Perjalanan selama tiga jam tidak terasa lama, saat pesawat yang ditumpangi Hazel begitu nyaman. Hazel menikmati perjalanan dan pelayanan dari penerbangan tersebut. Hazel menatap wajah Gavin sambil tersenyum manis. Gavin mendekati tempat duduk Hazel dan mengusap kepalanya.
"Sebentar lagi kita sampai di Bandara Miami, Beb. Aku udah memesan hotel bintang lima dengan sistem penjagaan yang tinggi. Aku tidak mau liburan kita terganggu." Gavin memberitahukan tentang rencananya.
"Apa di sana kamu juga orang yang terkenal? Kenapa sampai seperti itu?" tanya Hazel penasaran dengan kehidupan Gavin.
"Kamu hanya perlu tahu bahwa aku menginginkan kamu. Itu saja, Beb." Gavin selalu bisa membuat Hazel melambung.
"Kamu itu perayu ulung, Beb. Siapa saja yang sudah termakan rayuanmu itu?" Hazel memicingkan matanya meminta jawaban dari pertanyaannya.
"Tidak ada, Beb. Cuma kamu yang bikin aku menginginkan perempuan lain." Gavin menjawab dengan tegas. Hazel merasa tersanjung dengan jawaban Gavin.
Pesawat akan mendarat di Bandara Miami sesuai jadwal penerbangan. Gavin kembali ke kursinya dan menunggu sambil menggenggam tangan Hazel. Keduanya seperti pasangan baru yang sedang dimabuk asmara. Tangan keduanya tidak pernah terlepas apalagi Gavin sangat protektif.
Hazel dan Gavin turun dari pesawat dan langsung dijemput oleh sopir yang disewa Gavin di Miami. Gavin meminta sang sopir untuk langsung menuju ke hotel tempat mereka menginap. Hazel memandang ke luar jendela mobil saat perjalanan menuju hotel. Dia merasa takjub dengan keadaan kota Miami yang belum pernah dia datangi sebelumnya.
"Apa kamu baru pernah ke sini, Beb?" tanya Gavin melihay gelagat Hazel yang antusias.
"Iya, Beb. Aku nggak pernah ke mana-mana selama ini," jawab Hazel sambil terkekeh geli.
"Kalau gitu, mulai sekarang aku akan ajak kamu jalan-jalan satu minggu sekali," ucap Gavin dengan serius.
"Nggak perlu, Beb. Sesekali aja nggak pa-pa. Aku nggak mau ganggu kerjaan kamu dan juga keluarga kamu." Hazel tersenyum cuek dan memandang ke luar jendela mobil lagi. Gavin merasa sedikit tercubit dengan kata-kata Hazel.
"Kamu nggak usah pikirin itu, yang terpenting adalah kamu selalu siap jika aku butuh kamu." Gavin menarik dagu Hazel lalu mencium bibirnya dengan menuntut. Hazel membalas ciuman dari Gavin. Mereka berdua tidak peduli dengan sopir di kursi depan.
Sampai di hotel, Gavin segera mengajak Hazel ke lantai sepuluh di mana kamarnya berada. Gavin merangkul pinggang Hazel dengan posesif. Setiap orang yang melihatnya akan mengira bahwa mereka adalah seorang ayah dan anaknya. Hazel merasa lucu jika memikirkan hal itu.
"Apa kamu berpikir kita seperti ayah dan anak?" tanya Gavin saat sampai di dalam kamar mereka.
"Semua orang yang melihat akan berpikiran seperti itu, Beb," ucap Hazel dengan menahan tawanya.
"Kamu memang anak nakal, Sayang. Aku akan berubah menjadi lebih muda untuk kamu." Gavin berkata dengan begitu serius, karena dia ingin menyenangkan Hazel.
"Nggak perlu, Beb. Sekarang aja kamu masih terlihat muda kok." Hazel bicara jujur dengan melihat ke arah Gavin.
"Muda gimana, kamu memanggil aku tua bangka. Apa kamu lupa?" Gavin merasa gemas dengan Hazel. Dia memeluk Hazel dan menggendongnya menuju kamar.
"Aku lagi mabuk waktu itu, Beb. Aku nggak sadar." Hazel mencoba membela diri.
"Aku akan menghukum kamu." Gavin melepas baju atasannya dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang terawat.
Hazel menatap Gavin tanpa berkedip dan menggigit bibirnya karena merasa terpesona dengan tubuh Gavin dan ketampanan wajahnya. Gavin tersenyum seringai dan beranjak naik ke atas tubuh Hazel. Tiba-tiba ponsel Gavin berbunyi dan menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Ada apa?" tanya Gavin dengan suara lembut saat telepon tersambung. Hazel mendengarkan dengan seksama.
"Tunggu Daddy pulang dan kita akan ke dokter sama-sama. Nanti biar Daddy telepon dokter untuk memeriksa Mami." Gavim berkata dengan serius. Hazel mencoba bangun dan beranjak ke balkon kamarnya.
Hazel menikmati pemandangan dari atas balkon hotelnya dan mencoba menghirup udara Miami. Hazel tidak ingin tahu tentang keadaan rumah tangga Gavin dan dia juga tidak akan ikut campur. Hazel mencoba membuang perasaan bersalahnya karena dia sudah menyerahkan dirinya pada Gavin. Hazel tersenyum pahit mendapati hidupnya yang sangat buruk itu.
"Kenapa menyingkir?" tanya Gavin sambil memeluk Hazel dari belakang.
"Bukan urusan aku," jawab Hazel singkat.
"Apa kamu marah?" Gavin menarik tubuh Hazel untuk melihat ke arahnya.
"Buat apa aku marah. Itu urusan kamu, Beb. Aku nggak mau ikut campur," ucap Hazel dengan cuek.
"Tapi kamu kelihatan kesal, Beb. Apa aku harus cium kamu supaya kamu nggak kesal lagi?" Gavin tersenyum seringai.
"Itu mau kamu, Beb." Hazel memukul pelan bahu Gavin. "Aku mau jalan-jalan aja." Hazel masuk ke kamar dan bersiap-siap mengambil tasnya.
"Mau ke mana?" tanya Gavin berkacak pinggang di belakang Hazel. Dia masih belum memakai pakaiannya.
"Ajak aku jalan-jalan," pinta Hazel dengan manja.
"Cium aku dulu, nanti aku akan turuti kemauan kamu." Gavin mencari kesempatan.
Hazel mendekati Gavin, lalu mencium bibirnya sekilas. Gavin menahan tengkuk Hazel dan menciumnya dengan lembut. Hazel melingkarkan kedua tangannya di leher Gavin. Tangan Gavin menjelajah ke dalam pakaian Hazel dan mengusap perut rata milik Hazel.
"Aku mau jalan-jalan," rengek Hazel setelah Gavin melepaskan ciumannya karena Hazel mendorongnya pelan.
"Tanggung, Sayang. Aku mau ciumin kamu dulu." Gavin hendak mencium Hazel, tetapi ditahan oleh tangan Hazel.
"Mau jalan-jalan." Hazel terus merengek dengan manjanya. Gavin akhirnya mengalah dan menuruti kemauan Hazel.
"Setelah ini aku mau kamu yang nurutin apa yang aku inginkan." Gavin berbicara dengan tegas.
"Aku akan pasrah, Beby." Hazel berkata di samping telinga Gavin dengan menggoda. Hazel mencium pipi Gavin. "Thank you, Beby."
Gavin tersenyum dengan semua tingkah laku Hazel padanya. Pertama kalo melihat Hazel, Gavin tahu jika dibalik ekspresi wajahnya yang cuek dan arogan, ada sisi manja di dalam diri Hazel. Dia sudah melihatnya hari ini. Hazel berubah menjadi sangat manja setelah mereka menandatangani surat perjanjian.
"Ayo berangkat, Beb. Aku ingin menghabiskan uang kamu." Hazel bergelayut manja di lengan Gavin.
"Aku akan berikan kartu buat kamu." Gavin menelepon seseorang untuk membuatkan kartu unlimited untuk Hazel.
"Makasih, Beb. Aku nggak akan segan-segan menghabiskan uang kamu." Hazel mengerlingkan matanya di depan Gavin. Dengan cepat Gavin mencium bibir Hazel dan menggigitnya.
"Kamu bikin aku mabuk sama bibir kamu, Beb. Ayo kita jalan sekarang. Aku tidak akan tahan jika terus di dalam kamar." Gavin mengambil kaos berkerah untuk dipakainya berjalan-jalan dengan Hazel.
Hazel dan Gavin berjalan keluar hotel dan menuju jalanan Miami yang tidak begitu ramai. Hazel memilih berjalan kaki karena dia ingin menikmati suasana di sana. Hazel membawa Gavin untuk masuk ke berbagai toko yang berjejer di sekitar jalan hotel.
"Gavin?" Suara seorang perempuan menyapa Gavin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments