" Iih. Lepasin." Sava berusaha menarik tangannya yg ditarik oleh Abian hingga sampai ke area kantin.
" Abian." Kesal Sava namun Abian seakan tak peduli.
Setelah sampai ditempat para sahabatnya baru Abian melepaskan tangan Sava. Sava hendak menjauh dari Abian namun bahunya ditahan dak dipaksa duduk oleh Abian.
" Duduk dan makan." Tegas Abian.
Sava mendengus kesal. Kenapa pemuda ini sangat pemarah. Sava melihat sekitar mencari keberadaan sahabatnya sebelum suara berat Evans mengagetkan dirinya.
" Pergi." Sava terkejut kala suara Evans tiba tiba masuk ke gendang telinganya. Sava menatap manik mata hitam Evans yg membuat Evans tertegun.
Tatapan dalam Sava seakan memperingatkan dirinya untuk tidak berbuat macam macam. Abian yg melihat Sava dan Evans saling bertatapan segera berdehem dan menarik lengan Sava agar mendekat kearahnya.
" Gak usah ganjen." Sava melongo mendengar ucapan Abian. Tunggu bukan hanya Sava namun Niko, Bagas, dan Cakra tak kalah terkejutnya.
" Si Bos udah mulai posesif, nih." Ledek Niko.
" Bener. Gue mencium aroma aroma bulol." Sambung Bagas.
" Apaan tuh?"
" BUCIN TOLOL."
Ketiga pemuda itu lantas tertawa ngakak karena telah berhasil meledek ketua mereka.
" Etts tunggu kurang satu lagi." Kata Cakra.
" Apaan tuh?"
" Bucin. BUDAK CINTA."
" HAHAHA."
Wajah Sava sudah merona karena ledekan dari ketiga pemuda gesrek itu. Namun Abian tak menanggapinya ia hanya cuek bebek dan menyantap makanannya tanpa merasa terganggu sedikit pun.
" Sial gue baper." Batin Sava melirik Abian diam diam.
" Aciee muka bu bos udah merah tu Cak." Ucap Niko yg semakin gencar menggoda calon ibu bos mereka itu.
" Pakai blush on ya mbak."
" Pantes wajahnya merah kayak tomat."
" Kayaknya bukan deh. Dicium Bos itu pasti, makanya merah."
Abian menatap tajam Bagas yg mengatakan kalimat yg menjengkelkan baginya.
" Gue tebas pala,Lo." Satu perkataan Abian berhasil membungkam ketiga pemuda itu. Mereka sudah tau tabiat Abian. Jika satu kena maka yg lain juga akan kena. Diam adalah jalan terbaik untuk saat ini.
" Makan." Kata Abian ketika melihat Sava yg belum menyentuh makanannya.
" Gak mau nasi goreng. Maunya bakso." Cicit Sava takut Abian akan marah.
" Gak. Kamu harus makan Nasi siang ini."
" Tapi aku gak mau. Maunya bakso, Abian." Kekeh Sava tetap pada pendiriannya.
Abian tersenyum miring ketika melihat gadisnya yg kekeh pada keinginannya. Tunggu gadisnya?.
" Makan atau Teddy aku buang." Sava melotot kala melihat bonek beruang kesayangannya berada ditangan Abian. Entah kapan bonek itu ada ditangan pemuda didepannya bukankah boneka itu ada dilokernya.
" Kamu nyuri ya?" Sentak Abian.
" Buat apa nyuri kalo bisa ngambil sendiri."
" Abiaan balikin."
" Habisin dulu nasi goreng nya. Kalo gak Teddy aku buang beneran."
" Iya iya ini aku abisin. Liat pake mata." Sava mau tak mau akhirnya memakan nasi goreng yg sudah dipesan Abian agar Teddy kesayangannya selamat.
" Pinter." Abian mengusap puncuk kepala gadisnya sembari tersenyum tipis.
Uhuk uhuk
Cakra dan Niko terbatuk bersama ketika melihat tingkah laku ketua mereka. Keduanya saling tatap lalu kembali menatap du sejoli didepan mereka yg sedang bermesraan. Lebih tepatnya Abian mengusap puncak kepala Sava dengan Sava yg memasang wajah kesalnya dan sesekali manampar kecil tangan Abian yg mengacak rambutnya.
" Jangan ganggu nanti makannya gak selesai selesai." Dengus Sava.
" Kamu gemes."
Byur
Pftt
Cakra refleks menyembur minuman di mulutnya tepat diwajah Bagas.
" Bangsul. Cakar ayam sialan." Bagas dengan segera menyambar kotak tisu dan mengelap wajahnya.
" Eh! Sorry Gas. Gak sengaja."
" Gak sengaja dengkul mu. Mulut Lo bau neraka."
" Enak aja. Bau surga ini." Elak Cakra tak terima jika mulutnya di bilang bau neraka.
" Lagian ngapain Lo pake nyembur muka, Gue."
" Hehe. Gue kaget denger si bos bilang gemes sama bu bos. Maaf ya." Cakra mengatup kedua tangannya meminta maaf kepada Bagas.
" Hilang sudah ganteng Lo Gas. Entar Cantika cari pacar baru." Bagas seketika menatap tajam Niko yg asal ceplos.
" Kenapa? Kan bener. Tadi aja gue liat Cantika jalan sama ketua eskul Musik." Bagas seketika berlari meninggalkan area kantin dengan Niko yg sudah memegangi perutnya yg sakit karena menahan tawa.
" Kak Bagas kenapa?" Tanya Sava polos.
" Nyamperin janda depan gerbang." Jawab Niko di sela sela tawanya.
" Ha? Ngapain. Kata Jihan kalo Janda itu udah gak PW." Abian seketika melotot mendengar ucapan gadisnya.
" Siapa yg ngajarin ngomong gitu?" Ucap Abian dingin.
" Kata Jihan gitu." Polosnya.
" Haha. Bener bu bos janda emang udah gak PW." Ucap Niko.
" Emang Pw apaan?" Niko seketika berhenti tertawa dan menatap aneh Sava.
" Bu bos gak tau Pw apa?" Tanya Niko memastikan.
Sava menggeleng. " Nggak. Karena kata Dyra anak kecil gak boleh tau. Aku kan udah besar jadi aku boleh tau dong? Emang artinya apa." Tanya Sava penasaran.
" PW itu artinya...."
" Pekerja wanita itu artinya." Abian dengan cepat memotong ucapan Niko dan menatap pemuda itu tajam.
" Eh? Haha ia itu artinya." Niko dengan segera menyeruput minumannya kala sang ketua menatap tajam dirinya.
" Mampus kan, Lo."
" Jadi kalo ada orang yg gak kerja itu janda?"
Abian merasa tertekan menghadapi gadis polosnya. Sedangkan Niko dan Cakra sudah mati matian menahan tawa mereka. Evans? Jangan ditanya lagi pemuda itu sibuk dengan dunia nya sendiri.
" Gak gitu juga konsepnya, Sayang." Abian seketika merasa gemas dengan gadisnya ini.
Di lain sisi tepatnya di meja tak jauh dari ini Black Wolf Manda dan antek anteknya menatap penuh musuh pada gadis yg duduk diantara ini geng Black Wolf Itu.
" Sialan. Itu cewek gak ngerti rupanya pake cara halus." Geram Manda .
" Bener. Kayaknya kita perlu cara yg lebih ekstrem agar dia menyerah." sambung Vanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments