"Mas Abercio ke mana?" tanyaku kemudian, mengalihkan pembicaraan.
"Masih membeli makan. Sejak semalam dia menunggu di sini, jadi belum sempat mengisi perut."
"Oh."
Aku kembali mengangguk, lalu melangkah maju hingga berada tepat di depan pintu ICU. Kutatap lekat kaca buram yang ada di hadapan. Meski aku tahu sosok ibuku tidak akan terlihat, tapi aku tetap merapat di sana. Menunduk sambil membayangkan Ibu yang sedang berjuang melawan penyakitnya.
Ah, lagi-lagi air mataku menggenang. Lalu dengan cepat kuusap sebelum menetes. Aku tak ingin Mas Alfa tahu tentang kesedihanku yang mendalam. Karena jika begitu, dia akan memberikan perhatian dan kepedulian yang lebih dari segalanya.
Bukan tanpa alasan aku memilih menghindar dan jaga jarak darinya, melainkan ada sikap buruk yang membuatku kesal dan benci dengannya.
Cinta, begitulah dia menyebutnya. Sejak aku duduk di kelas 2 SMA, dia sering mengungkapkan kata itu. Lengkap dengan sanjungan, pujian, serta janji-janji manis yang cukup indah didengar. Tapi, sedikit pun aku tidak percaya.
Dia adalah lelaki yang tiga tahun lebih tua dariku. Sejak kelas 1 SMA, dan saat itu aku masih kelas 1 SMP, dia adalah seorang playboy. Tidak hanya satu-dua gadis yang dia pacari, tapi banyak, dan sebagian dalam waktu yang bersamaan. Itu sebabnya aku selalu menolak setiap kali dia mengatakan cinta.
Sampai akhirnya, aku sudah lulus SMA dan akan berangkat ke Bali. Saat itu, aku belanja banyak barang untuk persiapan, dan kebetulan Mas Abercio sedang sibuk, jadi aku meminta bantuan teman yang rumahnya tak jauh dariku—Randy.
Di jalan, tiba-tiba Mas Alfa menghadang kami dan menghajar Randy dengan alasan cemburu. Randy babak belur dan sampai dibawa ke rumah sakit. Orang tuanya pun menyalahkan aku atas kejadian itu.
"Aku cemburu, Athena. Apa dia yang membuatmu nggak mau menerima cinta dariku? Asal kamu tahu, Athena, dia itu cowok otak kotor. Kamu bisa kenapa-napa kalau jalan sama dia," ucapnya kala itu, benar-benar membuatku muak.
"Kamu menyebut dia otak kotor, tapi lupa kalau kamu sendiri itu playboy. Aku nggak mau sama kamu, itu karena kamu playboy, jadi sama sekali nggak ada hubungannya sama Randy. Dan sekarang, aku tahu betapa temperamentalnya kamu. Di mataku, profilmu makin buruk, Mas."
Setelah aku menjawab seperti itu, dia diam. Tidak lagi membantah seperti yang sudah-sudah. Bahkan, ketika aku sudah berangkat ke Bali, dia tak lagi mengumbar cinta secara berlebihan, hanya sekali dua kali, itu pun lebih sering diselipi permintaan maaf. Tapi, aku telanjur kecewa dengan sikapnya yang kekanak-kanakan, makanya terus kublokir . Aku ingin menjaga jarak saja dengannya.
"Maaf jika sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas ini, tapi aku nggak tahu lagi kapan ada waktu bersama kamu. Soal dulu, aku benar-benar minta maaf, Athena. Mencintaimu membuatku gila, hingga dengan bodohnya cemburu dengan seseorang yang sebenarnya bukan siapa-siapa bagimu. Tapi, Athena, semua itu semata-mata karena aku sangat mencintaimu."
Belum rampung aku melamunkan masa lalu, dia sudah bicara panjang lebar terkait masa itu.
"Cinta nggak bisa dipaksa," jawabku tanpa menoleh.
"Aku tahu. Cuma ... satu hal yang juga harus kamu tahu. Aku sekarang nggak akan memaksa lagi. Aku juga udah banyak belajar agar nggak temperamental. Makanya, aku nggak pernah nyusul kamu ke Bali, nggak pernah maksa kamu untuk membuka blokiran. Karena sekarang, aku ingin mencintaimu dengan cara yang benar. Dengan harapan kamu mau melihatku, Athena," ucapnya, terdengar tulus.
Mungkin, memang iya dia mulai berubah. Karena setiap kali aku pulang lebaran, dia hanya bertamu dan menanyakan kabar dengan sopan. Tidak pernah lagi melontarkan janji-janji yang berlebihan, atau cemburu yang tidak jelas, meskipun ungkapan cinta memang selalu ada.
Dia juga tak berinisiatif menyusulku ke Bali, padahal mudah saja andai dia mau. Dia lumayan kaya dan tempat tinggalnya tidak jauh dengan Mbak Karin, jadi bukan hal sulit untuk menemukanku di sana. Jika karena Kendrick, kurasa tidak, karena kata Mbak Karin, dia tidak pernah membahas lelaki itu dengan Mas Alfa.
"Athena, harus dengan cara apa aku meminta maaf padamu? Empat tahun apa masih kurang untuk menghukumku?" sambungnya.
Namun, aku masih diam.
"Satu hal lagi yang harus kamu tahu, Athena. Selama empat tahun ini aku nggak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain, apalagi sampai berbagi hati dengan mereka. Jadi, kurang pas jika sekarang kamu masih menganggapku playboy." Lagi, dia yang bicara.
"Ibu lagi sakit, Mas. Aku nggak mau membahas ini sekarang," pungkasku sambil menoleh.
Tak ingin terlalu lama membahas cinta yang masih kuragukan kebenarannya, meski dalam hati aku sudah melupakan kejadian kala itu.
Tapi, yang ada dalam pikiranku sekarang, Kendrick saja bisa melukaiku sedalam ini, apalagi dia yang jelas-jelas mantan playboy. Ahh, kenapa juga aku selalu dipertemukan dengan laki-laki yang tak punya kesetiaan.
"Athena, kamu sudah datang?" Akhirnya, satu sosok yang kutunggu-tunggu tiba juga—Mas Abercio.
Dengan begini, aku tidak akan terjebak suasana canggung bersama Mas Alfa.
Namun, belum banyak aku berbincang dengan Mas Abercio, tiba-tiba ponsel di sakuku berdering nyaring. Ada panggilan yang entah dari siapa.
'Papa'
Satu nama kontak yang terpampang di layar ketika ponsel sudah kuambil. Sebuah nama yang membuat luka ini makin basah dan menganga. Tak mau berbasa-basi lagi, akhirnya kuakhiri saja panggilan tersebut.
Sesaat kemudin, kuterima satu pesan darinya.
'Kata Nadia, ibu kamu sakit. Semoga cepat sembuh ya. Jaga diri baik-baik di sana, jangan sampai telat makan, jangan minum kopi meski begadang. Lambungmu tidak kuat. Juga jangan lupa sedia teh jahe, dua hari lagi tamumu datang.'
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ria
semangaat athena😙
2023-04-19
0
ria
😝😝😝
2023-04-19
0
ria
semoga pengorbananmu tidak sia sia😘
2023-04-19
0