09

Seperti biasa. Kantin akan selalu ramai dengan banyaknya orang yg berbondong bondong untuk mengisi perut mereka. Sepertinya belum ada sejarah jika kantin sepi apalagi saat jam sekolah. Kecuali hari libur tentunya.

Tak terkecuali ke tiga gadis cantik ini yang tak lain adalah Sava, Jihan, dan Dyra. Mereka datang saat kantin belum seramai saat ini jadi mereka bisa leluasa memilih meja yg akan mereka tempati.

Jihan tak henti henti nya mengomel sedari tadi. Ia kesal sangat kesal jika bukan karena bocil kematian kesayangannya ia tak akan pernah mau melakukannya. Bagaimana tidak, sudah hampir 3 kali ia harus bolak balik meja dan stand makanan yg ada di kantin hanya untuk membeli atau bahkan mengambil pesanan Sava.

" Ini yg terakhir." Jihan dengan kesal duduk di bangkunya dan menatap sebal Sava.

" Makasih Jihan sayang." Bukannya merasa bersalah karena telah membuat Jihan lelah. Sava dengan santainya tersenyum lebar kearah Jihan yg membuat gadis itu semakin mendengus sebal.

" Bisa bisanya Lo senyum di saat kaki gue udah mau copot." sungut Jihan tak terima.

" Lo tadi kan bilang. Apapun permintaan Gue Lo bakal turutin." Jihan tersenyum pasrah di tempatnya mendengar jawaban Sava.

" Tapi gak gini juga, bocil."

" Baru jalan segitu aja udah ngeluh. Katanya mau lewatin samudra buat, Suga." Ucap Sava sambil memakan makanannya.

" Kalo demi ayang Suga beda cerita."

" Halah. Dia aja gak tau Lo hidup apa gak." Jihan seketika terdiam. Sungguh mulut Sava memang minta di jahit sekali kali. Dasar bocil kematian.

" Cukup gue aja yg tau dia hidup. Karena biar gue aja yg mencintai jangan ayang, Gue." ucap Jihan tersenyum sedih.

" Gue mau muntah denger Lo ngomong kayak gitu." Jihan menatap malas Dyra yg berlagak seakan ingin muntah.

" Yang jomblo diem, deh." sungut Jihan.

" Biar gue aja yg mencintai jangan ayang gue. Halah bulshit. Liat berita Suga sama IU aja udah nangis kejer ." Lagi lagi ucapan Sava membuat Jihan tertohok.

" Padahal cuman kerja sama."

" Sutt. Lo diem deh Cil. Mulut lo kayak cabe rawit. Nyelekit sampai ke jantung." Sungut Jihan.

" Makanya jangan halu mulu , Lo. Udah dikasih yg nyata malah milih yg gak nyata." Ejek Dyra.

" Bener tuh." Tambah Sava menyetujui ucapan Dyra.

" Kita itu nyata cuman perasaan kita aja yg gak nyata." Elak Jihan.

" Sama aja, Zubaedah." Ucap Sava dan Dyra bersamaan.

" Wih kompak ya. Bagus nanti gue kasih mic biar satu sekolah tau." Sindir Jihan kala warga kantin menatap kearah mereka karena suara teriakan Sava dan Dyra.

" Berasa kayak artis, Gue." Sava tersenyum bangga ketika orang orang menatap kearah mereka.

Jihan menatap Sava yg malah tersenyum bangga disaat ia dan Dyra menutup malu wajah mereka. Stress hanya itu kalimat yg cocok untuk Sava saat ini.

Di sisi lain kantin. Tepatnya di meja paling pojok. Bagas dan Niko sedang adu bacot hanya karena bakso Niko hilang satu dalam mangkoknya.

" Ngaku gak, Lo."

" Bukan gue dodol. Ngapain gue ngambil bakso , Lo." ucap Bagas tak terima kala ia dituduh mengambil bakso Niko.

" Terus kenapa mulut Lo ada kuah baksonya nya, ha!! sedangkan Lo pesannya batagor." sungut Niko yg tetep kekeh jika Bagas lah yg sudah mengambil baksonya.

" Gue tadi nyicip bakso nya Evans, bego. Lagian bakso cuman sebiji doang Lo permasalahin. "

" Itu bakso terakhir gue, Perkakas. Kenikmatan terakhir gue."

" Tapi bukan Gue yg ngambil, Es Kiko."

" Mana ada maling ngaku."

" Ya enggaklah . Kalo pada ngaku penjara udah penuh kali."

Keduanya masih beradu bacot. Abian yg sudah jengah akan keduanya memukul meja dengan keras hingga satu kantin terdiam.

