Ceklek
Pramu lantas berdiri dari duduk ketika pintu ruangan dibuka begitu juga dengan Jihan.
" Bagaimana keadaannya." Tanya Pramu.
" Ia Dok. Temen saya baik baik aja kan Dok."
" Jawab Dokter." Bentak Pramu.
Dokter yg melihat kehadiran Pramu diantara mereka menunduk hormat dan hal itu membuat tanda tanya di benak Jihan. Siapa Pramu sebenarnya hingga dokter saja harus menunduk hormat padanya.
" Kondisi Nona baik baik saja. Hanya saja luka dan benturan keras dikepalanya membuat Nona pingsan." Jelas Dokter.
" Sembuhkan lukanya tanpa meninggalkan bekas sedikitpun." Ucapan Pramu adalah perintah mutlak bagi Dokter itu.
" Kami akan mengusahakan yg terbaik, Tuan muda." Setelah mendapat anggukan dari Pramu Dokter itu pamit untuk melanjutkan tugasnya. Tapi sebelum itu Pramu menghentikannya.
" Apa apa pasien bisa di jenguk?"
" Bisa Tuan muda, pasien akan dipindahkan terlebih dahulu keruangan pasien. Tapi saya harap jangan berisik karena pasien sedang butuh istirahat. Anda bisa memanggil saya jika butuh sesuatu. Saya permisi Tuan muda."
Pramu mengangguk lalu mengikuti perawat yg akan memindahkan Sava keruang rawat pasien.
Disinilah Pramu berada. Duduk didalam satu ruangan dengan Jihan untuk menunggu Sava sadar. Tak ada pembicaraan diantara keduanya yg ada hanyalah keheningan sampai kehadiran Dyra membuat suasana yg terasa canggung bagi Jihan seketika memudar.
" Akhirnya Lo dateng, Gue udah mau mati karena canggung." Jihan langsung memeluk Dyra lalu berbisik.
" Aura Pramu udah kayak mau makan orang." Dyra terkekeh mendengar bisikan Jihan.
Dyra meletakkan makanan yg ia beli di kantin rumah sakit lalu mendekati ranjang dimana Sava berada.
" Gimana kondisinya?" Tanya Dyra melirik Pramu.
" Seperti yg Lo, liat." Balas Pramu cuek.
" Sava baik baik aja cuman butuh istirahat." Sambung Jihan yg sedang membuka makanan yg dibelikan Dyra satu persatu.
Perutnya seketika berbunyi ketika melihat makanan yg menggiurkan didepan matanya. Tanpa menunggu lagi Jihan langsung melahap satu persatu makanan yg ada tanpa menawari siapapun.
" Pram." Pramu mengalihkan atensinya dari ponsel yg ia pegang dan menoleh kearah Dyra yg memanggil namanya.
" Makasih udah nolongin Sava." Ucap Dyra tulus.
" Itu udah tugas Gue. Lain kali jangan bawa Sava dalam masalah kalian." Dyra mengernyit bingung dengan ucapan Pramu. Membawa Sava dalam masalah apa?
" Kita gak pernah ajak Sava dalam masalah kita." Sanggah Dyra.
" Terus kenapa Sava sampai kayak gini?"
" Kita juga gak tau. Tadi Sava izin ke toilet terus saat kita samperin dia udah kayak gini."
" Terserah pokoknya kalo kejadian ini terjadi lagi. Jangan harap kalian bisa deket sama Sava." Ancam Pramu tak main main.
" Heh!! Lagian Lo siapanya Sava?"
" Gue orang yg paling tau siapa Sava dan Gue lebih dari yg Lo pikirin."
Jihan yg sedari tadi hanya mendengarkan angkat bicara ketika Pramu terus menyalahkan Dyra atas kondisi Sava.
" Heh Pramuniaga gak usah sok tau Lo. Kalo gak tau apa apa mending diem aja." Jihan menatap tajam Pramu yg terus memojokkan Dyra.
" Lagian bukan kita yg buat Sava kayak gini. Kalo Lo cuman banyak bacot doang masalahnya gak akan selesai." Ucapan pedas Jihan nyatanya tak membuat Pramu tersentil.
" Harusnya Lo yg gak usah banyak bacot. Jangan cuman bilang doang bisa lindungin Sava kalo nyatanya gak bisa sama sekali." Balas Pramu tak kalah pedas.
" Kurang ajar mulut Lo. Eh Pramuniaga kalo Lo bisa sana cari pelakunya jangan cuman bacot doang disini." Jihan seketika berdiri dari duduknya.
" Heh. Gue bisa cari siapa pelakunya asalkan Lo jadi babu, Gue."
" Ogah gue jadi babu orang setres kayak, Lo."
" Buta mata Lo ganteng gini dibilang setres."
" Iya gue buta. Buta liat Lo karena terlalu jelek kayak kodok."
" Asem."
Dyra menghela napas lelah melihat perdebatan antara Jihan dan Pramu yg ketika ketemu selalu bertengkar .
" Kalian mau buat Sava bangun?" Ucapan Dyra sukses membuat keduanya diam.
" Kalo mau adu bacot di luar sana cari tempat yg rame biar seru." Usul Dyra sinis.
Dret dret dret
Pramu menelan susah Saliva nya ketika melihat nama yg tertera dilayar ponselnya.
Pramu menatap Sava lalu keluar dari ruangan untuk menerima panggilan.
" Habisin makanan Lo. Kalo gak jangan harap gue mau beli makanan lagi buat Lo." Jihan melanjutkan acara makannya dengan kesal. Tak lupa mulut yg komat kamit di sela sela suapannya.
" Pramu sialan. Muka doang ganteng tapi banyak bacot, Cuaks."
Sedangkan di lorong rumah sakit Pramu sudah keringat dingin ketika mendengar suara orang yg menelponnya. Tubuhnya terasa lemas dengan tangan yg bergetar.
"......"
" I...Iya Kak."
"......"
" Gue akan memperketat penjagaan dan pengawasan."
"......"
" Jangan Kak. Gue gak mau." Tolak Pramu keras.
"......"
" Gue sayang sama Sava. Gue akan lebih ekstra lagi buat jagain dia."
"......"
" Ok."
Pramu mengusap kasar wajahnya. Rahangnya seketika mengeras dengan wajah memerah menahan amarah. Ia mencari kontak di ponselnya dan segera mengirim pesan ke pada kontak tersebut.
Anda
Send videos
Beri mereka pelajaran hingga masuk rumah sakit.
^^^082162435521^^^
^^^Baik Tuan Muda^^^
Pramu tersenyum miring seraya bersiul dan memutar mutar ponsel ditangannya. Ia berjalan dengan sebelah tangan yg dimasukan ke saku celana hingga membuatnya terlihat Cool.
" Berani berbuat berani bertanggung jawab." Ucapnya.
.....
Enghhh
Bola mata cantik itu perlahan terbuka namun kembali terpejam lalu terbuka lagi. Mata itu mengerjap untuk menyesuaikan cahaya dengan retina matanya. Ia memandang sekitar dan tanpa sadar tangannya bergerak hingga membuat orang yg sedang berbaring didekatnya terganggu.
" Lo udah sadar?" Dyra tersenyum senang ketika melihat sahabatnya sudah sadar setelah 3 jam lamanya tak sadarkan diri atau lebih tepat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.
" Lo mau minum?" Tanya Dyra ketika melihat Sava memandang gelas air minum disampingnya.
Sava mengangguk dan dengan cepat Dyra membantunya untuk minum.
" Lo mau apa lagi? Atau ada yg sakit? Atau Lo mau makan?" Tanya Dyra beruntun.
" Gue mau duduk." Ucap Sava lemah dan berusaha bangkit dari pembaringannya.
" Tunggu dulu Gue panggilin Dokter ."
Sava mengangguk dan tak lama kemudian Dokter yg menanganinya tadi datang kembali untuk memeriksa kondisinya.
" Syukurlah kondisi Nona sudah membaik hanya butuh istirahat beberapa hari lagi dan anda akan sembuh."
" Untuk resep obatnya sudah saya kasih ke Tuan Muda untuk ditebus." Sava hanya mengangguk lemah dan meminta untuk membantu duduk.
" Kalo gitu saya permisi Nona. Lekas sembuh Nona."
" Terima kasih Dokter." Ucap Dyra tersenyum ramah.
" Jihan mana?" Tanya Sava ketika ia tak mendapati batang hidung sahabatnya itu.
" Pulang buat ambilin baju ganti karena kita akan nemenin Lo disini semaleman." Jelas Dyra.
" Siapa yg bawa gue kesini tadi?"
" Pramu yg bawa Lo kerumah sakit. Sebenarnya Pramu siapa sih sampai Dokter di sini aja hormat sama dia?" Tanya Dyra bingung.
" Mana Gue tau, Orang kaya tersembunyi kali."
" Mungkin aja. Mana pakai di panggil Tuan Muda lagi udah kayak bangsawan aja."
" Oh ya Lo mau makan?" Tanya Dyra yg lupa menanyai Sava untuk makan.
" Gue belum laper mungkin nanti pas ada Jihan."
Tak lama pintu ruangan dibuka dan menampilkan sosok Pramu dengan tatapan datarnya.
" Ngapain liatin gue kayak gitu. Naksir Lo sama gue." Ketus Sava dan Pramu hanya bisa menghela napas.
" Obat Lo jangan lupa diminum." Pramu meletakkan obat yg ditebusnya tadi di atas nakas.
" Lain kali kalo di bully lawan balik jangan cuman diem." Ucap Pramu gemes.
Sava seketika merenggut kesal ketika Pramu mengacak acak rambutnya karena gemas. Tak hanya itu Pramu juga mencubit pipi dan hidungnya hingga memerah. Sava tau Pramu jika sudah begini artinya ia kesal namun tak berani memarahi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments