua tangannya didepan kala Cakra menatap tajam dirinya.

" Ekhem." Bagas berdehem untuk mengalihkan perhatian kedua insan didepannya. Sava yg sedang memakan baksonya dengan Abian yg terus menatapnya membuat kedua pipinya merah merona.

Sedangkan Dyra dan Jihan memutar malas bola mata mereka. Kenapa bocil satu ini mudah sekali baper. Mereka tak habis pikir dengan tingkah Sava.

" Eh, Sav." Sava lantas menghentikan aktivitasnya dan menatap Bagas yg memanggilnya.

" Temen gue naksir lo, katanya."

" Bangsat." batin Cakra. Kenapa Bagas harus memberitahu Sava jika dirinya menyukai gadis itu. Akan ia eksekusi mati si Bagas karena telah membocorkan rahasianya.

" Oh." balas Sava tak mau mengambil pusing ucapan Bagas.

" Dia milik, gue." Ucapan datar dari Abian membuat mereka tertegun. Apakah mereka tak salah dengar, jika ketua mereka baru saja mengklaim seseorang sebagai miliknya.

Pupus sudah harapan Cakra untuk membuat Sava menjadi pacarnya. Cakra memasang ekspresi sedihnya, namun malah terkesan menjengkelkan bagi mereka.

" Wajah lo jelek." Cakra menatap tajam gadis didepannya yg malah asik menyantap makanannya setelah mengatai dirinya jelek.

Bagas dan Niko lantas tertawa keras sambil memegangi perut mereka. Baru kali ini ada yg berani menolak pesona seorang Cakra Dharmendra cowok yg terkenal playboy satu sekolah itu.

" Dikatai jelek sama cewek cantik." kata Niko tertawa keras.

" Kayaknya kadar ketampanan lo udah menurun, Cak."

" Diem lo berdua." Cakra menatap kesal kedua sahabatnya yg menertawai dirinya. Sedangkan Evans hanya menjadi penonton tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Ia terus menatap Sava dan memperhatikan setiap gerak geriknya sedari tadi.

Sava sadar jika dirinya diperhatikan namun ia memilih abai. Toh tidak penting juga pikirnya. Namun tidak dengan Dyra, ia yg merasa ada yg menatap kearah mereka langsung menatap balik Evans. Karena memang posisinya Dyra duduk disamping Sava jadi ia bisa merasakan jika sedang diperhatikan.

" Jaga mata, lo." tegur Dyra membuat mereka bingung. Dyra memberi isyarat kepada Jihan agar membawa Sava pergi ketika melihat gadis itu sudah selesai memakan makanannya. Jihan mengangguk dan mengajak Sava untuk pergi.

" Sav, Ayo ke kelas. lo belum ngerjain tugas biologi kan?" Sava melotot ia baru sadar jika ia belum mengerjakan tugas biologinya. Sava mengangguk dan berdiri dari duduknya.

" Gue ke kelas dulu. Makasih traktirannya."

Setelah kepergian Jihan dan Sava. Dan hanya meninggalkan Dyra disana. Dyra lantas menatap mereka satu persatu dengan tajam.

" Jangan macem macem dengan Sava."

" Terutama buat, lo." Dyra menunjuk kearah Abian.

" Gue gak tau apa rencana kalian. Tapi satu, jangan sentuh Sava. Atau kalian tau akibatnya." desis Dyra dan meninggalkan area kantin.

Ke lima pemuda itu tidak menampilkan ekspresi apa pun. Mereka hanya menatap datar Dyra yg sudah meninggalkan area kantin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!