Sedari tadi Sava terus memasang ekspresi murung diwajahnya. Ia merasa tak ada semangat untuk pergi sekolah pagi ini. Jika bukan karena kedua sahabatnya yg memaksa dirinya pagi ini, ia mungkin masih bergumul dengan selimut hangatnya.
" Kusut bener itu muka. Kayak gak disetrika." celetuk Jihan yg melihat wajah murung sahabatnya.
" Kenapa, Cil?" Sava menatap tajam Jihan. Berapa kali harus ia katakan jika dirinya tidak suka di panggil bocil. Ayolah dirinya sudah 17 tahun bahkan ia sudah memiliki KTP.
"Nama gue S.A.V.A. Kurang jelas?" Jihan me nyengir ditempatnya ketika mendapat ucapan penuh penekanan dari sahabatnya.
" Lo kenapa?" Kini giliran Dyra yg bertanya.
" Gue males ketemu sama mak lampir." Dyra dan Jihan terkekeh ketika melihat Sava yg cemberut.
" Gak papa. Mereka gak akan berani ganggu, Lo." Kata Dyra yakin dan diangguki oleh Jihan.
Sava menelungkup kan wajahnya di atas meja. Mood ny sangat buruk pagi ini. Apalagi mengingat jika para Mak lampir sudah mulai masuk hari ini setelah di skors selama 3 hari.
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yg lalu. Namun Sava seakan enggan beranjak dari kursinya. Jihan yg sudah kesal menarik tangan Sava dan membawanya menuju kantin.
" Ih. Gue gak mau , Han." Tolak Sava berusaha melepas tarikan Jihan pada tangannya.
" Lo itu belum makan siang, bocil." Sungut Jihan kesal.
" Mau mag lo kambuh. Terus masuk Rs lagi?" Sava mengerucut kan bibirnya mendengar ucapan Jihan.
"Tenang aja. Ada kita yg bakal jagain lo." Dyra mengusap pelan rambut belakang Sava dan di balas anggukan pasrah oleh Sava.
Setelah sampai di kantin, mereka langsung menempati meja yg kosong dan Jihan pergi untuk memesan makanan.
Tak lama setelahnya, Jihan datang dengan diikuti oleh ibu kantin yg membawa makanan mereka.
" Makasih Buk." ucap ketiganya.
" Sama sama Neng."
Setelah kepergian Ibu kantin. Jihan langsung menyambar piring batagor dihadapannya dan memakannya dengan rakus.
Dyra yg melihat itu menatap jengkel kearah Jihan yg sudah seperti orang tidak makan 1 minggu.
" Santai aja kali. Kayak gak makan seminggu, Lo." kata Dyra yg juga ikut memakan nasi goreng didepannya. Sedangkan Sava? jangan ditanya ia sudah lebih dulu menyantap bakso didepannya tanpa memperdulikan kedua sahabatnya.
" Gue.. emm lapwerr." Dyra menatap jengah Jihan yg bersuara dengan mulut penuh batagor.
" Telen dulu goblok. Entar keselek mati. " Kesal Dyra.
Brak
Uhuk uhuk
Dyra langsung menyodorkan air minum kepada Jihan saat gadis dengan rambut sebahu itu terbatuk dengan wajah memerah.
" Gue bilang juga apa. Ngeyel sih lo." Jihan tak memperdulikan ucapan Dyra. Ia menatap tajam ke tiga perempuan yang sudah menggebrak meja mereka.
" Maksud lo apaan, ha?" sarkas Jihan tajam. Ia paling benci jika acara makannya di ganggu.
" Gue gak ada urusan sama , Lo." Tunjuk salah satu diantara mereka tepat diwajah Jihan.
" Ngajak ribut lo ha. Dateng dateng ganggu orang makan. Lo mau mati." tukas Jihan lagi namun kali ini yg sudah berdiri dari duduknya dan menatap tajam Amanda, perempuan yang sudah berani menganggu acara makannya.
" Heh diem deh lo. Manda udah bilang dia gak ada urusan sama Lo." ucap perempuan disebelahnya dengan bando di kepalanya.
" Bener kata Vanti. Kalian gak usah ikut campur kalo gak mau kenap imbasnya." tambah Sila, perempuan dengan rambut panjang sepunggung.
" Bilang aja takut kali." ucap Dyra santai melanjutkan memakan nasi gorengnya yang sempat tertunda.
Sava? ia tak terganggu sama sekali dengan kedatangan ketiga mak lampir itu. Manda yg melihat Sava masih santai tanpa terganggu menjadi geram.
Srek
Sava menatap nanar mangkuk baksonya yg terjun bebas di lantai. Suara keributan itu mengundang atensi seluruh penghuni kantin menatap mereka.
" Maksud lo apa ha. Deketin pacar gue." ucap Manda tajam.
" Mau jadi cewek murahan?" Sava tak tersinggung sama sekali dengan perkataan Manda. Ia menatap malas perempuan jadian jadian didepannya.
" Bentar deh. Pacar lo siapa?" tanya Sava heran.
" Gak usah pura pura bodoh deh. Kemaren lo duduk sama Abian kan." ucap Avanti menambahi.
" Terus?"
" Cewek cupu aja belagu." Desis Manda hendak menampar wajah Sava.
Hap
Namun sebelum tangannya berhasil menyentuh wajah Sava tangannya ditahan oleh Jihan. Jihan mendorong Manda hingga perempuan itu tersungkur kebelakang.
" Berani lo sentuh sahabat gue. Gue pastiin tangan lo hilang detik itu juga." Ucap Jihan dengan tatapan tajamnya.
" Sialan."
" Lo bilang apa tadi? Abian pacar lo?" tanya Sava menatap Manda yg dibantu kedua temannya untuk berdiri.
" Lo gak salah kan? masa cewek modelan mak lampir kayak lo pacarnya Abian yg speak dewa yunani?"
" Heh cupu. Jangan lo kira karena gak ada yg bully lo. Lo bisa seenaknya." Sila hendak maju namun ditahan oleh Manda.
" Ngapain lo nahan gue Man. Biarin gue kasih pelajaran sama ni cupu."
" Bener. Mentang mentang kita gak masuk kemarin dia jadi seenaknya. Apalagi sampai deketin Abian." Tambah Vanti.
Manda berjalan mendekati Sava yg masih anteng duduk di kursinya.
" Gue peringatin buat lo. Jangan deketin Abian kalo lo mau hidup aman disini." ancam Manda. Namun bukan Sava namanya jika takut dengan ancaman tak berfaedah Manda.
Sava tertawa ringan ditempatnya. Ia menatap santai Manda dengan tangan diatas dada.
" Abian kan?" ucap Sava mengangguk.
" YANG NAMANYA ABIAN MANA? CEWEK LO BUTUH BELAIAN KATANYA."
Manda melotot tak percaya akan apa yg Sava lakukan. Jangankan Manda, Jihan dan juga Dyra tak kalah terkejutnya dengan apa yg Sava lakulan.
" Udah kan?" Sava berdiri dari duduknya.
" Jangan main main sama gue. Amanda Caitlyn." bisik Sava yg hanya bisa didengar oleh Manda.
Sava menarik dirinya agar menjauh dari Manda. " Gue gak ada deketin cowok, lo."
" Gak percaya? lo bisa tanya seluruh siswa disini ada gak dari sikap gue yg deketin Abian selama lo gak masuk."
Di lain sisi kantin, tepatnya di meja paling pojok. Niko sudah misuh misuh sendiri saat mendengar teriakan membahana Sava.
" Buset si bos diteriakin."
" Bener Nik. Perdana sih ada yg berani teriakin si bos." Tambah Bagas tak percaya pada apa yg ia dengar.
" Si Manda baru masuk udah bikin ulah." ucap Cakra menggelengkan kepalanya.
" Biasa lh Cak. Cewek kurang belaian ya gitu." tambah Niko.
Sedangkan Abian dan Evans hanya menatap datar pada meja ditengah tengah kantin yg sedang terjadi cek cok.
" Bos. Lo yakin sama rencana nya?" tanya Bagas. Suasana mendadak menjadi serius setelah Bagas melontarkan pertanyaan.
" Apa ini gak terlalu beresiko. Bukan apa gue bilang kayak gini. Kita udah berusaha cari data itu cewek tapi masih gak ada hasil yg memuaskan." papar Cakra menambahi.
" Bener. Bahkan bukti tentang dia yg terlibat sama kejadian waktu itu nyaris gak ada."
Abian terdiam ditempatnya. Ia mencerna apa yg para sahabatnya katakan. Memang pencarian mereka tentang seseorang selama ini nyaris tidak membuahkan hasil sama sekali.
" Gue yakin. Karena satu bukti kuat yg kita punya bisa membuktikan jika dia terlibat dalam kejadian itu." ucap Abian datar diangguki yg lain.
" Bener. Kita punya bukti itu yg bisa menguatkan kita bahwa dia terlibat dalama kasus itu." Setelah sekian lama tidka mengeluarkan suara. Akhirnya seorang Evans Saputra mengeluarkan suaranya.
" Gue rasa dia bukan orang sembarangan." tambah Niko. " Dia kayak orang yg lagi nyamar. " sambungnya.
Mereka menatap lekat pada meja ditengah tengah kantin yg sudah kembali tenang setelah geng mak lampir pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments