Hazel tidak mendengar apa yang dikatakan Gavin di dalam telepon. Hazel menyimpan lagi ponselnya di tas kecil yang dia bawa. Hazel kembali menari mengikuti alunan musik bersama dengan Mia. Aiden mendekati Hazel dan menari bersamanya. Mia masih mencoba sadar supaya dirinya dan Hazel tidak terjerumus ke dalam perlakuan tidak menyenangkan.
Di rumah sakit, Gavin berjalan mondar-mandir dengan perasaan kesal dan khawatir. Lily yang sedang terlelap merasa terganggu oleh suara sepatu Gavin yang bergesekan dengan lantai rumah sakit. Lily terbangun dan melihat Gavin yang sedang berjalan mondar-mandir di hadapannya.
"Pergilah kalau memang ada hal yang mendesak," ucap Lily menyadarkan Gavin.
"Maaf, apa aku membangunkanmu?" Gavin mendekat ke samping ranjang Lily.
"Tidak apa, Vin. Pergilah, aku akan tidur lagi dan sampai besok pagi." Lily mencoba tersenyum untuk membuat Gavin tenang.
"Telepon aku kalau ada apa-apa. Aku akan meminta suster untuk menemani kamu di sini." Gavin mencium kening Lily dan segera keluar ruangan rawat Lily. Gavin membayar satu suster jaga untuk menemani Lily di kamar. Lily tersenyum kecut dan menghela napas dalam.
"Perempuan mana lagi yang bisa bikin kamu sekhawatir itu, Vin?" Lily memejamkan matanya untuk mencegah air matanya turun.
.
.
Gavin menggunakan taksi online untuk menuju Bar tempat Hazel berada. Dia merasa bingung bagaimana harus membawa Hazel pulang sedangkan di sana juga ada Mia, anaknya. Sampai di tempat tujuan, Gavin melihat mobil yang dikirimnya untuk membawa Hazel ke sana. Gavin mempunyai ide yang akan membuat Hazel kesan. Dia meminta sang sopir untuk membawa Hazel keluar dari Bar tersebut.
Di dalam Bar, Hazel sudah sangat mabuk dan sedang menari mengikuti irama yang terdengar. Mia mengajak Hazel pulang, tetapi Hazel masih menolaknya. Sang sopir datang dan langsung membopong Hazel tanpa berkata-kata. Hazel mencoba memberontak dan berteriak. Aiden yang melihat kejadian itu langsung mendekat dan memukul sang sopir.
"Non, saya disuruh Tuan Gavin. Beliau ada di depan sekarang." Sang sopir berkata dengan berbisik di samping telinga Hazel. Saat mendengar nama Gavin, seketika Hazel tersenyum cerah.
"Bilang sama dia, suruh ke sini sendiri." Hazel melepaskan cengkeraman sang sopir dan kembali berjoged mengikuti musik.
"Tuan tidak bisa, Non. Terlalu ramai di sini," ucap sang sopir mencoba meyakinkan Hazel.
Setelah berpikir, akhirnya Hazel mengikuti kata-kata sang sopir dan berpamitan dengan yang lain. Hazel berjalan dengan sempoyongan dan mencerocos tidak jelas. Gavin melihat Hazel dari kejauhan saat Hazel baru saja keluar dari dalam Bar. Hazel terkekeh sendiri saat dia jatuh karena tidak fokus. Gavin menggeram menahan kekesalannya di dalam mobil.
"Hai, Beby. Kenapa kamu nyusul? Bukannya kamu lagi sama istri kamu? Aku senang-senang sebentar aja suruh pulang cepat." Hazel berbicara di depan pintu mobil yang akan membawanya pulang. Gavin dengan cepat menarik tangan Hazel dan mendudukkannya di pangkuannya.
"Jadi begini tingkah kamu saat sedang mabuk?" Gavin bertanya sambil mencengkeram dagu Hazel.
"Aduh ... sakit, Beb." Hazel mengaduh dengan manja sambil tersenyum genit.
"Kamu benar-benar nakal hari ini, Beb. Aku akan memberikan kamu pelajaran." Gavin segera memerintahkan sang sopir untuk kembali ke apartemen.
Sepanjang perjalanan, Gavin menciumi wajah Hazel dan bibirnya bergantian. Hazel yang sedang dalam pengaruh alkohol, tidak berusaha menolak justru dia membalas setiap sentuhan Gavin. Hazel membuka jaketnya karena merasa kepanasan akibat alkohol di dalam tubuhnya. Hazel memperlihatkan belahan dadanya tepat di depan wajah Gavin.
"****, aku nggak akan tahan kali ini, Anak Nakal." Gavin langsung mencium ganas bibir Hazel.
Sampai di gedung apartemen, Gavin membopong Hazel dan membawanya ke kamar. Gavin melepaskan semua pakaian Hazel dan hanya menyisakan dalaman saja. Gavin membuka kemeja atasannya dan beranjak ke atas tubuh Hazel. Gavin mencoba membangunkan Hazel dengan permainan bibirnya di seluruh tubuh Hazel. Gavin memainkan bibir dan lidahnya di bagian gunung kembar Hazel.
"Hhmmmhh ... jangan nakal, Beb. Geli sekali, tapi enak." Hazel meracau dan berusaha bangun, tetapi ditahan oleh Gavin.
"Nikmati saja, Beby. Aku akan membuat kamu melayang dan merasakan kenikmatan." Gavin tersenyum seringai.
Gavin melanjutkan permainan bibirnya di atas perut rata Hazel. Gavin melihat Hazel merasakan sentuhannya dan tubuhnya menggelinjang. Hazel menggigit bibirnya menahan erangan yang hendak keluar dari mulutnya. Gavin menuruni setiap inci tubuh Hazel dan sampai di bagian kewanitaan Hazel. Gavin mencium singkat dan Hazel langsung bangun serta menatap Gavin dengan tatapan sayu.
"Apa yang kamu lakukan, Beb?" tanya Hazel dengan sedikit geraman halus.
"Aku mau menikmati ini, Beb," ucap Gavin sambil menunjuk kewanitaan Hazel. Jarinya menyentuh bagian sensitif itu dan Hazel memekik kaget.
"Beb, coba sentuh lagi." Hazel merasakan seperti tersengat, tetapi rasanya nikmat. Gavin menatap intens ke arah Hazel untuk meminta persetujuan.
Hazel menginginkan sentuhan lagi di bagian kewanitaannya. Gavin perlahan menyentuhkan jarinya di sana. Hazel memejamkan matanya dan menggigit bibirnya keras. Gavin mulai mengusap lembut bagian sensitif milik Hazel. Perlahan tapi pasti, Hazel merasakan sensasi yang luar biasa.
"Beb, aku mau melakukannya." Hazel menatap Gavin dengan serius. "Lakukanlah, Beb. Jangan buat aku gila."
Gavin tersenyum seringai mendengar permintaan Hazel. Gavin tahu tubuh Hazel sangat menginginkan sentuhan sensual. Gavin terus mengusap bagian sensitif milik Hazel dan keluarlah desa*an Hazel yang membuat Gavin semakin berhasrat melakukan suatu hal besar dengan Hazel.
"Aku akan mencoba memasuki kamu, Beb. Sebelumnya aku akan membuat kamu melayang." Gavin membuka celananya dan menyisakan **********.
Hazel menatap tubuh indah Gavin. Meskipun sudah tidak muda lagi, tetapi tubuhnya sangat bagus dan terawat. Hazel memainkan jarinya di dada bidang milik Gavin. Perlahan Gavin mencium bibir Hazel dengan lembut. Tangannya mulai meremas gunung kembar milik Hazel.
"Beb, kenapa rasanya seperti ini? Enak sekali." Hazel terus meracau saat bibirnya terlepas dari Gavin.
"Nikmati saja, Beb. Aku tahu kamu akan menikmatinya." Gavin terus meremas dan memainkan jarinya di daerah sensitif Hazel.
"Hhhmmmhhh, tolong jangan siksa aku, Beb." Hazel mencengkeram tangan Gavin untuk lebih cepat memainkannya di tempat yang Hazel inginkan.
Setelah Gavin merasa Hazel telah siap, dia memcoba melanjutkan permainannya dengan memasukkan miliknya ke dalam milik Hazel. Gavin berusaha memasukkannya dengan perlahan. Hazel menahan tangan Gavin untuk tidak melakukannya, tetapi Gavin sudah tidak bisa menahannya.
"Aku akan pelan-pelan, Beb. Awalnya mungkin sakit, tapi setelah itu aku jamin kamu akan ketagihan." Gavin mencium bibir Hazel untuk membuatnya nyaman. Perlahan, Gavin mendorong miliknya ke dalam milik Hazel dan akhirnya masuk setelah perjuangan beberapa saat.
"Aaarrrgghhhh." Hazel berteriak saat milik Gavin memaksa masuk ke dalam milik Hazel yang sempit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments