Keseharian Hazel

Hazel meregangkan tubuhnya dan merasakan ada sesuatu yang keras di sampingnya. Hazel berusaha membuka matanya dan melihat ada seorang pria dewasa sedang tidur satu ranjang dengannya. Pria itu bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek saja. Hazel mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.

"Tidak!" teriak Hazel saat menyadari dirinya sudah berganti pakaian menggunakan baju tidur satin yang sangat seksi, memperlihatkan belahan dadanya yang bulat penuh.

"Kenapa berisik sekali pagi-pagi begini?" Gavin bergeser mengubah posisinya menjadi miring menghadap ke arah Hazel.

"Pagi, Beby. Bagaimana tidur kamu?" Gavin tersenyum miring sambil tetap memejamkan matanya.

"Apa yang telah kamu lakukan padaku, Tua Bangka?" Hazel meneriaki Gavin tepat di samping telinganya.

"Ternyata kamu sadar saat memanggilku begitu," ujar Gavin terkekeh.

"Tuan, saya mohon pulangkan saya. Jangan perlakukan saya seperti ini." Hazel memohon pada Gavin sambil menutupi belahan dadanya menggunakan selimut.

"Aku mau kamu jadi milikku. Kenapa kamu menolak, padahal kamu membutuhkan orang sepertiku?" Gavin bangun dari tidurnya dan menyandarkan badannya di kepala ranjang.

"Karena aku tidak ingin terikat oleh kontrak dan tidak bebas melakukan apa yang aku ingin lakukan. Kebebasanku akan terbatasi oleh aturan yang kamu buat," ucap Hazel mengutarakan apa yang selama ini dia pikirkan.

"Hanya karena seperti itu? Kamu bisa meminta kebebasan apa pun padaku, Beby. Aku akan mengikuti apa yang kamu mau." Gavin mencoba meyakinkan Hazel.

"Baiklah ... aku akan memikirkannya lagi. Saat ini aku ingin pulang. Bagaimana aku bisa pulang kalau pakaianku saja tidak ada." Hazel mengintip apa yang ada di balik selimutnya.

"Ada baju di lemari. Kamu nggak perlu khawatir. Satu lagi, aku sudah melihat tubuh kamu. Nggak perlu malu di depanku." Gavin terkekeh lalu beranjak dari ranjangnya. Hazel melemparkan bantal ke arahnya dengan kesal.

Hazel berganti pakaian yang telah disiapkan oleh Gavin di dalam lemari. Banyak deretan baju di lemari yang sepertinya ditujukan untuknya. Hazel sedikit kagum dengan perlakuan Gavin padanya. Hazel memakai setelan dress tanpa lengan dengan blazer di luarnya. Hazel tahu jika harga pakaian itu tidak main mahalnya. Hazel tidak akan mampu membelinya.

"Ke mana aku harus mengantarmu?" tanya Gavin saat keluar dari kamar mandi. Dia masih menggunakan handuk saat berjalan santai di depan Hazel.

"Ke kampus saja. Aku ada kuliah pagi," jawab Hazel sambil mencuri pandang ke arah Gavin. Meskipun umurnya terlihat sudah tidak muda lagi, tetapi tubuh Gavin masih terlihat seperti anak muda. Berbentuk dan terawat dengan baik.

"Jaga mata kamu kalau tidak ingin terpesona denganku." Gavin tersenyum bangga mengetahui bahwa Hazel mengagumi tubuhnya. Hazel langsung memalingkan wajahnya mendapati Gavin berbicara seperti itu. Gavin tersenyum seringai mendapati Hazel mulai tertarik dengannya.

Hazel diantarkan oleh Gavin dengan menggunakan sebuah mobil mewah lengkap dengan sopir pribadi. Hazel memaki dalam hati kenapa dia mau diantar oleh Gavin, padahal mereka tidak memiliki hubungan apa pun. Hazel sedikit menyesali apa yang telah dilakukannya.

"Makasih Om, udah antar aku ke kampus," ucap Hazel dengan sopan.

"Namaku Gavin, Cantik. Kamu bisa memanggilku Sayang kalau kamu mau." Gavin tersenyum seringai. Hazel tidak menanggapi ucapan Gavin dan segera keluar dari mobil itu karena ada beberapa orang yang melihat ke arah mobil itu.

Hazel melambaikan tangannya dan mobil yang ditumpangi Gavin langsung melesat pergi. Hazel berbalik dan menemukan Mia sedang menatapnya dengan tajam. Hazel tidak tahu apa yang membuat sahabatnya itu kesal.

"Kamu udah jadi sugar baby, El?" tanya Mia dengan tatapan menyelidik.

"Jaga bicara kamu, Mia. Jangan sampai ada yang mendengarnya." Hazel langsung menutup mulut Mia sambil berbisik di samping telinganya. Mia langsung mengangkat kedua tangannya tanda mengerti. Hazel melepaskan tangannya di mulut Mia.

"Tadi kamu diantar siapa?" tanya Mia dengan hati-hati.

"Tua bangka sialan," ujar Hazel dengan kesal.

"Siapa? Orang yang minta kamu jadi sugat babby-nya?" Mia bertanya dengan penasaran.

"Iya, sialan banget, kan? Aku ketemu dia tadi malam di Bar." Hazel berjalan dengan menahan rasa kesalnya. Mia mengikuti sahabatnya sambil tersenyum lebar.

"Ayolah El, kamu pasti bisa jadi seorang sugar babby yang sukses." Mia seperti setan yang sedang menjerumuskan mangsanya.

"What the ... kamu mau menjerumuskan aku, Mia?" Hazel menggelengkan kepalanya cepat membuang pikiran tentang Gavin.

"Bukan menjerumuskan, El. Aku cuma mau kamu menikmati apa yang kamu miliki, Beb. Kamu cantik dan banyak yang menyukaimu." Mia tersenyum lebar dengan menampilkan deretan giginya.

"Kamu memang teman yang luar biasa, Mia," sindir Hazel sambil terkekeh geli.

Hazel dan Mia mengikuti kuliah paginya dengan sedikit malas. Mia yang selalu bertanya tentang sugar daddy milik Hazel. Namun, tidak ditanggapi oleh Hazel karena pikirannya sedang melayang entah ke mana. Hazel tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung menutup mulutnya terkejut.

"Kamu kenapa?" tanya Mia sambil berbisik karena kuliah masih berjalan.

"Apa aku sudah dipakai sama si Tua Bangka itu?" tanya Hazel seperti pada diri sendiri.

"Kalau memang sudah, kamu harus minta ganti rugi, El." Mia ikut memanasi keadaan.

"Ganti rugi gimana? Kamu memang luar biasa, Mi. Bisa sampai berpikiran seperti itu," ucap Hazel menggelengkan kepalanya. Mia hanya mengedikkan bahunya cuek.

Kuliah pagi itu berlalu begitu saja. Tidak ada sedikit pun yang membekas di otak Hazel. Begitu pun dengan Mia, dia sudah dari awalnya memang kurang bisa memahami mata kuliahnya. Terkadang Hazel tertawa melihat Mia yang kuliah hanya untuk menghabiskan uang orang tuanya.

"Mau ke Cafe nggak?" tanya Mia sambil menguap.

"Boleh deh, aku lapar belum sarapan." Hazel menggandeng lengan Mia dan berjalan menuju Cafe di depan kampusnya. Mereka berdua hanya berjalan sedikit dari halaman depan kampus dan sampai di Cafe Rockstar.

Hazel dan Mia masuk ke dalam Cafe lalu bertemu dengan Aiden Evander, sang kakak tingkat yang terkenal karena ketampanannya dan karismanya. Hazel menjadi dekat dengan Aiden saat acara puncak penerimaan mahasiswa baru di kampus Hazel sekarang. Saat itu Hazel dihukum karena terlambat hadir, tetapi Aiden memaafkan keterlambatan Hazel.

"Kak Aiden!" teriak Hazel sambil melambaikan tangannya. Mia ikut menyapa kating tampan itu.

"El, Mia, mau makan juga di sini?" tanya Aiden sambil menggeser duduknya untuk diberikan pada Hazel.

"Hazel mau makan, kalau aku cuma pengen ngopi aja," jawab Mia sebelum Hazel.

"Ya udah pesan aja, biar aku yang bayar sekalian." Aiden tersenyum mengacak rambut Hazel. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan Aiden yang sebenarnya pada Hazel.

"Makasih, Kak. Kamu memang yang terbaik. Selalu tahu kalau dompet aku sedang tak baik-baik saja," ujar Hazel sambil tertawa lebar.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!