Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara

4 tahun kemudian...

saat ini Kiara sadah berusia 4 tahun, Kiara tumbuh menjadi anak yang sangat cantik, pintar serta sopan dan santun. Walaupun masih berusia 4 tahun tapi kepintaran Kiara mengalahkan anak anak sesusianya

jiwa keingintahunnya juga sangat tinggi, Kiara tidak akan berhenti bertanya sebelum dia mendapatkan jawabannya dan karena hal itu pula yang terkadang membuat Aluna serta Wati pusing, dan terkadang juga Kiara mempertanyakan hal yang belum seharusnya dia pertanyakan

saat ini masih pukul 10 pagi tapi Kiara sudah di jemput oleh salah satu temannya yang bernama Ani, anak tetangga sebelah rumah bu bidan,

" mama Kiara main ke rumah Anii ya? " pinta Kiara dengan wajah imut dan menggemaskan nya

" boleh tapi ingat tidak boleh nakal dan tidak boleh mengganggu temannya ya! " jawab Aluna mengingatkan

" horeee terimakasih mama! " ucap Kiara bahagia sampai melompat lompat

" muach. " Kiara mencium kedua pipi mamanya dan gak lupa mencium tangan mamanya dengan takzim lalu keluar dari rumah bersama temannya yang bernama Ani tadi

" Kiara mau kemana Aluna? " tanya wati yang baru datang dari dalam rumah

" biasa mbak ke rumahnya Ani! " jawab Aluna

Aluna dan Wati melanjutkan memasak menu untuk mereka berjualan hari ini. tidak lama Kiara kembali pulang sambil menangis

" mamaaaa.... " panggil Kiara yang menangis sambil berlari memeluk kaki mamanya

Aluna mematikan kompornya lalu menyamakan tingginya dengan tinggi Kiara

" Anak mama kenapa pulang pulang kok menangis? " tanya Aluna lembut sambil menghapus air mata di pipi chubby putrinya

" Ani bilang katanya Kiara gak punya papa, Ani bilang juga katanya papa sengaja buang Kiara dan mama! " papar Kiara sambil menangis sesegukan

hati Aluna serasa teriris pilu mendengar ucapan yang keluar dari bibir mungil Kiara, Wati yang mendengar ucapan Kiara juga merasakan sakit yang sama seperti Aluna

" Ani tau dari mana kalau papa buang Kiara sama mama? "

" kata Ani ibunya yang bilang dan ibunya Ani juga kasih tau Ani, kalau Ani gak boleh main sama Kiara karena Kiara anak yang gak punya papa! " ucap Kiara lagi yang semakin menangis tersedu sedu

hati Aluna semakin bertambah sakit mendengar anaknya di hina seperti itu, sebisa mungkin Aluna mengatur emosinya agar tidak menangis di depan Kiara

" Kiara lebih percaya mama atau Ani? "

" mama! " jawab Kiara pelan

" Kiara dengarkan mama, papa tidak pernah membuang mama ataupun Kiara , tapi papa sedang pergi bekerja ke luar negri makanya papa gak bisa pulang dalam waktu dekat! " papar Aluna berbohong

" maafkan mama Kiara mama terpaksa harus berbohong mama gak mungkin menceritakan hal yang sebenarnya sama kamu nak! " batin Aluna

" jadi kiara masih punya papa ma? " tanya Kiara dengan mata bulat indah yang berbinar bahagia

Aluna hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari Kiara

" horee Kiara masih punya papa! " teriak Kiara senang

" nenek! " ucap Kiara sambil berlari ke arah bu Asih yang kebetulan sedang melintas lalu Bu Asih langsung menangkap tubuh mungil Kiara dan menghendongnya sperti koala

" Nenek tau gak kata mama Kiara masih punya papa loh! " ungkap Kiara dengan riangnya

bu Asih mengarahkan pandangannya ke Aluna dan Aluna memberi isyarat dengan sebuah anggukan

