Niko dan Cakra masih memikirkan kejadian semalam di mana perkelahian mereka ditonton oleh seorang gadis.
" Woy." Niko dan Cakra seketika tersedak minuman ketika Bagas mengagetkan mereka.
" Bangsat." Umpat Niko.
" Asem Lo , Gas. Untung gue gak mati." Rutuk Cakra kesal.
" Siapa suruh ngelamun. Kesambet penunggu kantin mampus,Lo."
" Ck. Si bos mana?" Tanya Cakra ketika hanya mendapati Bagas dan si kutub Evans. Bagas menunjuk kearah dimana Abian berada.
" Yang bucin beda, ya." Ucap Cakra melanjutkan acara makannya.
" Makanya cari pacar jangan ganti ganti mulu." Ceplos Bagas tanpa filter.
" Kalo bisa banyak kenapa harus satu." Telak jawaban Cakra membuat sendok melayang ke kepalanya.
" Aduh. Sakit Evanss." Rajuknya kala Evans melemparinya sendok.
" Cuman cowok brengsek yg mainin perasaan cewek." Ucapan Evans berhasil membuat hati Cakra dan juga Niko tersentil. Beginilah jika manusia es bermulut pedas sudah berbicara. Setiap yg ia ucapkan hanya akan membuat sakit hati.
" Dengerin tuh, kata babang Evans." Sahut Bagas menepuk bahu Evans.
" Kayak gue nih. Cukup satu cewek." Sambung Bagas menepuk bangga dadanya.
" Halah modal rayuan aja bangga." Celetuk Niko.
" Yang penting Cantika jadi cewek, gue." Sombongnya.
" Halah sombong amat. Eh Lo pada gak penasaran apa sama cewek tadi malem?" Tanya Niko membuka pembicaraan tentang kejadian malam tadi.
" Iya bener. Kira kira siapa ya?" Cakra memegang dagunya seolah sedang berpikir keras.
" ABIAAN!!"
Suara teriakan Sava berhasil mengalihkan perhatian ke empat pemuda yg sedang berpikir di meja mereka.
Mereka lantas saling memandang satu sama lain dan kembali melhat Sava lalu berpandang kembali.
" Apa perasaan gue aja kalo bentuk tubuh cewek tadi malem mi...mirip sama Sa...Sava?" Ucap Bagas mengeluarkan pendapatnya.
" Gue juga ngerasa kayak gitu. Tapi kan dia gak bisa bawa motor." Sambung Niko.
" Bener. Ke sekolah aja kalo gak naik bus ya sama temennya." Tambah Cakra.
" Jangan melihat hanya dari cover." Ucapan Evans membuat mereka diam untuk sesaat.
" Kejadian di toilet dimana Abian gak sengaja nabrak Sava hingga jatuh." Sambung Evans menatap dalam Sava yg sedang memarahi Abian.
" Gue baru inget. Bukannya Sava bawa tas saat itu?" Ucap Bagas membenarkan.
" Iya gue juga inget. Kalo naik bus gak mungkin dia bisa telat kalo bangun pagi, kalo dijemput temennya juga gak mungkin. Apa..." Cakra menjeda ucapannya dan menatap Sava.
" Motor." Sambung Evans.
" Hati hati dia bukan orang sembarangan." Peringat Evans.
" Kok Lo tau sih?" Heran Niko karena pernah mendapati Evans yg selalu menatap dalam Sava seakan ia tau sesuatu.
" Insting. Dan insting gue gak pernah salah."
Sava masih berceloteh panjang lebar karena memarahi Abian yg dengan seenak jidatnya memakan bakso miliknya.
" Ganti gak!!. Abian ganti aku belum selesai makan!!."
" Jangan terlalu sering makan bakso nanti badan kamu bulet kayak gini." Abian menunjuk bakso didalam mangkok seolah mengatakan jika tubuh Sava bulat seperti bakso itu.
" Kamu ngatain aku gendut, gitu?" Abian seketika menjadi panik mendengar ucapan gadisnya. Bukan itu maksudnya tadi.
" En...enggak aku gak ada bilang kayak gitu." Elaknya.
" Terus tadi kamu ngatain aku kayak bakso itu , Apa!?" Sungut Sava.
" Cuman perumpamaan sayang."
" Jadi bener aku gendut!!"
" Aku gak ada ngomong gitu, loh."
" Itu tadi kamu ngomong."
Dyra dan Jihan hanya menjadi penonton. Mereka seperti menonton serial Tv ikan terbang. Dimana laki lakinya ketahuan selingkuh tapi gak mau ngaku.
" Mana ada aku ngomong, gitu. Aku cuman bilang jangan banyak makan bakso nanti badan kamu bulet kayak bakso."
" Nah kan kamu bilang aku gendut."
Abian menarik frustasi rambutnya ketika Sava menyalah pahami ucapannya. Dengan cara apa lagi ia harus menejelaskan dengan Sava jika tubuhnya tak gendut sama sekali yg ada malah semakin seksi.
" Kamu itu cantik mau gendut atau kurus kamu tetep cantik, sayang." Abian menangkup kedua pipi Sava dan menciumnya dengan cepat.
Para penghuni kantin berteriak histeris melihat adegan romantis didepan mereka yg disiarkan secara langsung. Apalagi pelakunya adalah Abian pemuda paling dingin dan paling anti dengan yg namanya perempuan.
Amanda merasa kepalanya sudah keluar asap sekarang melihat adegan yg membuat darahnya naik seketika. Gadis sialan itu memang tak bisa diberitahu dengan cara halus rupanya. Dengan perasaan dongkol yg luar biasa Amanda keluar dari area kantin dengan wajah memerah.
" Intinya kamu tetep bilang aku gendut." Bantah Sava tak baper sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Abian.
Abian tersenyum paksa mendengar ucapan gadisnya. Ia mau marah namun tak bisa dan jadilah ia hanya menampilkan senyum terpaksa nya.
.....
Para inti Black Wolf sedang berkumpul di markas kebanggaan mereka. Mereka terlibat pembicaraan serius saat ini hingga Cakra dan Niko yg biasanya selalu bercanda di mana pun kini tampak serius.
" Intinya perempuan tadi malem adalah Sava?" Ulang Abian seakan tak percaya dengan apa yg baru saja sahabatnya katakan.
Ayolah gadis itu tidak bisa menggunakan motor apalagi motor sport seperti malam itu.
" Gue kurang yakin. Tapi dari hasil pengamatan gue kemungkinan besar Sava adalah perempuan malam itu." Jelas Bagas.
" Gue juga kurang yakin sebenernya. Setelah gue lacak pemilik motor itu memang bukan punya Sava. Tapi gue menemukan sedikit keganjalan." Ucap Cakra yg bertugas sebagai hacker di gengnya. Jangan salah meskipun tampangnya tengil tapi pemuda itu adalah seorang hacker yg kemampuannya setara dengan hacker yg dimiliki para mafia.
" Keganjalan?" Ulang Abian.
" Motor itu ada di bengkel Surya dalam keadaan rusak parah." Jelas Cakra sembari memperlihatkan beberapa poto yg berhasil ia temukan.
Mereka melihat poto di laptop Cakra dan benar motor itu adalah motor milik perempuan malam itu. Terbukti dengan motornya yg berwarna hitam dan plat BN nya.
" Ini aneh. Bukannya malam itu motornya baik baik aja." Ucap Niko.
" Makanya gue bilang ada keganjalan." Sahut Cakra.
" Lo udah periksa motor Sava sendiri?" Tanya Bagas.
" Udah. Dan gue gak menemukan apa pun bahkan dirumahnya gak ada satu pun motor." Jawab Cakra.
" Ya kali kecelakaan mendadak, kan?" Ucap Niko.
Evans sedari tadi diam menyimak dan mengamati gambar yg di perlihatkan oleh Cakra.
" Bukan kecelakaan tapi kesengajaan." Ucapan Evans membuat Abian menatap ulang poto di laptop Cakra.
" Maksudnya?" Tanya Niko.
" Jika bener kecelakaan gak mungkin bentuknya kayak gini. Lihat !! bagian depan motornya hancur seperti sengaja dipukul dan lagi gak ada bekas lecet sama sekali yg menyatakan jika motor itu rusak karena kecelakaan." Jelas Evans menunjuk poto bagian depan motor yg hancur.
" Selidiki lagi. Usut sampai tuntas." Titah Abian dan langsung diangguki Cakra.
" Jika bener itu Sava. Gua gak habis pikir seberapa berbahaya dia. " Ucap Bagas.
" Gue udah curiga dari mulai dia menginjak sekolah SMA Cendrawasih." Ucap Evans.
" Jika bener motor itu miliknya. Artinya kita sedang diawasi sekarang. Awasi dia jangan biarkan dia melancarkan aksinya." Ucap Abian.
" Lalu gimana dengan rencana, Lo?" Tanya Niko penasaran dengan kemulusan rencana ketuanya.
Abian tersenyum miring. " Kapan dia balik?" Tanya Abian.
Bagas yg paham siapa yg dimaksud ketuanya langsung menjawab.
" Lusa. Dan kemungkinan dia akan menetap disini." Jelas Bagas dan dibalas senyuman miring oleh Abian. Berbagai rencana untuk menghancurkan Sava sudah tersusun rapi dikepalanya.
" Hati hati jangan buat dia terluka." Ucapan Evans mengundang tanda tanya dibenak mereka.
" Kenapa?" Tanya Abian datar.
" Gue cuman ngerasa kita akan mendapat bahaya jika dia terluka. Ingat dengan Amanda dan kedua temennya yg masuk rumah sakit setelah membuat Sava masuk rumah sakit?"
Ucapan Evans membuat Abian berpikir sejenak. Mereka memang sudah mengetahui dalang dibalik Sava yg masuk rumah sakit.
" Betul kata Evans dan entah kenapa perasaan gue gak enak akan hal ini." Ucap Niko yg memang peka akan sekitarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments