Betapa bingungnya semua orang, saat seorang perempuan tua menangis sembari menyalahkan semua orang dalam ruang sidang karena, telah menghakimi sang anak yang ia yakini tak bersalah.
Kenzo tak tahan lagi dengan semua ini, ia segera bediri kemudian memarahi perempuan tua tersebut.
" BERHENTILAH MEMBELA IBLIS PADA PELUKANMU ITU!!, DIA TELAH MEMB*N*H ANAK-ANAK TAK BERSALAH BAHKAN MEMB*N*H KAKAKNYA SENDIRI!!!. "
" DIA MEMB*N*H ANAKMU YANG LAIN!!, APA KAU AKAN TETAP MEMBELA IBLIS SEPERTI DIA?!!, KAU TIDAK WARAS NENEK TUA!!. "
" TUTUP MULUTMU!!, DASAR TIDAK SOPAN!!.
TIDAK ADA YANG BOLEH MENYAKITI PUTRAKU SATU-SATUNYA!!. "
" LALU APA PUTRAMU YANG KAU BANGGAKAN ITU BOLEH MEMPERK*S* SERTA MEMB*N*H ANAK-ANAK TAK BERSALAH???. APA PUTRAMU ITU BOLEH MEMB*N*H KAKAKNYA SENDIRI??!!!. "
" PIKIRKAN ITU DENGAN OTAKMU!!. "
TAK... TAK... TAK, ( suara palu yang diketukan. )
" SEMUANYA TOLONG DIAM!!!. "
Kini ryota benar-benar marah dan membungkam mulut semua orang dalam ruang sidang.
" ANDA TOLONG DUDUK DI KURSI PENGUNJUNG YANG MASIH TERSEDIA, DAN ANDA YANG DI KURSI PENGUNJUNG HARAP DUDUK KEMBALI!!. "
" Pak hakim putraku tak bersalah!, " ucap wanita tua sembari memohon kepada ryota.
" DUDUK ATAU KUUSIR KAU PERGI DARI PERSIDANGAN INI!!. "
Setelah mendengar ancaman dari hakim ketua, ibu homuro duduk pada kursi pengunjung yang masih tersisa, sedangkan kenzo kembali duduk pada kursinya.
Ryota kembali mengendalikan suasana pada ruang sidang.
" Airi... silahkan lanjutkan, " ucap ryota mempersilahkan saksi untuk kembali berbicara.
" Ba-Baik... setelah aku meminta tolong pada pak hideki, aku mengantarkan nya ke gedung kosong tersebut dan disana pak hideki bilang padaku untuk tetap diluar bangunan itu, dia juga bilang kalau polisi akan datang jadi, dia menyuruh ku untuk tetap berada di luar. "
" Suara gemuruh petir mulai terdengar dan aku mulai merasa takut karena terus menunggu di depan gedung sendirian, aku juga mulai merasa khawatir dengan pak hideki karena setelah setengah jam berlalu, ia belum juga keluar. "
" Dengan memberanikan diri aku masuk ke dalam gedung, perlahan aku mulai mengintip dari balik tembok. "
Hikss... hikss.
" Aku melihat pak hideki dipukul dengan keras menggunakan balok kayu besar dibagian belakang kepalanya oleh pria yang tak memakai baju.
Mataku terbuka lebar, mulutku, kututupi dengan kedua telapak tanganku, kakiku gemetar hebat hingga tak bisa bergerak satu inci pun. "
" Disela-sela itu, petir menyambar dan kilatannya pun membuat pria itu kini terlihat jelas oleh kedua mataku. Sosok pria dengan tato naga pada bagian perutnya. "
" Aku semakin menutup erat mulutku, merasa tak percaya akan apa yang telah ku lihat waktu itu, tak lama aku mengalihkan pandanganku pada pak hideki yang kala itu tersungkur, namun, dengan mata sayu dia berbicara tanpa suara padaku untuk, lari... lari... lari. "
" Kakiku yang gemetar berusaha untuk melangkah meninggalkan gedung kosong itu, dengan langkah berat aku terus lari dan menangis diwaktu yang bersamaan. "
"Aku terus berlari mencari bantuan tapi tak seorangpun aku temui, polisi juga tak kunjung datang, hingga akhirnya, sebuah truk melesat menghantam tubuhku dan ibu panti berkata setelah kecelakaan, aku terbaring koma berhari-hari dirumah sakit. Saat terbangun aku telah mendapat kabar bahwa, nanako telah tiada, lalu kakiku juga, tak dapat lagi digunakan karena kecelakaan itu. "
Semua pengunjung dalam sidang itu, sangat terbawa suasana hingga tak sadar ikut menangis, saat mendengar cerita airi. Kini seluruh orang tau bahwa, orang yang dulu mereka lempari batu, orang yang dulu mereka caci maki sebenarnya hanyalah seseorang yang ingin menolong orang lain.
