Bab 2 - Pergi dari rumah

Aluna menyeret kopernya dan keluar dari rumah kedua orangtuanya dengan hati yang sangat hancur, air mata Aluna terus mengalir membasahi pipi mulusnya.

Hamil di luar nikah, laki laki yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab, diusir oleh kedua orangtuanya memikirkan itu semua membuat kepala Aluna serasa mau pecah.

Aluna terus berjalan tak tentu arah, Aluna bingung harus kemana dia tidak punya sahabat, dan dia juga tidak punya keluarga selain kedua orangtuanya. Aluna tidak tahu dia harus kemana, dia sama sekali tidak punya tujuan. Bahkan uang yang Aluna miliki hanya tersisa sedikit.

Aluna menghentikan sebuah taksi yang sedang melintas di hadapannya.

" Mau kemana mbak? " tanya sang supir taksi

" Jalan saja pak! " jawab Aluna

Taksi pun terus berjalan membelah jalanan pagi yang lumayan lengang saat taksi melewati sebuah jembatan Aluna meminta sang supir taksi untuk berhenti.

" Berhenti pak! " pinta Aluna

supir taksi pun langsung memelankan laju mobilnya dan berhenti di pinggir jalan, lalu Aluna membayar tagihan ongkos taksi tersebut. Aluna kembali berjalan menyeret kopernya terbersit difikiran Aluna untuk bunuh diri dengan melompat dari jembatan.

Hamil di luar nikah, dan di usir orangtua menjadi dorongan kuat bagi Aluna untuk mengakhiri hidupnya. Dalam keputusasaan bunuh diri adalah solusi terbaik menurut Aluna.

" Hikksss.. hikkss.. hikksss.. lebih baik aku mati saja dari pada hidup seperti ini. " ucap Aluna

Secara perlahan Aluna mulai menaiki besi pembatas jembatan tapi ada sebuah tangan yang memegang tangan Aluna.

" Apa yang kamu lakukan nak? " tanya seorang wanita paruh baya.

" A.. Aluna... " ucap Aluna terbata

" Apa kamu fikir masalah yang kamu alami saat ini akan selesai dengan cara bunuh diri, sekarang kamu turun semua masalah bisa kita cari solusinya. " ucap lembut sang wanita paruh baya.

Setelah turun dari besi pembatas jembatan tubuh Aluna luruh dan dia kembali menangis sesegukan.

" Menangislah supaya hatimu lebih tenang. "

Si wanita paruh baya pun dengan setia duduk di samping Aluna hingga dia berhenti menangis.

" Sudah lebih tenang? " tanya si wanita paruh baya dan Aluna pun mengangguk

" Perkenalkan saya khadijah, kamu Aluna kan? " ucap sang wanita memperkenalkan diri dan Aluna pun kembali mengangguk.

" kalau saya boleh tau kamu ada masalah apa kenapa sampai nekat mau bunuh diri? "

" Aluna.. Aluna... " ucap Aluna terbata karena ragu ingin bercerita jujur atau tidak

" mau mendengar cerita saya. " tanya bu khadijah dan Aluna kembali mengangguk lagi.

" Dulu sewaktu masih muda saya pernah melakukan kesalahan besar yang membuat saya harus mengandung diusia muda, setelah melakukan kesalahan itu bukannya berubah saya malah membuat kesalahan yang jauh lebih besar lagi. " bu khadijah menghentikan ucapannya sesaat lalu melanjutkan lagi.

" Saya mengakhiri hidup saya dengan cara lompat dari jembatan, saya kira setelah itu masalah hidup saya selesai tapi ternyata saya salah justru masalah yang jauh lebih besar datang. Saya selamat tapi bayi yang saya kandung meninggal. saat saya melihat jenazah anak saya rasa bersalah terus menghantui saya dari dulu hingga saat ini, setiap hari hidup saya tidak pernah tenang. Andai saya tidak mengakhiri hidup saya waktu itu mungkin saat ini saya sedang bahagia bersama anak saya. " cerita bu khadijah seraya menitikkan air mata.

" saya tau kamu mengalami nasib yang sama seperti saya tapi kamu jangan sampai melakukan hal bodoh seperti yang saya lakukan dulu, karena penyesalannya akan terus menghantui kamu sampai kapan pun, jaga dan besarkan janin yang sedang kau kandung saat ini karena dia sama sekali tidak bersalah. " nasehat ibu khadijah

" hikks...hikkss... hikkss.. " Aluna kembali memangis mendengar cerita bu khadijah.

" Terimakasih bu sudah mengingatkan Aluna hampir saja Aluna melakukan kesalahan besar. "

" Sama sama nak, ya sudah ibu pamit dulu ya. " pamit bu khadijah dan Aluna pun mengangguk.

setelah bu khadijah pergi Aluna mengusap perutnya yng masih rata itu

" Maafin mama ya nak, mama janji apa pun yang terjadi mama akan selalu menjaga dan melindungi kamu. " janji Aluna.

