Aluna menyeret kopernya dan keluar dari rumah kedua orangtuanya dengan hati yang sangat hancur, air mata Aluna terus mengalir membasahi pipi mulusnya.
Hamil di luar nikah, laki laki yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab, diusir oleh kedua orangtuanya memikirkan itu semua membuat kepala Aluna serasa mau pecah.
Aluna terus berjalan tak tentu arah, Aluna bingung harus kemana dia tidak punya sahabat, dan dia juga tidak punya keluarga selain kedua orangtuanya. Aluna tidak tahu dia harus kemana, dia sama sekali tidak punya tujuan. Bahkan uang yang Aluna miliki hanya tersisa sedikit.
Aluna menghentikan sebuah taksi yang sedang melintas di hadapannya.
" Mau kemana mbak? " tanya sang supir taksi
" Jalan saja pak! " jawab Aluna
Taksi pun terus berjalan membelah jalanan pagi yang lumayan lengang saat taksi melewati sebuah jembatan Aluna meminta sang supir taksi untuk berhenti.
" Berhenti pak! " pinta Aluna
supir taksi pun langsung memelankan laju mobilnya dan berhenti di pinggir jalan, lalu Aluna membayar tagihan ongkos taksi tersebut. Aluna kembali berjalan menyeret kopernya terbersit difikiran Aluna untuk bunuh diri dengan melompat dari jembatan.
Hamil di luar nikah, dan di usir orangtua menjadi dorongan kuat bagi Aluna untuk mengakhiri hidupnya. Dalam keputusasaan bunuh diri adalah solusi terbaik menurut Aluna.
" Hikksss.. hikkss.. hikksss.. lebih baik aku mati saja dari pada hidup seperti ini. " ucap Aluna
Secara perlahan Aluna mulai menaiki besi pembatas jembatan tapi ada sebuah tangan yang memegang tangan Aluna.
" Apa yang kamu lakukan nak? " tanya seorang wanita paruh baya.
" A.. Aluna... " ucap Aluna terbata
" Apa kamu fikir masalah yang kamu alami saat ini akan selesai dengan cara bunuh diri, sekarang kamu turun semua masalah bisa kita cari solusinya. " ucap lembut sang wanita paruh baya.
Setelah turun dari besi pembatas jembatan tubuh Aluna luruh dan dia kembali menangis sesegukan.
" Menangislah supaya hatimu lebih tenang. "
Si wanita paruh baya pun dengan setia duduk di samping Aluna hingga dia berhenti menangis.
" Sudah lebih tenang? " tanya si wanita paruh baya dan Aluna pun mengangguk
" Perkenalkan saya khadijah, kamu Aluna kan? " ucap sang wanita memperkenalkan diri dan Aluna pun kembali mengangguk.
" kalau saya boleh tau kamu ada masalah apa kenapa sampai nekat mau bunuh diri? "
" Aluna.. Aluna... " ucap Aluna terbata karena ragu ingin bercerita jujur atau tidak
" mau mendengar cerita saya. " tanya bu khadijah dan Aluna kembali mengangguk lagi.
" Dulu sewaktu masih muda saya pernah melakukan kesalahan besar yang membuat saya harus mengandung diusia muda, setelah melakukan kesalahan itu bukannya berubah saya malah membuat kesalahan yang jauh lebih besar lagi. " bu khadijah menghentikan ucapannya sesaat lalu melanjutkan lagi.
" Saya mengakhiri hidup saya dengan cara lompat dari jembatan, saya kira setelah itu masalah hidup saya selesai tapi ternyata saya salah justru masalah yang jauh lebih besar datang. Saya selamat tapi bayi yang saya kandung meninggal. saat saya melihat jenazah anak saya rasa bersalah terus menghantui saya dari dulu hingga saat ini, setiap hari hidup saya tidak pernah tenang. Andai saya tidak mengakhiri hidup saya waktu itu mungkin saat ini saya sedang bahagia bersama anak saya. " cerita bu khadijah seraya menitikkan air mata.
" saya tau kamu mengalami nasib yang sama seperti saya tapi kamu jangan sampai melakukan hal bodoh seperti yang saya lakukan dulu, karena penyesalannya akan terus menghantui kamu sampai kapan pun, jaga dan besarkan janin yang sedang kau kandung saat ini karena dia sama sekali tidak bersalah. " nasehat ibu khadijah
" hikks...hikkss... hikkss.. " Aluna kembali memangis mendengar cerita bu khadijah.
