Hazel terus tersenyum mengingat betapa nikmat dan sakitnya apa yang telah dilakukannya semalam bersama dengan Gavin. Hazel baru pertama kali melakukannya dan dia berikan semuanya pada Gavin. Hazel tidak akan pernah melupakan pengalaman itu. Mia yang duduk di sebelah Hazel merasa curiga dengan sahabatnya yang terus tersenyum tanpa alasan.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Mia dengan berbisik di telinga Hazel. Mata kuliah sedang berlangsung sejak beberapa menit yang lalu.
"Nggak pa-pa, Mia. Aku lagi senang aja?" Hazel menatap Mia dan menampilkan senyuman terbaiknya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Mia dengan penasaran.
"Ternyata ML itu enak, Mia," ucap Hazel dengan polosnya.
"Apa? Jangan bilang kamu sudah melakukan itu dengan dia?" Mia bertanya sambil menebak. Hazel hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Hazel, kenapa kamu begitu nakal?" Mia mencubit pelan tangan Hazel karena merasa gemas.
"Aku mabuk, Mia. Jadi aku mau aja melakukannya. Tapi setelahnya aku dalam keadaan sadar dan memang itu enak, walaupun sakit awalnya." Hazel bercerita dengan jelas pada Mia.
"Cukup, jangan bicara lagi. Ceritakan detailnya nanti saat selesai kelas." Mia menutup mulut Hazel dan tersenyum lebar.
Kuliah sore itu selesai dengan cepat. Hazel meregangkan tubuhnya yang merasa lelah karena sebelumnya telah melayani Gavin beberapa kali. Mia merangkul bahu Hazel dan membawanya ke kafe depan kampus. Mereka berdua berpapasan dengan Aiden dan Mia mengajaknya serta. Hazel sudah memberikan kode pada Mia, tetapi Mia tidak menyadarinya.
"Bagaimana aku harus bercerita kalau ad Kak Aiden?" Hazel berbisik tepat di telinga Mia.
"Aku lupa," ucap Mia dengan santai.
"Apa kalian udah selesai kuliah?" Aiden bertanya sambil menatap Hazel dan Mia bergantian.
"Udah, Kak. Harusnya kuliah pagi, tapi diundur jadi sore." Hazel menjawab dengan santai.
"Mau pergi ke Bar lagi nggak? Aku bosan ngurusin skripsi terus. Pengen refresh otak dulu," ajak Aiden pada Hazel dan Mia.
"Aku setuju, Kak. Aku juga lagi bosan di rumah." Mia langsung menyetujui ajakan Aiden.
"Aku nggak tahu bisa atau enggak," ujar Hazel sambil memeriksa ponselnya.
"Minta ijin aja lagi sama si Tua Bangka." Mia berbisik di telinga Hazel.
"Masalahnya kemarin aja dia marah karena aku terlalu mabuk," ucap Hazel sambil tersenyum kaku.
"Bilang aja nemenin aku. Please," mohon Mia sambil menampilkan wajah memelas.
"Oke deh, aku coba dulu minta ijin." Hazel menulis pesan melalui ponselnya untuk Gavin. Dia juga ingin pergi bersenang-senang bersama teman-temannya.
Ponsel Hazel berdering dan dia segera menyingkir dari meja tempat duduknya. Hazel keluar kafe untuk menerima telepon dari Gavin. Dia berharap Gavin akan memberikan ijin padanya dan tidak akan marah karena Hazel akan pergi ke Bar lagi.
"Hai, Beb. Maaf kalau aku ganggu," ucap Hazel mencoba berlaku manis di telepon.
"Aku juga ada acara di Bar yang sama. Jangan sampai aku tahu kamu macam-macam di sana atau aku sendiri yang akan menyeret kamu keluar dari sana." Gavin langsung berbicara dengan tegas.
"Bukankah kamu yang akan bersenang-senang dengan gadis-gadis itu?" Hazel bertanya dengan ketus.
"Gadisku cuma kamu aja, Lynn. Jangan lupa akan hal itu." Gavin berbicara dengan tegas. "Sampai ketemu di Bar nanti." Gavin mematikan sambungan panggilannnya dan membuat Hazel berjingkrak senang.
Hazel masuk ke dalam kafe lagi dan tersenyum lebar. Mia langsung ikut berjingkrak karena akhirnya Hazel mau ikut dengannya ke Bar. Aiden juga ikut senang mengetahui Hazel akan ikut. Hazel memesan makanan ringan dan minuman untuknya mengganjal perut sampai nanti malam.
.
.
Hazel, Mia dan Aiden sampai di Bar tempat biasa mereka berkumpul. Hazel langsung menyapa Jack yang sedang sibuk meracik minuman untuk pelanggan. Mia yang sudah menyukai Jack dari awal mereka bertemu juga ikut duduk di meja bar bersama Hazel. Aiden mencari tempat yang nyaman untuk mereka bertiga.
"Apa ada tamu VIP yang biasanya, Jack?" tanya Hazel pada Jack, mencari informasi tentang Gavin.
"Banyak tamu VIP di sini, Cinta. Yang mana yang kamu maksud." Jack berbicara dengan tersenyum geli.
"Sudahlah, nanti juga aku tahu sendiri." Hazel akhirnya tidak bertanya lagi.
"Jack, bisa buatkan minuman untukku." Mia mencoba mendekati Jack.
"Tolong dong, Mia, jangan Jack juga. Kamu cari cowok lain aja." Hazel memberi saran untuk Mia.
"Memang aku kenapa, Lynn? Kamu terlalu berpikir jauh." Jack mencoba tidak menghiraukan Hazel dan mengobrol santai dengan Mia.
Hazel meninggalkan Mia yang sedang asyik dengan Jack. Hazel berjalan ke ruangan VIP dan mencoba mencari keberadaan Gavin. Namun, Hazel tidak bisa melihat ke dalam ruangan VIP tersebut. Hazel berjalan kembali ke tempat Jack, tetapi belum sampai ke meja Bar tangannya ditarik oleh seseorang. Hazel mengenal bau parfum yang sedang membawanya ke dalam ruangan VIP di belakangnya.
"Kamu sangat berani, Beb," ucap Gavin dengan suara sedikit serak.
"Apa kamu sudah mabuk?" Hazel menatap ke arah Gavin dan melihatnya sudah setengah mabuk.
"Kamu berusaha menggoda siapa pakai baju seperti itu?" Gavin menatap tajam pakaian Hazel yang sangat minim itu.
"Menggoda kamu, Beb. Siapa lagi?" Hazel mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Gavin.
"Tapi kamu sedang bersama teman-temanmu, Beby." Gavin berbicara dengan sedikit geraman.
"Aku sama Mia kok. Lagian kamu lihat aja tuh, banyak cewek-cewek di sini." Hazel bergantian menatap tajam Gavin.
"Tenang saja, Nona, Gavin tidak suka dengan gadis di sini. Dia hanya menginginkan gadisnya!" teriak salah satu teman Gavin yang pernah Hazel temui.
"Kamu dengar sendiri, kan? Sekarang berikan aku ciuman." Gavin mendekatkan wajahnya untuk meminta satu ciuman dari Hazel.
"Aku akan kembali dengan Mia, aku takut dia mencariku." Hazel tidak memberikan ciumannya pada Gavin untuk mengerjainya.
"Berikan aku ciuman dulu sebelum kamu pergi." Gavin menahan tangan Hazel di depan pintu ruangan VIP.
Hazel memcium bibir Gavin dengan lembut. Gavin menarik tengkuk Hazel dan mencium bibirnya dengan rakus. Hazel mendorong pelan tubuh Gavin dan terbebas dari ciumannya. Hazel melihat Mia berjalan ke arahnya dan mendorong Gavin masuk ke dalam ruangannya.
"Kamu ngapain di sini, El?" tanya Mia yang belum melihat Gavin.
"Ada si Tua Bangka tadi," ucap Hazel dengan santainya.
"Kenalin dong sama aku, El. Siapa tahu aku juga bisa dapetin sugar daddy kayak kamu." Mia tersenyum jahil pada Hazel.
"Kamu nggak perlu sugar daddy, Mia. Kamu udah punya daddy yang kaya raya." Hazel merangkul lengan Mia dan membawanya pergi dari tempat VIP tersebut. Gavin yang hendak keluar lagi, mengurungkan niatnya karena melihat Mia. Gavin harus sembunyi-sembunyi karena Hazel adalah sahabat Mia, anaknya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments