Usai beristirahat semalam suntuk dalam dekapan Mas Alfa, perasaanku lebih tenang dari sebelumnya. Mungkin, kemarin memang aku yang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Jika dipikir-pikir, agak mustahil juga Mas Alfa berbuat curang. Untuk apa susah-susah menikahiku jika tidak benar-benar cinta? Iya, kan?
Berbekal teori itu, aku tidak berpikir yang macam-macam lagi. Aku menikmati hari pertamaku sebagai seorang istri. Membuatkan sarapan dan kopi untuknya, juga membantunya memilih baju ganti ketika kami akan berangkat ke rumah Bu Mirah.
Ya, di sana menggelar resepsi yang lebih besar. Kami di antar ke sana oleh sanak saudara dan tetangga dari pihakku, tak lupa membawa beberapa buah dan kue hantaran.
"Setelah ini kita istirahat aja dulu, nanti malam tamunya banyak, kita akan lelah kalau dari sekarang udah sibuk," ucap Mas Alfa ketika keluargaku sedang dijamu.
Aku mengiakan ucapannya tanpa banyak protes, karena memang benar menyalami tamu itu melelahkan. Selain itu, hitung-hitung beradaptasi lagi sebelum melewati nanti malam. Cinta ataupun tidak, tak mungkin aku menunda malam pertama. Karena bagaimanapun juga, Mas Alfa adalah suamiku.
Akhirnya, siang itu aku dan Mas Alfa tidur cukup lama. Badanku terasa lebih bugar, tidak khawatir lagi meski nanti melakukan banyak hal.
Namun, kebugaran di badan ternyata tak menular di pikiran. Aku yang sebelumnya tenang, mulai kacau lagi tatkala menerima pesan dari nomor yang tak dikenal. Ah, salah, lebih tepatnya nomor yang tidak ada di daftar kontak. Karena jika dilihat dari foto profil, aku sangat kenal dengan orang itu.
'Apa kabar, Athena? Kuharap kamu baik-baik saja. Ini adalah nomor baruku, semoga kamu tidak memblokirnya. Sekian lama aku berusaha menjauh dan melupakan kamu, tapi nyatanya tidak bisa. Yang ada aku semakin rindu sama kamu, dan itu karena perasaanku yang tidak pernah berubah, tetap mencintaimu. Athena, kadang aku menyesali pertemuan kita yang terlambat. Andai aku bertemu denganmu lebih awal, kisah kita tidak akan serumit ini. Aku bisa mencintaimu dan memilikimu tanpa halangan apa pun. Athena, kuharap ucapanmu waktu itu tidak benar. Mungkin terdengar egois, tapi percayalah, sejauh ini aku selalu berharap ada kesempatan untuk kita bersama lagi, tanpa menyakiti siapa pun.'
Bergetar tanganku ketika membaca pesan itu. Terlebih saat menatap foto profil yang menampilkan wajah khas Perancis, dengan mata hijau yang sama memikat seperti dulu.
Kendrick, hanya satu pesan yang tak kutahu ditulis dengan tulus atau tidak, ternyata masih mampu memporak-porandakan hatiku. Sebodoh inikah cinta?
"Nggak, nggak boleh begini. Dia cuma masa lalu, masa depanku adalah Mas Alfa. Nggak seharusnya aku membiarkan masa lalu mempengaruhiku," gumamku sambil memejam, agar mata tidak terus memandang wajah tampan yang ... jujur aku rindukan.
Setelah hati dan pikiran cukup tenang, dengan cepat aku memblokir nomornya, lantas menghapus riwayat pesan barusan. Tekadku sudah bulat untuk melupakan dia. Tak peduli semanis apa ucapannya, luka tetaplah luka. Sampai kapanpun, dia hanya masa lalu yang menyakitkan.
"Sayang, ayo kita turun!" ajak Mas Alfa yang baru keluar dari kamar mandi.
"Ayo, Mas!" Aku berusaha tersenyum. Namun, entah terlihat baik atau tidak.
Kami pun berjalan bersama menuruni anak tangga, menuju teras depan yang sudah disulap sedemikian rupa, sebagai tempat untuk menggelar resepsi.
Seharusnya, ini adalah momen yang membahagiakan. Di mana aku dan Mas Alfa duduk bersanding di pelaminan yang megah, menyalami tamu dan menerima beberapa amplop serta ucapan selamat dari mereka. Sebuah hal yang mungkin jadi impian para gadis.
Namun sayang, aku tak bisa menikmati semua itu karena bayangan Kendrick benar-benar mengganggu. Bahkan dengan gilanya, aku berpikir saat ini yang duduk bersama adalah dia.
"Sayang, dari tadi kamu kelihatan resah, kenapa?" tanya Mas Alfa dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran.
Aku jadi merasa bersalah. Sebesar itu kepeduliannya padaku, tapi malah kutinggal selingkuh, meski hanya sebatas bayangan di pikiran.
"Nggak apa-apa, cuma high heels-nya agak kekecilan, jadi kurang nyaman aja dipakai."
Satu kebohongan lolos begitu saja, demi menutupi bayangan yang tak masuk akal. Setelah ini, entah kebohongan apa lagi yang akan kulontarkan. Selagi nama Kendrick masih ada di ingatan, aku yakin akan kesulitan menghindari dusta.
"Maafkan aku, Mas," batinku sambil mengulas senyum yang lebih lebar lagi.
Karena pikiran yang terlalu merambah ke mana-mana, resepsi yang berjam-jam rasanya begitu singkat. Kini, aku dan Mas Alfa sudah kembali ke kamar—sebuah kamar besar yang ada di lantai dua, yang sudah dilengkapi dengan kamar mandi.
"Sayang," bisik Mas Alfa sambil memelukku dari belakang.
Hangat napasnya terasa menyapu leher dan bahu yang masih tertutup gaun pengantin. Tak lama kemudian, kurasakan kecupan-kecupan serta usapan lembut di tempat yang tak biasa.
Seharusnya, aku terpancing olehnya. Tapi, nyatanya tidak. Pikiranku masih dikacaukan oleh bayangan Kendrick. Bahkan, ketika Mas Alfa mencium bibirku, sekelebat kenangan lalu tentang itu yang muncul tanpa tahu malu.
Sialnya, malah dengan begitu aku bisa terpancing. Sampai malam panjang ini beranjak pagi, Kendrick-lah yang menjadi tokoh utama dalam malam pertamaku. Terdengar gila, tapi itulah faktanya.
Dari situlah aku mulai sadar, mengambil keputusan dalam keadaan terluka bukanlah pilihan bijak. Sialnya, aku sudah terlambat. Langkah ini telanjur jauh, masuk dalam lingkaran yang kubuat sendiri.
___________
"Uhhh!"
Aku menggeliat sambil mengerjap pelan. Sinar matahari yang masuk sangat menyilaukan dan mengganggu tidurku, hingga aku terpaksa bangun meski mimpi masih terlalu sayang untuk ditinggalkan.
Perlahan, aku memindai sekeliling. Lantas tersadar bahwa sekarang aku berada di rumah Mas Alfa. Aku sudah menikah dengannya dan melewati malam panjang bersamanya.
"Sayang, kamu sudah bangun?"
Satu suara mengagetkanku, siapa lagi kalau bukan Mas Alfa. Dia keluar dari kamar mandi dengan memakai celana pendek dan kaus putih. Terlihat tampan, apalagi wajah dan rambutnya masih terdapat titik-titik air. Sayangnya, ketampanan itu belum bisa menggetarkan hati.
"Sekarang jam berapa?" tanyaku dengan suara serak.
Dari balik tirai yang sudah disingkap, aku melihat cahaya matahari cukup terang. Aku yakin ini sudah siang.
"Jangan pikirkan tentang jam, ini hari pernikahan kita," jawabnya sambil duduk di sampingku.
"Aku nggak enak sama Mama dan Papa."
Mas Alfa tersenyum, "Mereka juga pernah muda."
Akhirnya aku ikut tersenyum. Sebenarnya agak malu mengingat bagaimana kami semalam, tapi untungnya aku sudah memakai piyama, jadi masih bisa diredam perasaan itu. Satu keuntungan lagi, pagi ini bayangan Kendrick tidak segila semalam. Yah, kuharap terus hilang semua tentangnya. Aku sudah melangkah sampai ke jenjang pernikahan, apalagi yang bisa kulakukan selain menjaga rumah tangga ini.
"Sayang," panggil Mas Alfa setelah aku bangkit dan duduk menghadap ke arahnya.
"Iya, Mas."
"Boleh aku tanya sesuatu?"
"Apa, Mas? Tanya aja," jawabku.
"Kendrick itu siapa?"
Aku tak langsung menjawab, karena detak jantung perlahan mulai berantakan. Butuh sedikit waktu untuk menangkan itu.
"Apa maksudmu, Mas?" tanyaku kemudian.
Mas Alfa tersenyum masam, "Seharusnya aku yang tanya apa maksudmu. Semalam kamu menyebut nama itu sampai dua kali."
Mampus aku!
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ria
athena athena..
2023-04-25
0
ummu audia
ko blm up ka?
2023-04-09
1
Kendarsih Keken
wadidauuu sampai sebegitu nya Athena , khannn runyam karena Athena melangkah di samping nya Alfa tanpa cinta ,dan hanya kepura pura an sajah yng ada di Athena
2023-04-08
1