Namun, ditengah kesedihan tersebut, ada seseorang yang masih menyangkal perbuatan bejat yang telah ia lakukan.
" TATO??... LELUCON MACAM APA INI?!!.
AKU BAHKAN TAK MEMILIKI TATO SEDIKITPUN DI TUBUHKU. "
Homuro membuka bajunya untuk menunjukkan pada semua orang bahwa hal yang dikatakan airi salah.
Kenzo yang sudah mengetahuinya, hanya tersenyum dan memandang homuro dari kejauhan sembari bersedekap. sedangkan kei tak memberikan respon apapun, dia hanya terdiam dan fokus selama sidang berlangsung.
Berpindah pada apa yang kini ryota akan lakukan.
Ryota meminta petugas untuk mengecek tubuh terdakwa, setelah sekitar 5 menit mengecek tubuh homuro, petugas menemukan sesuatu hal yang aneh karena perbedaan tekstur kulit di sekitar perutnya.
Petugas mulai mencubit-cubit bagian perut terdakwa dan sesuatu mulai terkelupas, kemudian, petugas menariknya perlahan dan mulai terlihat sebuah gambar berbentuk seekor naga yang dibuat dengan tinta hitam pekat menghiasi tubuh terdakwa.
" Ah, kau menutupinya dengan menempelkan semacam silikon tipis.
Cukup pintar tapi terlalu percaya diri, " ucap ryota reflek setelah melihat hal tersebut.
Suasana kembali ribut karena kejadian yang baru saja mereka lihat. Kini para pengunjung mulai menyumpahi terdakwa.
" MENJIJIKKAN!. "
" MATI SAJA!!. "
" DASAR IBLIS!!. "
Melihat situasi yang kembali tak kondusif, ryota mengetukan palunya agar semua orang kembali tenang lalu melanjutkan proses sidang.
" Terimakasih atas kesaksiannya saudari airi, kau boleh kembali ke tempat yang sudah disediakan. "
" Sebelum memanggil saksi kedua, apakah penuntut umum mempunyai bukti lain atau bukti tambahan?, " tanya ryota pada jaksa penuntut umum.
" Ada Yang mulia, rekapan cuti terdakwa dari 6 tahun lalu tepatnya, terdakwa selalu cuti pada tanggal yang sama setiap tahunnya, yaitu tanggal 07-05 dan 07-12, lalu Rekaman cctv dari sebuah toserba yang menunjukkan terdakwa selalu terlihat melewati toserba tersebut pada tanggal yang sama yang tertera pada formulir cutinya, "
" Lalu ada segumpal Serat dari pakaian yang telah terbakar, dikenakan terdakwa saat beraksi, kemudian yang terakhir. "
" Barang yang digunakan terdakwa untuk memb*n*h korban serta dokumen asli hasil otopsi korban. "
Setelah mendengar semua kata yang keluar dari mulut penuntut umum, yang paling membuat mata homuro terbuka lebar adalah bagian, barang yang di gunakan untuk memb*n*h korban, serta dokumen asli hasil otopsi.
Keringat dingin kini mulai mengucur, homuro merasa tak percaya dengan apa yang telah ia dengar. Ia sangat yakin jika itu tidak mungkin bisa ditemukan, apalagi setelah bertahun-tahun berlalu.
Kedua tangannya yang tengah terborgol itu mengepal dengan eratnya,giginya bergesekan dan terdengar suara gertakan gigi, mulutnya kini mulai menggerutu terus berkomat kamit,
KUB*N*H... MATI... MATI.
