"Ini beratnya beda banget dengan yang tadi," batinku sambil berulang kali menimang hadiah misterius itu.
Aku masih ingat jelas, tadi sangat ringan seperti tidak ada isinya. Sedangkan sekarang, ada sedikit beban meski hanya sedikit. Walau isinya memang bermacam alat kontrasepsi seperti yang Mas Alfa katakan, tapi ... apa mungkin beratnya langsung mengembang dalam beberapa menit saja?
Jika dari awal memang barang itu yang ada di sana, sudah pasti beratnya sama persis, bukan ada selisih seperti sekarang.
"Apa yang kamu sembunyikan dariku, Mas?" gumamku sambil menutup kembali hadiah itu dan menyimpannya di laci, sesuai dengan tempat semula.
"Baru hitungan jam kita nikah, tapi udah ada keganjilan yang asli bikin aku nggak nyaman. Apa selama ini aku kurang teliti dalam menilaimu, Mas? Apa kamu juga bermuka dua sama seperti Kendrick?" Mataku panas seketika.
"Tenang ... nggak boleh panik, apalagi menunjukkan kecurigaan. Aku harus menyelidiki ini dengan cerdik. Karena jika dia memang berniat curang, emosi malah merugikanku, karena dia akan lebih rapi dalam bersikap."
Usai berucap demikian, aku bergegas mengambil ponsel dan bersiap keluar untuk bergabung kembali dengan Mas Alfa dan keluarga yang lain. Namun sebelum itu, aku sempat mengecek ponsel, kali saja ada pesan atau riwayat panggilan.
"Nomor siapa ini?" Aku kembali terkejut ketika melihat pesan masuk dari nomor baru. Aku penasaran dan cepat-cepat membukanya.
'Bagaimana hadiah dariku, bagus kan? Jangan lupa disimpan, atau kalau perlu taruh di pigura sekalian.'
Kini, bukan hanya mata yang panas, tapi juga hati dan pikiran. Bahkan, jantungku sampai berdetak melebihi batas normal. Apa ini? Hadiah, taruh di pigura?
Aku langsung teringat kembali dengan hadiah barusan. Dari sekian banyak hadiah, hanya itu yang paling mencurigakan. Selain tidak ada nama, juga beratnya mendadak berubah setelah dipegang Mas Alfa, belum lagi ekspresinya tadi yang sempat gugup. Aku yakin pasti ada sesuatu.
"Pigura ... cuma foto yang ditaruh di pigura. Dengan lebar dan berat yang seringan itu, masuk akal kalau isinya foto. Dibanding alat kontrasepsi tadi, rasanya kurang klop. Tapi, kalau beneran foto ... foto siapa kira-kira dan ... di mana sekarang?" Aku terpaksa berpikir keras. Karena dilihat dari sudut manapun, ini jelas ada yang janggal.
Tak ingin membuang waktu, aku mulai bergerak cepat. Mencari lembaran foto yang entah disembunyikan di mana. Namun, sampai beberapa menit mencari, dan hampir semua tempat mencurigakan sudah kulihat, hasilnya nihil. Tidak ada satu pun foto yang kutemukan.
"Ahh, aku harus gimana ini?" gerutuku dengan kesal.
Aku tahu ada yang tidak beres, tapi tidak punya celah untuk membuktikan, dan itu rasanya sangat menjengkelkan.
Karena tak ada pilihan, akhirnya aku keluar kamar dan kembali ke samping Mas Alfa. Meski banyak yang berkecamuk dalam batin, tapi aku berusaha menutupinya dengan senyuman.
Namun sepertinya, Mas Alfa menyadari itu. Buktinya, dia bertanya sesuatu padaku ketika kami kembali ke kamar.
"Sayang, aku lihat sejak tadi kamu murung. Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggumu?"
Dengan agak malas aku menggeleng, "Nggak apa-apa, Mas."
Selanjutnya, tangan hangat Mas Alfa menggenggam tanganku dengan mesra. Membimbingku ke tepi ranjang, dan kami duduk berdua di sana. Dia menatapku dalam-dalam, sembari menyelipkan rambutku ke belakang telinga.
"Aku suami kamu, masa masih ada rahasia? Raut wajahmu beda dengan tadi siang loh, Sayang. Katakan aja kenapa, atau aku ada salah hingga membuat kamu nggak nyaman? Bilang aja, Sayang, jangan diam begini." Lagi, dia bersikap lembut dan manis, sampai membuatku ragu bahwa dia berbuat curang.
"Athena, Sayang!" panggilnya ketika aku masih diam.
Aku menarik napas panjang, lantas membalas tatapannya dengan lekat.
"Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku, Mas?" tanyaku dengan hati-hati.
"Menyembunyikan apa maksudmu, Sayang?"
"Hadiah tadi ... isinya bukan barang itu, kan?" Aku melayangkan tatapan penuh selidik, tapi dia malah membalasnya dengan kening yang mengernyit.
"Isinya memang benda itu, Sayang. Aku beneran nggak bohong loh, kamu bisa lihat sendiri kalau nggak percaya. Aku bersedia keluar kalau misalkan kamu beneran ingin tahu, tapi takut malu," jawab Mas Alfa.
"Aku udah lihat. Isinya memang alat itu, tapi ... beratnya nggak sama dengan waktu kupegang pas awal tadi. Kenapa bisa gitu, Mas?" tanyaku berapi-api. Jujur, aku memang tidak sabar menunggu jawabannya. Entah itu berupa pembelaan atau kejujuran.
"Itu ... itu___"
"Dan aku juga dapat pesan ini. Jelaskan padaku, Mas, sebenarnya ini semua apa?" pungkasku sambil menyodorkan ponsel, dimana di sana tertera pesan aneh dari nomor tak dikenal tadi.
Aku gagal menyelidiki secara pelan-pelan, karena ternyata aku tidak cukup sabar untuk menanti kesempatan itu. Tapi, begini juga bagus. Dengan dua bukti yang kupunya, harusnya Mas Alfa terdesak dan tidak bisa mengelak lagi.
Kulihat, dia menarik napas panjang, entah apa yang dia pikirkan. Takut karena ketahuan, atau malah sibuk merangkai alasan. Apa pun itu, yang jelas aku menunggu jawabannya.
"Sayang, sebelum aku menjawab pertanyaanmu, alangkah baiknya kamu lihat ini dulu." Mas Alfa bicara sambil menyodorkan ponsel miliknya.
Sama sepertiku, dia juga menunjukkan sebuah pesan singkat. Aku langsung membacanya dan ... tersentak seketika. Apa yang tertera di sana membuat nyaliku menciut, hingga lidah kelu dan kesulitan bicara.
"Kenapa sekarang malah aku yang tersudut," batinku dengan jantung yang makin tak karuan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ria
penasaran..belum bisa nebak aq
2023-04-21
0
KUNCORO'S Days
Jangan2, peringatan Zion ttg Alfa itu bener ya? Alfa bukan laki-lakinya baik?
2023-04-07
1
Adi Soraya
Mulai kacau ni mah...
Bikin rumit.bikin.binggung.bikin pusing ...hedehhhhh
2023-04-07
1