Abian menatap tajam keduanya hingga membuatnya Bagas dan Niko menelan kasar Saliva mereka. Sedangkan sang pelaku utama malah dengan santainya menyantap nasi goreng di piringnya.

" Mampus." ucap Cakra dan dibalas tatapan tajam oleh keduanya.

" Lo sih. " Niko menyenggol bahu Bagas yg duduk disampingnya.

" Lo duluan ya. Udah gue bilang bukan, Gue."

" Pokoknya Lo harus ganti bakso gue." titah Niko tak mau dibantah.

" Bukan gue yg ngambil bakso Lo , Es Kiko. Astagfirullah." ucap Bagas beristigfar.

" Gas. Lo kristen." Ucap Niko.

" Oh iya. Ya Allah gue sunat lo lama lama." ucap Bagas kembali.

" Bego. Lo kristen goblok. " Kali ini Cakra yg berbicara.

" Terserah lah. Gak peduli gue."

Abian menarik napas panjang. Ia lelah dengan kelakuan tiga manusia titisan demit didepannya. Rasanya ia ingin membuang ketiga pemuda itu agar tak ada lagi kerusuhan dimana pun ia berada.

Niko melirik kearah Cakra yg masih asik mengunyah nasi gorengnya. Hingga tatapannya jatuh pada piring Cakra. Niko kembali memperhatikan isi piring Cakra. Tunggu, sejak kapan nasi goreng di kantin mereka menggunakan bakso sebagai topingny.

" Sialan." Desis Niko.

" Cakar ayam sialan. Ngapain Lo ngambil bakso gue, Ha!! Gak punya duit Lo sampai ngambil bakso, Gue."

" Mana ada gue ngambil bakso, Lo." Elak Cakra.

" Terus kenapa di piring Lo ada baksonya ha!!"

" Ini toping nasi goreng, gue."

" Sejak kapan kantin kita pakai bakso buat toping nasi gorengnya."

" Pokoknya gue gak mau tau , Lo harus ganti bakso gue yg ada di piring Lo." Tambah Niko.

" Sialan emang. Lo yg nyuri malah gue yg dituduh sama ni, Es Kiko." Ucap Bagas tak terima.

" Salahin muka Lo kenapa cocok di tuduh maling. " ucap Cakra.

" Sialan. Gini gini Cantika bucin akut sama, gue."

" Palingan di jadiin. Pelampiasan doang." Bagas seketika mengabsen seluruh nama hewan yg ada di kebun binatang.

" Udah . Sana Lo pesenin bakso buat,Gue." Niko mendorong bahu Cakra hingga mau tak mau Cakra beranjak dari duduknya memesan bakso untuk Niko.

" Iya . Bawel Lo kayak emak emak." sebal Cakra.

" Makanya jangan asal ngambil makanan orang." Cakra mendengus sebelum akhirnya benar benar pergi memesan bakso untuk Niko.

" Tiger ngajak balapan." ucap Evans yg sedari tadi diam memainkan ponselnya.

Atensi Abian langsung beralih menatap Evans begitu juga dengan Niko dan Bagas.

" Gak ada kapok kapoknya si Singa ngajak si bos balapan." ucap Bagas.

" Hooh ujung ujungnya yg menang juga si bos." tambah Niko.

" Kapan?" tanya Abian mengangkat kedua tangannya didada.

" Nanti malam jam 12.00." Abian mengangguk pertanda menyetujui ajakan balapan dari ketua geng Tiger tersebut.

" Serius bos? Bukannya malam nanti Lo kudu pulang, ya?" Ujar Niko mengingatkan.

" Bener kata Es Kiko. Malam nanti bukannya ada pertemuan penting dengan keluarga, Lo."

" Nama gue Niko bukan es kiko. Lo kira gue es apa!!" Bagas tertawa di tempatnya melihat Niko yg memasang wajah cemberut.

" Bisa ditunda." Jawaban dari Abian membuat mereka mengangguk. Mau sepenting apa pun urusannya jika sang ketua sudah berkata begitu artinya urusan itu tak lebih penting dari balapan malam ini.

" Lo harus hati hati. Kita semua tau gimana liciknya si Leon." ucap Bagas.

" Gue yg akan memeriksa arena balapan buat malam nanti." ucap Evans di setujui oleh mereka.

" Pulang nanti kita kumpul di markas." Titah Abian.

Tanpa mereka sadari pembicaraan mereka didengar oleh ketiga gadis yg duduk tak jauh dari meja mereka. Namun ketiga gadis itu memilih untuk abai. Toh bukan urusan mereka juga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!