" Terimakasih bu sudah mengingatkan Aluna hampir saja Aluna melakukan kesalahan besar. "
" Sama sama nak, ya sudah ibu pamit dulu ya. " pamit bu khadijah dan Aluna pun mengangguk.
setelah bu khadijah pergi Aluna mengusap perutnya yng masih rata itu
" Maafin mama ya nak, mama janji apa pun yang terjadi mama akan selalu menjaga dan melindungi kamu. " janji Aluna.
Aluna pun bangkit dari duduknya dan kembali menyeret koper miliknya lalu meninggalkan jembatan tersebut tapi Aluna kembali bingung kemana harus pergi.
Disaat Aluna bingung harus kemana ada sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya, Aluna membuka ponselnya dan melihat ada yang mengirim uang sebesar 10 juta ke rekeningnya. Tak lama papanya Aluna Handoko mengirim sebuah pesan.
" Pergunakan uang itu sebaik mungkin untuk melanjutkan hidupmu, jika uang itu sudah habis cari sendiri! "
Setelah membaca pesan yang dikirim oleh papanya air mata Aluna jatuh semakin deras. Walaupun papanya marah dan kecewa tapi masih terselip rasa peduli buktinya papanya masih mau mengirimkan uang untuknya.
Berbekal uang terakhir yang dia miliki akhirnya Aluna pergi mencari sebuah kontrakan, cukup lama Aluna berputar putar mencari kontrakan yang kosong karena ternyata mencari kontrakan di kota besar seperti ini ternyata hal yang susah.
Pada sore hari Aluna baru menemukan sebuah kontrakan, walaupun kecil tapi sudah memiliki dapur dan kamar mandi sendiri.
" Bagaimana mbak apa mau di ambil? " tanya ibu pemilik kontrakan
" Iya bu saya ambil, ini uang sewanya . " ucap Aluna menyerahkan beberapa lembar uang merah.
" Ini mbak kunci kontrakannya semoga betah ya? "
" Iya bu terimakasih. " jawab Aluna dan ibu pemilik kontrakan pun pergi.
" Kita akan memulai hidup berdua disini sayang, " ucap Aluna mengusap perut datanya kembali.
Aluna pun masuk ke dalam kontrakannya dan beruntung kontrakan tersebut sudah memiliki barang barang walaupun hanya barang sederhana tapi Aluna tetap bersyukur yang terpenting dia tidak kepanasan dan kehujanan.
Aluna pun mulai membersihkan seluruh ruangan kontrakannya dari belakang hingga ke depan.
" Baru pindah ya mbak. " tegur seorang wanita muda penghuni kontrakan sebelah
" Iya mbak baru saja pindah. " jawab Aluna tersenyum ramah
" Kenalin saya Wati, kalau mbaknya siapa namanya? "
" Panggil Aluna saja gak usah pake mbak, emangnya saya kelihatan tua ya mbak? " tanya Aluna bercanda.
" Ha.. ha.. ha.. malah kamu kelihatan seperti masih sekolah menengah pertama Aluna. " balas mbak wati balik bercanda.
" Mbak wati bisa saja, masih anak anak dong saya. " sahut Aluna tertawa.
" Oh iya Aluna kamu masih sekolah gak? " tanya mbak wati
" udah gak mbak, rencananya Aluna mau cari kerjaan mbak! "
" mau kerja sama mbak gak? " tawar mbak Wati.
" kerja apa mbak? "
" Bantu bantu mbak di warung tapi upahnya gak besar sih Aluna. " jelas mbak wati
" Aluna mau mbak. " jawab Aluna senang.
"ya sudah kalau begitu besok pagi jam 6 mbak tunggu ya kita berangkat bersama. "
" siap mbak wati terimakasih banyak ya mbak udah bantu Aluna. "
" Sama sama Aluna, mbak masuk kedalam dulu ya mau mandi nih gerah. " sahut mbak Wati dan Aluna pun mengangguk
" Alhamdulillah ternyata Allah masih baik sama Aluna. " Ucap Aluna bersyukur.
Di balik musibah yang Aluna alami Allah masih mengirimkan orang orang baik seperti bu Khadijah dan mbak Wati yang masih mau membantu Aluna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Wirda Lubis
semangat Aluna
2023-10-26
0
ArRaf
semangat aluna , jangan berpikiran sempit 🥺 lupain itu laki laki laknat , berjuanglah bersama baby 🫶🏻
2023-07-16
1