Bab 17 - Kecelakaan

Aluna masih terus menunggu di teras depan rumahnya dengan hati yang sudah tidak karuan lagi rasanya, takut, cemas, khawatir, gelisah, bingung semua berpadu menjadi satu

tepat pukul tujuh malam ponsel yang sedari tadi Aluna genggam tiba tiba berdering dan berharap panggilan tersebut berasal dari bu Asih tapi ternyata yang menghubungi justru Anissa

" kriiing. "

Aluna dengan segera menjawab panggilan telefon dari Anissa

" assalamu'alaikum mbak Nissa, ada apa? " tanya Aluna tapi di sebrang sana hanya tersengar suara tangisan milik Anissa

" halo mbak, mbak Nissa kenapa? " tanya Aluna lagi yang terdengar panik karena Anissa hanya menangis dan tak kunjung berbicara

" ha halo Aluna, " panggil Anissa terbata

" iya mbak, Aluna di sini mbak kenapa cerita sama Aluna mbak ada apa? "

" Ki Kiara Aluna Kiara! " sambung Anissa yang kembali terbata dan menangis, mendengar nama putrinya di sebut jantung Aluna berdetak dengan begitu kencang, segala pikiran buruk mulai merasuk ke dalam otaknya

" Kiara kenapa mbak? ada apa dengan Kiara? " tanya Aluna yang menuntut tidak sabaran

" bapak, ibu dan Kiara kecelakaan Aluna! " jawab Anissa

" mbak jangan bercanda ya ini gak lucu! " teriak Aluna marah

" halo Aluna ini mas Abdi! " ucap suami Anissa

" bilang sama mbak Nissa ya mas leluconnya itu sama sekali gak lucu. ! marah Aluna

" kamu yang sabar ya Aluna tapi ini beneran mas dan mbakmu gak bercanda ibu, bapak dan Kiara mengalami kecelakaan! " papar Abdi yang masih bisa mengontrol emosinya dan berbicara dengan jelas

" Kiaraaaaaa.! " teriak Aluna sekencangnya dan langsung terduduk di lantai

" kamu kenapa Aluna? " tanya Wati panik yang melihat Aluna sudah terduduk di lantai sambil menangis meraung raung

" Kiaraaa! " teriak Aluna lagi

Wati yang melihat panggilan Anissa yang masih terhubung di ponsel yang sedang Aluna genggam langsung mengambilnya begitu saja

" halo Anissa apa yang terjadi? "

" halo Wati ini saya Abdi ibu, bapak, dan Kiara mengalami kecelakaan! "

" jangan bercanda kamu Abdi! " ucap Wati tidak terima

" aku serius Wati sekarang lebih baik kamu ke rumah sakit permata sehat aku dan Anisa menunggu kalian di sini. " papar Abdi yang langsung memutuskan sambungan telefonnya

" Aluna lebih baik sekarang kamu bersiap siap kita kerumah sakit sekarang! " pinta Wati

segera saja Aluna bangkit berdiri lalu masuk ke dalam rumahnya dan bersiap siap

" ayo mbak cepetan! " pinta Aluna tidak sabaran

" iya sabar Aluna mbak kunci pintunya dulu! "

selesai mengunci pintu rumah Aluna dan Wati langsung berangkat menuju ke rumah sakit, sepanjang perjalanan Aluna terus saja menangis tanpa henti segala pikiran buruk semakin merasuk ke dalam otaknya, ketakutan demi ketakutan kian menghantui Aluna

" ayo mbak Wati lebih cepat lagi! " pinta Aluna dan Wati pun langsung menambah laju kecepatan motor miliknya

45 menit berjalan akhirnya mereka tiba di rumah sakit permata sehat, Aluna yang tidak sabar langsung berlari sambil menangis mencari keberadaan Abdi dan Anissa yang ternyata sedang berada di depan ruang UGD, sampai di sana Aluna melihat Anissa yang masih terus menangis di pelukan suaminya

" Kiara ada di mana dan bagaimana keadaannya, dia baik baik saja kan? " tanya Aluna beruntun

" Aluna! " kaget Abdi dan Anissa melihat kedatangan Aluna

" katakan dimana anakku mbak, mas? dan bagaimana keadaannya? " tanya Aluna lagi

Tidak lama Wati pun tiba di depan pintu ruang UGD

" sabar Aluna sabar! " ucap Wati menenangkan Aluna

" bagaimana Aluna bisa sabar mbak sementara Aluna sendiri tidak tau bagaimana keadaan anakku sekarang! "

" iya mbak tau tapi apakah dengan cara seperti ini kamu bisa mendapatkan informasi yang kamu mau! " sambung Wati yang berbicara sedikit keras pada Aluna

tapi tiba tiba pintu ruang UGD terbuka dan keluarlah seorang suster dari dalam

" keluarga pasien atas nama Kiara! " panggil suster tersebut

" saya suster, saya mamanya bagaimana keadaaan anak saya? "

" dokter ingin bicara dengan anda di dalam, mari ikut Saya! " pinta suster dan langsung saja Aluna mengikuti suster tersebut masuk ke ruang UGD

sampai di dalam ruang UGD hati Aluna sangat hancur dan sakit melihat kondisi putrinya yang sangat memprihatinkan tangan yang di infus, hidung yang memakai oksigen, serta banyak alat lain yang menempel di tubuh mungil milik putrinya, belum lagi banyak luka dan bekas darah yang mengering semakin menambah luka hati Aluna sebagai seorang ibu

" dokter ini ibu dari pasien atas nama Kiara! " ucap suster tersebut memberitahu seorang dokter yang menangani Kiara

" begini kondisi putri ibu sangat menghawatirkan dia membutuhkan penanganan yang lebih serius dan lebih intensif tapi alat di rumah sakit ini tidak cukup memadai, jadi saya menyarankan agar putri ibu di rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap di Jakarta. " papar Dokter yang menangani Kiara

" Ya allah Kiaraaaa! " tangis Aluna semakin pecah mendengar penjelasan Dokter

" saya harap ibu bisa lebih kuat dan lebih bersabar karena untuk saat ini yang di butuhkan putri ibu adalah semangat dan dukungan dari ibunya bukan tangisan milik ibunya" ucapan dokter begitu menusuk hati Aluna tapi Aluna tidak menampik bahwa apa yang dikatakan dokter tersebut ada benarnya

" ya Aluna gak boleh menangis lagi, Aluna harus kuat demi kesembuhan Kiara! " tekad Aluna dalam hati

" baiklah dokter saya setuju untuk memindahkan putri saya ke rumah sakit yang ada di jakarta! " putus Aluna

" baiklah ibu kami akan mengurus segala sesuatunya, kalau begitu saya permisi dulu! " pamit Dokter tersebut

setelah dokter tersebut pergi Aluna memberanikan diri mendekat ke ranjang pasien dimana putrinya sedang terbaring lemah

" anak mama! " ucap Aluna yang menangis pelan sambil memegang tangan mungil milik putrinya

" Kiara harus kuat, dan Kiara juga harus bertahan, mama akan melakukan segala cara agar kamu bisa segera sembuh sayang! " ucap Aluna lalu mengecup tangan mungil milik putrinya

" mama yakin Kiara pasti bisa sembuh sayang dan Kiara juga pasti bisa berkumpul lagi bersama mama dan kita akan berjuang bersama sama sayang! " ucap Aluna terakhir lalu keluar dari ruang UGD

sampai di luar Abdi, Anissa, dan Wati masih menunggu dengan setia

" bagaimana keadaan Kiara Aluna? " tanya Wati yang sudah tidak lagi bisa membendung laju air matanya, Anissa dan Abdi juga langsung memusatkan perhatiannya ke arah Aluna

Aluna langsung memeluk Wati dengan sangat erat, sekeras apa pun Aluna mencoba untuk kuat tapi nyatanya Aluna tetaplah lemah, karena kehancuran terbesar yang dialami oleh seorang ibu, ketika melihat anaknya dalam keadaan sakit dan terluka. Setelah jauh lebih tenang Aluna melepas pelukannya

" bagaimana keadaan Kiara Aluna? " tanya Anissa juga

" keadaan Kiara sangat mengkhawatirkan mbak, dia harus mendapatkan penanganan yang lebih serius dan lebih intensif jadi Kiara harus di rujuk ke rumah sakit yang ada di Jakarta! " papar Aluna

" ya allah Kiara! " ucap mereka bersama

" bagaimana ceritanya bapak ibu dan Kiara bisa kecelakaan mbak? tanya Aluna yang penasaran

" menurut saksi mata dan orang yang mengantar ke rumah sakit, saat dalam perjalan pulang ada sebuah minibus yang ingin mendahului sebuah truk yang ada di depannya tapi karena kurang hati hati minibus tersebut malah menabrak motor yang bapak kendarai! " jawab Abdi

" lalu bagaimana keadaan bapak sama ibu mas? " tanya Aluna dan Wati yang baru ingat tentang pak Joko dan ibu Wati

Terpopuler

Comments

ArRaf

ArRaf

dokter tuh gak boleh gtu ngomongnya , namanya jg sedang susah hati , malah dikatain gtu , ngasih motivasi kata2nya diperhalus dong , gak boleh gtu lah

2023-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Positif hamil
2 Bab 2 - Pergi dari rumah
3 Bab 3 - Mulai bekerja
4 Bab 4 - Memberitahu mbak Wati
5 Bab 5 - Cek kandungan pertama kali
6 Bab 6 - bertemu Mona dan Abizar
7 Bab 7 - Diusir dari kontrakan
8 Bab 8 - Wati Andari
9 Bab 9 - kemarahan Aluna
10 Bab 10 - Permintaan Aluna
11 Bab 11 - Melahirkan
12 Bab 12 - Kiara Luvita
13 Bab 13 - Syukuran dan Akikah
14 Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara
15 Bab 15 - Jalan jalan ke taman
16 Bab 16 - Firasat seorang ibu
17 Bab 17 - Kecelakaan
18 Bab 18 - Berita duka cita
19 Bab 19 - Koma
20 Bab 20 - Kabar Abizar
21 Bab 21 - Diterima kerja
22 Bab 22 - Bertemu lagi
23 Bab 23 - Mengikuti Aluna
24 Bab 24 - Mengetahui
25 Bab 25 - Kotak bekal
26 Bab 26 - Mulai sadar
27 Bab 27 - Sadar
28 Bab 28 - Minta tolong
29 Bab 29 - Kejadian di Halte
30 Bab 30 - Memaafkan
31 Bab 31 - Bertemu untuk yang pertama kali
32 Bab 32 - Rumah sakit
33 Bab 33 - Curhat
34 Bab 34 - Aluna vs Sintia
35 Bab 34 - Di pecat
36 Bab 36 - Ingin berkata jujur
37 Bab 37 - Murkanya papa Anton
38 Bab 38 -
39 Bab 39 - Pertemuan tidak disengaja
40 Bab 40 - Pertemuan tidak disengaja 2
41 Bab 41 - Teringat masa lalu
42 Bab 42 - Mendapat restu
43 Bab 43 - Rencana
44 Bab 44 - Makan siang bersama
45 Bab 45 - Papa Alex dan mama Diana
46 Bab 46 - Makan di cafe
47 Bab 47 - Susuk
48 Bab 48 - Curhat
49 Bab 49 - Bertemu Mona lagi
50 Bab 50 - Gaun pengantin
51 Bab 51 - Cincin nikah
52 Bab 52 - Tanggung jawab
53 Bab 53 - Sandiwara Mona
54 Bab 54 - Ditangkap Polisi
55 Bab 55 - Ke kantor polisi
56 Bab 56 - CCTV
57 Bab 57 - Dibebaskan
58 Bab 58 - Bukan Abizar
59 Bab 59 - Di usir
60 Bab 60 - Pernikahan
61 Bab 61 - Pertemuan Bara dan Andari
62 Bab 62 - Gagal
63 Bab 63 - Taman Bermain untuk Kiara
64 Bab 64 - Ke pemakaman
65 Bab 65 - Berkunjung
66 Bab 66 - Mama Diana
67 Bab 67 - Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 - Positif hamil
2
Bab 2 - Pergi dari rumah
3
Bab 3 - Mulai bekerja
4
Bab 4 - Memberitahu mbak Wati
5
Bab 5 - Cek kandungan pertama kali
6
Bab 6 - bertemu Mona dan Abizar
7
Bab 7 - Diusir dari kontrakan
8
Bab 8 - Wati Andari
9
Bab 9 - kemarahan Aluna
10
Bab 10 - Permintaan Aluna
11
Bab 11 - Melahirkan
12
Bab 12 - Kiara Luvita
13
Bab 13 - Syukuran dan Akikah
14
Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara
15
Bab 15 - Jalan jalan ke taman
16
Bab 16 - Firasat seorang ibu
17
Bab 17 - Kecelakaan
18
Bab 18 - Berita duka cita
19
Bab 19 - Koma
20
Bab 20 - Kabar Abizar
21
Bab 21 - Diterima kerja
22
Bab 22 - Bertemu lagi
23
Bab 23 - Mengikuti Aluna
24
Bab 24 - Mengetahui
25
Bab 25 - Kotak bekal
26
Bab 26 - Mulai sadar
27
Bab 27 - Sadar
28
Bab 28 - Minta tolong
29
Bab 29 - Kejadian di Halte
30
Bab 30 - Memaafkan
31
Bab 31 - Bertemu untuk yang pertama kali
32
Bab 32 - Rumah sakit
33
Bab 33 - Curhat
34
Bab 34 - Aluna vs Sintia
35
Bab 34 - Di pecat
36
Bab 36 - Ingin berkata jujur
37
Bab 37 - Murkanya papa Anton
38
Bab 38 -
39
Bab 39 - Pertemuan tidak disengaja
40
Bab 40 - Pertemuan tidak disengaja 2
41
Bab 41 - Teringat masa lalu
42
Bab 42 - Mendapat restu
43
Bab 43 - Rencana
44
Bab 44 - Makan siang bersama
45
Bab 45 - Papa Alex dan mama Diana
46
Bab 46 - Makan di cafe
47
Bab 47 - Susuk
48
Bab 48 - Curhat
49
Bab 49 - Bertemu Mona lagi
50
Bab 50 - Gaun pengantin
51
Bab 51 - Cincin nikah
52
Bab 52 - Tanggung jawab
53
Bab 53 - Sandiwara Mona
54
Bab 54 - Ditangkap Polisi
55
Bab 55 - Ke kantor polisi
56
Bab 56 - CCTV
57
Bab 57 - Dibebaskan
58
Bab 58 - Bukan Abizar
59
Bab 59 - Di usir
60
Bab 60 - Pernikahan
61
Bab 61 - Pertemuan Bara dan Andari
62
Bab 62 - Gagal
63
Bab 63 - Taman Bermain untuk Kiara
64
Bab 64 - Ke pemakaman
65
Bab 65 - Berkunjung
66
Bab 66 - Mama Diana
67
Bab 67 - Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!