Walau tak seorangpun dapat mendengarkan, namun, ryota yang kini saling berhadapan dengan terdakwa tau apa yang homuro ucapkan.
Ryota berusaha mengacuhkan nya dan kembali pada pekerjaannya.
Hakim ketua beserta hakim anggota bersama sama melihat rekapan cuti dari terdakwa, setelah dirasa cukup, kemudian, hakim ketua meminta bukti rekaman cctv diputar agar semua orang dapat melihatnya.
Petugas menyalakan sebuah proyektor dan memutar rekaman cctv tersebut. Semua kamera kini menyoroti rekaman tersebut.
Jaksa penuntut kini mulai menjelaskan satu persatu rekaman tersebut.
" Yang mulia... ini adalah rekaman pertama pada tanggal 07-05-2015, pukul 21.34, tanggal dimana terdakwa cuti dan terlihat seorang pria mengenakan pakaian serba hitam dengan tas besar, topi serta masker yang berwarna senada berjalan melewati toserba tersebut. "
" Lalu rekaman kedua pada tanggal 08-05-2015, pukul 00.11.
Homuro tertangkap kamera, melewati toserba tersebut, namun, yang aneh adalah tas besar tersebut sama dengan yang dibawa oleh pria berpakaian serba hitam. "
Jaksa penuntut terus menjelaskan satu persatu dari rekaman yang diputar hingga pada rekaman terakhir pada tanggal 07 bulan ini.
Setelah mendengar semua penjelasan penuntut umum, ryota memberikan satu pertanyaan pada homuro.
" Di formulir cuti tertulis bahwa pada tanggal 07-05 kau cuti dengan alasan memperingati kematian anakmu, tapi faktanya kau tak pernah datang ke pemakaman, lalu kemana kau pergi?, apa mencari korban untuk memuaskan nafsu mu?. "
"... "
Tidak ada jawaban apapun dari homuro, ia hanya terus berdiam diri.
" Dan juga pada tanggal 07-12,
kemana kau pergi?, apa kau juga mencari korban pada tanggal itu?. "
"... "
" Baiklah jika kau memilih diam, aku akan tetap melanjutkan proses sidang."
" Silahkan lanjutkan jaksa penuntut umum. "
" Terimakasih yang mulia saya akan melanjutkan nya, yang ada dalam plastik ini adalah pakaian hitam yang dikenakan homuro saat melakukan aksinya.
Kami mendapatkannya saat mengecek di dalam toko roti milik kakak terdakwa. Kenapa hanya tinggal serat pakaiannya saja, itu karena saat tim penyelidikan akan mengambil bukti ini, sudah ada Boom dalam toko tersebut, boom itu meledak sebelum tim penyelidikan mengambilnya jadi hanya serat serat ini saja yang tersisa. "
" Lalu ini adalah hasil visum dan otopsi dari korban.
Di kepalanya menunjukkan adanya luka hantaman dari benda keras yang menyebabkan korban meninggal. "
" Ini sangat berbeda dengan pernyataan 5 tahun lalu dimana korban yang bernama nanako meninggal akibat jeratan pada lehernya, lalu di dalam maupun diluar alat vital korban ditemukan air m*ni terdakwa, bukan milik tersangka hideki. "
" Dan terakhir... barang yang digunakan terdakwa untuk menghabisi korban adalah ini, sebuah potongan batako lengkap dengan darah korban yang masih melekat pada benda tersebut. "
Para pengunjung kembali saling berbisik setelah jaksa menerangkan bukti-bukti secara rinci.
" APA-APAAN INI?!!, ANAKKU PASTI DI JEBAK!!.
AKU TIDAK PERCAYA!!. "
Ibu homuro terus berusaha membela sang anak dengan sekuat tenaganya, membuat semua pengunjung merasa geram dengan tingkahnya.
" DIAM SAJA KAU NENEK TUA!!. "
" IYA BENAR!!... SUDAHLAH PERGI SAJA SANA!!. "
Ryota kembali menenangkan semua pengunjung dan melanjutkan sidang yang ia lakukan.
" Tenang semuanya!... baiklah, kami akan melanjutkan sidang dengan memanggil saksi kedua atas kasus Terdakwa yang telah memb*n*h anak kandungnya. "
Penuntut umum kembali menjalankan tugasnya,
sekarang ia memanggil masuk saksi kedua.
" Nyonya fumihiko silahkan. "
Fumihiko berjalan dengan sorot mata penuh kebencian yang tak ingin ia lepaskan saat melihat mantan suaminya tersebut.
Sama seperti prosedur sebelumnya, saksi harus terlebih dahulu bersumpah untuk mempertanggung jawabkan kesaksiannya, setelah itu ia menempatkan diri pada kursi yang telah disediakan.
Kemudian hakim ketua bertanya tentang nama, umur dll, lalu bertanya apa hubungan saksi dengan terdakwa.
" Nyonya fumihiko... apa anda punya hubungan dengan terdakwa?. "
" Ya... saya mengenalnya, dia mantan suami saya, yang mulia, " jawab perempuan tersebut dengan lantang sembari melemparkan tatapan penuh kebencian pada homuro.
" Kau bisa mulai, " ucap ryota meminta mantan istri terdakwa untuk bersaksi.
" Saat itu anakku mengeluh sakit pada alat vitalnya, saat ku tanya dia tak mau menjawab, namun, setelah beberapa hari kondisi anakku semakin memburuk.Ia baru jujur saat itu dan dia mengaku bahwa baj*ng*n yang ada di sana telah menyet*b*hinya. "
" Jadi, aku memutuskan untuk kabur dari rumah, memblokir semua akses dengannya, lalu memindahkan sekolah anakku, setelah beberapa hari, anakku masuk sekolah kembali, aku mengantarkan putri kecilku menuju sekolah. Senyum manisnya tak pernah akan ku lupakan, dan ternyata itu adalah senyum terakhir yang kulihat. "
" Saat aku sedang berada di kantor polisi untuk melaporkan mantan suamiku, aku mendapat telfon ancaman, jika aku melaporkan nya maka putriku akan dib*n*h. "
" Aku mendatangi sekolah putriku dan mereka bilang anakku dijemput oleh Ibu mertuaku yang sama baj*ng*n nya dengan anak laki-laki nya, lalu-, "
Belum selesai fumihiko bersaksi, kini Ibu homuro memotong ucapannya tersebut.
" DASAR MENANTU KURANG AJAR!!... CUCUKU MATI KARNA MU!!. "
Fumihiko menggertakan giginya dan membalas apa yang telah mertuanya ucapkan.
" KAU BERSEKONGKOL DENGAN KEP*R*T ITU!!, DAN KAU MENYALAHKAN AKU ATAS KEMATIAN ANAKKU SENDIRI??!!. "
" PUTRAKU ADALAH AYAH YANG BAIK!!, BUKAN SEPERTI DIRIMU!. ORANG TUA YANG BURUK!!. "
Mulut fumihiko kini menganga merasa tak percaya atas apa yang telah ia dengar. Semua orang juga mulai mencaci maki kembali wanita tua itu.
" DASAR PEMB*N*H!!. "
" NENEK GILA!!. "
" DASAR TIDAK WARAS!!. "
" Ibu. "
Disaat keributan tengah terjadi, terdengar suara wanita muda memanggil, ibu pada wanita tua tersebut.
Semua orang kini mulai mengalihkan pandangan mereka pada sosok wanita muda yang kini tengah berdiri, sembari memandang sendu wanita tua yang tengah membela putranya.
Semuanya kini hanya terdiam dan terus menatap sosok tersebut tanpa berkedip.
" Ini aku... putramu yang lain. Aku hideki. "
Mata semua orang kini terbelalak setelah mendengar ucapan wanita muda tersebut, dalam hati mereka bertanya tanya bagaimana bisa wanita itu mengaku sebagai tersangka yang telah dijatuhi hukuman mati 5 tahun yang lalu.
" Ibu... aku akan bercerita tentang hal yang terjadi saat malam itu. Aku akan membuat putra kesayangan mu membusuk didalam penjara!!. "
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments