Kegelisahan Gavin

Gavin segera keluar dari ruangan Lily dan bertemu dengan Mia di depan pintu ruangan. Gavin berpamitan sebentar dengan anaknya lalu berjalan cepat menyusul Hazel. Gavin mencari keberadaan Hazel dan mencoba menghubunginya. Dia ingin segera memeluk Hazel karena rasa gelisah dan ketakutannya.

"Temui aku di basement." Gavin berbicara di telepon setelah panggilannya diangkat oleh Hazel.

Gavin menunggu dengan gelisah di mobilnya yang terparkir di dalam basement rumah sakit. Hazel berjalan santai menuju tempat parkir dan menghampiri mobil Gavin. Hazel mengetuk pintu mobil Gavin lalu masuk ke dalamnya. Gavin langsung mencium bibir Hazel dengan intens. Hazel hanya bisa membalas ciuman Gavin dengan sama intensitasnya.

"Udah selesai urusannya sama sahabat kamu?" tanya Gavin setelah melepaskan bibir Hazel dan mengusapnya lembut. Hazel mengangguk sambil tersenyum.

"Maminya juga udah lebih baik katanya," ujar Hazel sambil menyandarkan kepalanya di bahu Gavin.

"Apa kamu sering main ke tempat sahabat kamu?" tanya Gavin dengan cemas.

"Baru berapa kali aja. Aku selama ini sibuk bekerja, Beb. Nggak ada waktu untuk main ke rumah teman." Hazel tersenyum kecut mengingat hidupnya dulu.

"Sekarang kamu nggak perlu bekerja, Beb. Kalau mau main ke rumah teman tinggal main aja." Gavin mengusap lembut rambut Hazel.

"Apa kamu udah selesai jenguk istri kamu?" tanya Hazel dengan santai.

"Udah, aku nggak mau melewatkan kesempatan bertemu kamu, Beb." Gavin menciumi puncak kepala Hazel.

Baru saja Gavin berbicara seperti itu, ponselnya berdering keras. Hazel menatap wajah Gavin dan sedikit menyingkir dari sisi Gavin. Namun, dengan cepat Gavin menahannya dan memeluknya erat. Gavin menerima panggilan teleponnya dengan santai.

"Ada apa, Sayang?" tanya Gavin melalui telepon pada anaknya, Mia.

"Daddy, di mana? Mia pengen pulang dulu sebentar. Tolong jaga Mami." Mia meminta Gavin kembali untuk menemani Lily.

"Daddy ada panggilan rapat, Sayang. Nanti Daddy minta Sissy untuk ke situ." Gavin mencoba membohongi Mia.

"Oke deh, jangan lama Dad." Mia mematikan panggilan teleponnya dan Gavin segera menghubungi Sissy, sekretarisnya yang sangat dipercayanya.

Hazel mencoba membuka kancing kemeja Gavin satu per satu saat melihat Gavin sibuk dengan gawainya. Hazel tidak akan menyerah untuk menaklukan Gavin. Meskipun sebenarnya Gavin sudah takluk dengan Hazel. Gavin tersenyum seringai saat melihat aksi Hazel. Dia meminta sang sopir untuk pergi ke apartemen Hazel.

Selama perjalanan ke apartemen, Hazel dan Gavin berciuman dengan lembut dan perlahan. Gavin mencoba menyentuh dada Hazel dan meremasnya. Hazel akan mengerang jika mulutnya tidak dibungkam menggunakan bibir Gavin. Hazel berinisiatif naik ke atas pangkuan Gavin karena terlalu menginginkannya. Hazel merangkulkan kedua tangannya ke leher Gavin.

"Apa aku harus bergoyang di sini?" tanya Hazel dengan wajah menggoda.

"Jangan nakal kamu, Beb. Aku akan hukum kamu kalau kamu berani menggodaku seperti itu." Gavin berbicara sambil menahan hasratnya karena dipancing oleh Hazel.

Mobil Gavin masuk ke parkiran basement apartemen Hazel. Gavin sudah tidak tahan untuk menghukum Hazel karena telah menggodanya. Hazel tidak berhenti menggoda Gavin dengan bergoyang dalam pangkuan Gavin. Dengan senyumannya, Hazel terus menggoda Gavin sampai Gavin mencengkeram erat paha Hazel untuk menahan goyangannya.

"Enak nggak, Beb?" tanya Hazel di samping telinga Gavin dengan suara dibuat menggoda.

"****, f*ck. Hentikan itu, Lynn! Aku akan benar-benar menghukum kamu kali ini. Jangan harap kamu akan bisa kabur dari hukumanku." Gavin berkata dengan geraman dan penekanan. Hazel merasa sedikit takut, tetapi dia hanya tersenyum jahil.

Gavin langsung menarik tangan Hazel untuk masuk ke lift dan menuju lantai 7 di mana unit Hazel berada. Hazel terkekeh geli melihat ekspresi wajah Gavin. Hazel berjinjit sedikit lalu mencium bibir Gavin yang sedang fokus melihat nomor lantai di dalam lift. Gavin terkejut dan menatap tajam ke arah Hazel.

"Sorry, Beb. Aku suka ngerjain kamu," ucap Hazel sambil tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Gantian aku yang akan ngerjain kamu, Beb." Gavin langsung mengangkat tubuh Hazel setelah pintu lift terbuka. Gavin membawa Hazel masuk ke unit apartemennya dan merebahkannya di sofa ruang tamu.

Gavin menindih tubuh Hazel dengan bertumpu pada kedua lengannya. Hazel menatap manja ke arah Gavin. Perlahan, Gavin mendekati Hazel lalu mencium bibirnya dengan menuntut. Hazel mengikuti permainan bibir Gavin dan mencengkeram erat rambut Gavin. Dengan cepat, Gavin melepas baju Hazel dan meninggalkan **********. Gavin menatap intens tubuh bagian atas Hazel.

"Jangan sampai jauh, Beb. Aku belum siap," ucap Hazel yang masih menahan keinginannya karena masih takut dengan semua itu.

Hazel menggigit bibirnya saat Gavin mulai menggerayanginya. Tubuh Hazel terasa seperti tersengat dan membuatnya panas dingin. Gavin menciumi wajah Hazel lalu turun ke leher dan dadanya. Meninggalkan banyak tanda di sana.

"Beb ... jangan siksa aku seperti ini," ucap Hazel dengan gelisah.

"Kamu duluan yang menyiksa aku, Beb. Kamu udah bikin aku kepengin, tapi nggak mau tanggung jawab." Gavin menggeram melihat ekspresi Hazel yang sedang keenakan.

Tangan Gavin terus bermain di seluruh tubuh Hazel dan membuatnya menggeliat geli. Hazel sedang menikmati sentuhan Gavin, saat ponsel Gavin terus berdering. Hazel menyingkir dari hadapan Gavin dan menutupi tubuh atasnya dengan bajunya sendiri. Gavin merutuk sambil mengangkat panggilan teleponnya.

"Kenapa, Sayang? Daddy masih di kantor," ucap Gavin dengan sedikit menahan kesal.

"Dad, Mami .... Daddy ke sini dong." Mia berkata dengan terbata-bata. Hazel melihat wajah cemas Gavin dan langsung menuju ke kamarnya.

Gavin menutup teleponnya dan mencari keberadaan Hazel. Gavin masuk ke kamar Hazel dan melihatnya berbaring miring. Gavin mendekati Hazel dan melihatnya terlelap. Gavin mencium kening Hazel dan tahu bahwa Hazel hanya berpura-pura.

"Buka mata kamu!" pinta Gavin sambil berjongkok di depan Hazel.

"Pergilah, aku nggak akan menahan kamu." Hazel berkata sambil tetap menutup matanya.

"Buka mata kamu, sekarang!" Suara Gavin semakin tegas. Hazel membuka matanya dan melihat wajah Gavin tepat berada di hadapannya.

"Aku nggak pa-pa, Beb. Aku akan tidur sambil menunggu kamu. Kalau kamu nggak datang juga nggak pa-pa," ujar Hazel sambil tersenyum lebar.

"Jangan buat aku kesal, Lynn. Kamu harus menunggu aku datang. Aku akan pulang ke sini." Gavin berbicara dengan nada dingin. Hazel baru saja melihat sisi Gavin yang lain.

"Aku nggak ada hak untuk menahan kamu, Beb. Kamu mungkin nggak akan percaya kalau aku nggak mau kamu pergi. Tapi aku nggak punya hak itu, Beb." Hazel tiba-tiba saja meneteskan air matanya. Gavin langsung merasa bersalah saat melihat Hazel menangis.

"Maafkan aku, Beb. Aku takut kehilangan kamu. Meskipun semua ini salah, tapi perasaanku nggak pernah salah." Gavin memeluk Hazel dengan erat.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!