" tentu saja Kiara masih punya papa! kenapa Kiara bisa bicara seperti itu? tanya bu Asih

" tadi waktu Kiara mau main ke rumah Ani ibunya bilang kalau Ani gak boleh main sama Kiara, karena Kiara anak yang gak punya papa dan Ani juga bilang kalau papa sengaja buang mama dan juga Kiara! " adu Kiara pada bu Asih

sebagai seorang ibu, dan seorang nenek yang menjaga Kiara sejak bayi tentu bu Asih merasa sedih dan terluka mendengar cucu cantiknya di hina seperti itu

" Kiara jangan mendengarkan omongan orang orang yang tidak tidak tentang Kiara dan mama ya? "

" iya nek, Kiara juga gak mau main sama Ani lagi, oh iya nek kakek mana? "

" kakek ada di belakang rumah, Kiara mau kesana? " tawar bu Asih

" mau nek Kiara ke tempat kekek dulu ya? pamit Kiara lalu turun dari gendongan bu Asih

" mama bude Kiara ke tempat kakek ya? " pamit Kiara juga

" iya ingat jangan mengganggu kakek bekerja ya? "

" iya mama! " jawab Kiara lalu berlari menuju halaman belakang rumah bu Ani

" jangan lari lari Kiara nanti jatuh! " teriak Aluna tapi Kiara tetap saja berlari semakin menjauh

" Aluna! " panggil Wati

" iya mbak, ada apa? "

" kenapa kamu harus berbohong sama Kiara? " tanya Wati

Aluna menghela nafas sebentar baru menjawab pertanyaan Wati

" jadi Aluna harus jawab apa mbak, mbak kan tau bagaimana sifatnya Kiara kalau Aluna bicara jujur Kiara pasti akan terus bertanya dan dia gak akan berhenti sebelum dia puas! " papar Aluna

" lagi pula Aluna gak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati Kiara kalau dia tau yang sebenarnya mbak! " ucap Aluna lagi sambil menitikkan air matanya

" kamu harus sabar Aluna dan kamu juga harus kuat demi Kiara! " ucap bu Asih lalu memeluk Aluna dengan sayang

" Aluna menyesal bu, semua ini salah Aluna andai Aluna gak melakukan kesalahan itu pasti Kiara gak akan di hina oleh temannya! "

" jangan manyalahkan diri sendiri Aluna, semua ini sudah menjadi takdir jalan hidupmu, jika kamu sanggup menjalaninya insyaallah kebahagiaan akan kau dan Kiara dapatkan di kemudian hari! " nasehat bu Asih

" ibarat kata pepatah selalu ada pelangi setelah hujan! " sambung Wati

" terimakasih ya ibu dan mbak Wati selalu ada untuk Aluna! "

" sekarang mending kamu hapus air mata kamu, kita lanjut masak karena sebentar lagi jam makan siang tiba pasti bakal rame yang datang! " sahut Wati

Aluna Wati dan bu Asih melanjutkan pekerjaannya sedangkan di belakang rumah Kiara sedang membantu pak Joko mencabut rumput

" sudah Kiara kamu lebih baik duduk saja di sana ini panas loh! " ucap pak Joko

" gak mau kakek Kiara mau bantu kakek di sini, kasian kakek kerja sendirian! " tolak Kiara

" tapi nanti kamu kotor Kiara, kalau di marahi mama gimana? "

" mama gak mungkin marah kakek paling bude yang marah.. Hi.. Hi.. Hi...! " Kiara tertawa di akhir kalimat

" apa yang kamu tertawakan Kiara? "

" Kiara inget kalau bude marah lucu.. Hi.. Hi.. Hi...! " Kiara tertawa lagi

" lucu bagaimana maksud kamu Kiara? "

" bude kalau marah lucu kakek lubang hidungnya gerak gerak, coba deh kalau bude marah kakek lihat pasti lubang hidungnya gerak gerak! " ucap Kiara

" kamu ini Kiara ada ada saja, nanti kalau bude dengar kamu membicarakannya bisa marah loh bude nya! " ucap pak Joko mengingatkan

" siapa yang marah? " tanya Anissa yang baru datang dari luar

setahun yang lalu Anissa menikah dengan pemuda kampung sebelah bernama Abdi dan setelah menikah Anissa ikut tinggal di rumah suaminya dan tidak lagi membantu di warung

" Tante Nissaaa! " panggil Kiara sambil berlari ke arah Anissa. Anissa langsung menangkap tubuh Kiara dan menghadiahi nya dengan ciuman bertubi tubi

" ih geli tante jangan ciumin Kiara terus dong! "

" tante kangen banget tau sama keponakan tante yang cantik ini! " jawab Anissa

" tante baru tau kalau Kiara cantik, tante aja kalah cantiknya sama Kiara! "

" nah kalau yang ini kakek setuju sama Kiara! " sahut pak Joko dari belakang

" bapak ini suka sekali sih bully anak sendiri, gak kangen apa bapak sama aku! "

" ya gak lah kan sekarang sudah ada Kiara yang selalu nemenin kakek ya gak Kiara! "

" betul ! " jawab Kiara sambil mengangguk lucu dan Anissa pun pura pura cemberut

" mmuuccah " Kiara mencium pipi kanan dan kiri milik Anissa

" tante Nissa jangan cemberut dong Kiara kan sayang sama tante Nissa! " ucap Kiara dengan polosnya

Anissa dan pak Joko pun tertawa melihat tingkah polosnya Kiara, kehadiran Kiara di keluarga mereka membawa kebahagiaan tersendiri,

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

Kiara pintar lucu

2023-10-26

0

ArRaf

ArRaf

tp bener loo Aluna ngomong gtu , dr pd aluna bilang kalo bapaknya kiara dah mati , kan pusing tuh besok kalo mereka ketemu , tp emang biar mati aja sekalian , laki laki laknat 😤

2023-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Positif hamil
2 Bab 2 - Pergi dari rumah
3 Bab 3 - Mulai bekerja
4 Bab 4 - Memberitahu mbak Wati
5 Bab 5 - Cek kandungan pertama kali
6 Bab 6 - bertemu Mona dan Abizar
7 Bab 7 - Diusir dari kontrakan
8 Bab 8 - Wati Andari
9 Bab 9 - kemarahan Aluna
10 Bab 10 - Permintaan Aluna
11 Bab 11 - Melahirkan
12 Bab 12 - Kiara Luvita
13 Bab 13 - Syukuran dan Akikah
14 Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara
15 Bab 15 - Jalan jalan ke taman
16 Bab 16 - Firasat seorang ibu
17 Bab 17 - Kecelakaan
18 Bab 18 - Berita duka cita
19 Bab 19 - Koma
20 Bab 20 - Kabar Abizar
21 Bab 21 - Diterima kerja
22 Bab 22 - Bertemu lagi
23 Bab 23 - Mengikuti Aluna
24 Bab 24 - Mengetahui
25 Bab 25 - Kotak bekal
26 Bab 26 - Mulai sadar
27 Bab 27 - Sadar
28 Bab 28 - Minta tolong
29 Bab 29 - Kejadian di Halte
30 Bab 30 - Memaafkan
31 Bab 31 - Bertemu untuk yang pertama kali
32 Bab 32 - Rumah sakit
33 Bab 33 - Curhat
34 Bab 34 - Aluna vs Sintia
35 Bab 34 - Di pecat
36 Bab 36 - Ingin berkata jujur
37 Bab 37 - Murkanya papa Anton
38 Bab 38 -
39 Bab 39 - Pertemuan tidak disengaja
40 Bab 40 - Pertemuan tidak disengaja 2
41 Bab 41 - Teringat masa lalu
42 Bab 42 - Mendapat restu
43 Bab 43 - Rencana
44 Bab 44 - Makan siang bersama
45 Bab 45 - Papa Alex dan mama Diana
46 Bab 46 - Makan di cafe
47 Bab 47 - Susuk
48 Bab 48 - Curhat
49 Bab 49 - Bertemu Mona lagi
50 Bab 50 - Gaun pengantin
51 Bab 51 - Cincin nikah
52 Bab 52 - Tanggung jawab
53 Bab 53 - Sandiwara Mona
54 Bab 54 - Ditangkap Polisi
55 Bab 55 - Ke kantor polisi
56 Bab 56 - CCTV
57 Bab 57 - Dibebaskan
58 Bab 58 - Bukan Abizar
59 Bab 59 - Di usir
60 Bab 60 - Pernikahan
61 Bab 61 - Pertemuan Bara dan Andari
62 Bab 62 - Gagal
63 Bab 63 - Taman Bermain untuk Kiara
64 Bab 64 - Ke pemakaman
65 Bab 65 - Berkunjung
66 Bab 66 - Mama Diana
67 Bab 67 - Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 - Positif hamil
2
Bab 2 - Pergi dari rumah
3
Bab 3 - Mulai bekerja
4
Bab 4 - Memberitahu mbak Wati
5
Bab 5 - Cek kandungan pertama kali
6
Bab 6 - bertemu Mona dan Abizar
7
Bab 7 - Diusir dari kontrakan
8
Bab 8 - Wati Andari
9
Bab 9 - kemarahan Aluna
10
Bab 10 - Permintaan Aluna
11
Bab 11 - Melahirkan
12
Bab 12 - Kiara Luvita
13
Bab 13 - Syukuran dan Akikah
14
Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara
15
Bab 15 - Jalan jalan ke taman
16
Bab 16 - Firasat seorang ibu
17
Bab 17 - Kecelakaan
18
Bab 18 - Berita duka cita
19
Bab 19 - Koma
20
Bab 20 - Kabar Abizar
21
Bab 21 - Diterima kerja
22
Bab 22 - Bertemu lagi
23
Bab 23 - Mengikuti Aluna
24
Bab 24 - Mengetahui
25
Bab 25 - Kotak bekal
26
Bab 26 - Mulai sadar
27
Bab 27 - Sadar
28
Bab 28 - Minta tolong
29
Bab 29 - Kejadian di Halte
30
Bab 30 - Memaafkan
31
Bab 31 - Bertemu untuk yang pertama kali
32
Bab 32 - Rumah sakit
33
Bab 33 - Curhat
34
Bab 34 - Aluna vs Sintia
35
Bab 34 - Di pecat
36
Bab 36 - Ingin berkata jujur
37
Bab 37 - Murkanya papa Anton
38
Bab 38 -
39
Bab 39 - Pertemuan tidak disengaja
40
Bab 40 - Pertemuan tidak disengaja 2
41
Bab 41 - Teringat masa lalu
42
Bab 42 - Mendapat restu
43
Bab 43 - Rencana
44
Bab 44 - Makan siang bersama
45
Bab 45 - Papa Alex dan mama Diana
46
Bab 46 - Makan di cafe
47
Bab 47 - Susuk
48
Bab 48 - Curhat
49
Bab 49 - Bertemu Mona lagi
50
Bab 50 - Gaun pengantin
51
Bab 51 - Cincin nikah
52
Bab 52 - Tanggung jawab
53
Bab 53 - Sandiwara Mona
54
Bab 54 - Ditangkap Polisi
55
Bab 55 - Ke kantor polisi
56
Bab 56 - CCTV
57
Bab 57 - Dibebaskan
58
Bab 58 - Bukan Abizar
59
Bab 59 - Di usir
60
Bab 60 - Pernikahan
61
Bab 61 - Pertemuan Bara dan Andari
62
Bab 62 - Gagal
63
Bab 63 - Taman Bermain untuk Kiara
64
Bab 64 - Ke pemakaman
65
Bab 65 - Berkunjung
66
Bab 66 - Mama Diana
67
Bab 67 - Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!