Aluna pun bangkit dari duduknya dan kembali menyeret koper miliknya lalu meninggalkan jembatan tersebut tapi Aluna kembali bingung kemana harus pergi.

Disaat Aluna bingung harus kemana ada sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya, Aluna membuka ponselnya dan melihat ada yang mengirim uang sebesar 10 juta ke rekeningnya. Tak lama papanya Aluna Handoko mengirim sebuah pesan.

" Pergunakan uang itu sebaik mungkin untuk melanjutkan hidupmu, jika uang itu sudah habis cari sendiri! "

Setelah membaca pesan yang dikirim oleh papanya air mata Aluna jatuh semakin deras. Walaupun papanya marah dan kecewa tapi masih terselip rasa peduli buktinya papanya masih mau mengirimkan uang untuknya.

Berbekal uang terakhir yang dia miliki akhirnya Aluna pergi mencari sebuah kontrakan, cukup lama Aluna berputar putar mencari kontrakan yang kosong karena ternyata mencari kontrakan di kota besar seperti ini ternyata hal yang susah.

Pada sore hari Aluna baru menemukan sebuah kontrakan, walaupun kecil tapi sudah memiliki dapur dan kamar mandi sendiri.

" Bagaimana mbak apa mau di ambil? " tanya ibu pemilik kontrakan

" Iya bu saya ambil, ini uang sewanya . " ucap Aluna menyerahkan beberapa lembar uang merah.

" Ini mbak kunci kontrakannya semoga betah ya? "

" Iya bu terimakasih. " jawab Aluna dan ibu pemilik kontrakan pun pergi.

" Kita akan memulai hidup berdua disini sayang, " ucap Aluna mengusap perut datanya kembali.

Aluna pun masuk ke dalam kontrakannya dan beruntung kontrakan tersebut sudah memiliki barang barang walaupun hanya barang sederhana tapi Aluna tetap bersyukur yang terpenting dia tidak kepanasan dan kehujanan.

Aluna pun mulai membersihkan seluruh ruangan kontrakannya dari belakang hingga ke depan.

" Baru pindah ya mbak. " tegur seorang wanita muda penghuni kontrakan sebelah

" Iya mbak baru saja pindah. " jawab Aluna tersenyum ramah

" Kenalin saya Wati, kalau mbaknya siapa namanya? "

" Panggil Aluna saja gak usah pake mbak, emangnya saya kelihatan tua ya mbak? " tanya Aluna bercanda.

" Ha.. ha.. ha.. malah kamu kelihatan seperti masih sekolah menengah pertama Aluna. " balas mbak wati balik bercanda.

" Mbak wati bisa saja, masih anak anak dong saya. " sahut Aluna tertawa.

" Oh iya Aluna kamu masih sekolah gak? " tanya mbak wati

" udah gak mbak, rencananya Aluna mau cari kerjaan mbak! "

" mau kerja sama mbak gak? " tawar mbak Wati.

" kerja apa mbak? "

" Bantu bantu mbak di warung tapi upahnya gak besar sih Aluna. " jelas mbak wati

" Aluna mau mbak. " jawab Aluna senang.

"ya sudah kalau begitu besok pagi jam 6 mbak tunggu ya kita berangkat bersama. "

" siap mbak wati terimakasih banyak ya mbak udah bantu Aluna. "

" Sama sama Aluna, mbak masuk kedalam dulu ya mau mandi nih gerah. " sahut mbak Wati dan Aluna pun mengangguk

" Alhamdulillah ternyata Allah masih baik sama Aluna. " Ucap Aluna bersyukur.

Di balik musibah yang Aluna alami Allah masih mengirimkan orang orang baik seperti bu Khadijah dan mbak Wati yang masih mau membantu Aluna.

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

semangat Aluna

2023-10-26

0

ArRaf

ArRaf

semangat aluna , jangan berpikiran sempit 🥺 lupain itu laki laki laknat , berjuanglah bersama baby 🫶🏻

2023-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Positif hamil
2 Bab 2 - Pergi dari rumah
3 Bab 3 - Mulai bekerja
4 Bab 4 - Memberitahu mbak Wati
5 Bab 5 - Cek kandungan pertama kali
6 Bab 6 - bertemu Mona dan Abizar
7 Bab 7 - Diusir dari kontrakan
8 Bab 8 - Wati Andari
9 Bab 9 - kemarahan Aluna
10 Bab 10 - Permintaan Aluna
11 Bab 11 - Melahirkan
12 Bab 12 - Kiara Luvita
13 Bab 13 - Syukuran dan Akikah
14 Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara
15 Bab 15 - Jalan jalan ke taman
16 Bab 16 - Firasat seorang ibu
17 Bab 17 - Kecelakaan
18 Bab 18 - Berita duka cita
19 Bab 19 - Koma
20 Bab 20 - Kabar Abizar
21 Bab 21 - Diterima kerja
22 Bab 22 - Bertemu lagi
23 Bab 23 - Mengikuti Aluna
24 Bab 24 - Mengetahui
25 Bab 25 - Kotak bekal
26 Bab 26 - Mulai sadar
27 Bab 27 - Sadar
28 Bab 28 - Minta tolong
29 Bab 29 - Kejadian di Halte
30 Bab 30 - Memaafkan
31 Bab 31 - Bertemu untuk yang pertama kali
32 Bab 32 - Rumah sakit
33 Bab 33 - Curhat
34 Bab 34 - Aluna vs Sintia
35 Bab 34 - Di pecat
36 Bab 36 - Ingin berkata jujur
37 Bab 37 - Murkanya papa Anton
38 Bab 38 -
39 Bab 39 - Pertemuan tidak disengaja
40 Bab 40 - Pertemuan tidak disengaja 2
41 Bab 41 - Teringat masa lalu
42 Bab 42 - Mendapat restu
43 Bab 43 - Rencana
44 Bab 44 - Makan siang bersama
45 Bab 45 - Papa Alex dan mama Diana
46 Bab 46 - Makan di cafe
47 Bab 47 - Susuk
48 Bab 48 - Curhat
49 Bab 49 - Bertemu Mona lagi
50 Bab 50 - Gaun pengantin
51 Bab 51 - Cincin nikah
52 Bab 52 - Tanggung jawab
53 Bab 53 - Sandiwara Mona
54 Bab 54 - Ditangkap Polisi
55 Bab 55 - Ke kantor polisi
56 Bab 56 - CCTV
57 Bab 57 - Dibebaskan
58 Bab 58 - Bukan Abizar
59 Bab 59 - Di usir
60 Bab 60 - Pernikahan
61 Bab 61 - Pertemuan Bara dan Andari
62 Bab 62 - Gagal
63 Bab 63 - Taman Bermain untuk Kiara
64 Bab 64 - Ke pemakaman
65 Bab 65 - Berkunjung
66 Bab 66 - Mama Diana
67 Bab 67 - Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 - Positif hamil
2
Bab 2 - Pergi dari rumah
3
Bab 3 - Mulai bekerja
4
Bab 4 - Memberitahu mbak Wati
5
Bab 5 - Cek kandungan pertama kali
6
Bab 6 - bertemu Mona dan Abizar
7
Bab 7 - Diusir dari kontrakan
8
Bab 8 - Wati Andari
9
Bab 9 - kemarahan Aluna
10
Bab 10 - Permintaan Aluna
11
Bab 11 - Melahirkan
12
Bab 12 - Kiara Luvita
13
Bab 13 - Syukuran dan Akikah
14
Bab 14 - Kesedihan dan tingkah polos Kiara
15
Bab 15 - Jalan jalan ke taman
16
Bab 16 - Firasat seorang ibu
17
Bab 17 - Kecelakaan
18
Bab 18 - Berita duka cita
19
Bab 19 - Koma
20
Bab 20 - Kabar Abizar
21
Bab 21 - Diterima kerja
22
Bab 22 - Bertemu lagi
23
Bab 23 - Mengikuti Aluna
24
Bab 24 - Mengetahui
25
Bab 25 - Kotak bekal
26
Bab 26 - Mulai sadar
27
Bab 27 - Sadar
28
Bab 28 - Minta tolong
29
Bab 29 - Kejadian di Halte
30
Bab 30 - Memaafkan
31
Bab 31 - Bertemu untuk yang pertama kali
32
Bab 32 - Rumah sakit
33
Bab 33 - Curhat
34
Bab 34 - Aluna vs Sintia
35
Bab 34 - Di pecat
36
Bab 36 - Ingin berkata jujur
37
Bab 37 - Murkanya papa Anton
38
Bab 38 -
39
Bab 39 - Pertemuan tidak disengaja
40
Bab 40 - Pertemuan tidak disengaja 2
41
Bab 41 - Teringat masa lalu
42
Bab 42 - Mendapat restu
43
Bab 43 - Rencana
44
Bab 44 - Makan siang bersama
45
Bab 45 - Papa Alex dan mama Diana
46
Bab 46 - Makan di cafe
47
Bab 47 - Susuk
48
Bab 48 - Curhat
49
Bab 49 - Bertemu Mona lagi
50
Bab 50 - Gaun pengantin
51
Bab 51 - Cincin nikah
52
Bab 52 - Tanggung jawab
53
Bab 53 - Sandiwara Mona
54
Bab 54 - Ditangkap Polisi
55
Bab 55 - Ke kantor polisi
56
Bab 56 - CCTV
57
Bab 57 - Dibebaskan
58
Bab 58 - Bukan Abizar
59
Bab 59 - Di usir
60
Bab 60 - Pernikahan
61
Bab 61 - Pertemuan Bara dan Andari
62
Bab 62 - Gagal
63
Bab 63 - Taman Bermain untuk Kiara
64
Bab 64 - Ke pemakaman
65
Bab 65 - Berkunjung
66
Bab 66 - Mama Diana
67
Bab 67 - Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!