Gavin pergi ke Bar tersebut karena ajakan temannya. Ada acara kecil-kecilan yang diadakan oleh temannya yang baru saja mendapatkan proyek besar yang akan dikerjakan oleh perusahaan temannya itu. Gavin hanya ingin datang sebentar untuk sekedar menghargai undangan dari temannya itu. Tetapi saat dia melihat Hazel ada di sana, Gavin merasa akan lebih lama berada di sana.
"Hai Cantik, kita ketemu lagi," ucap Gavin tepat di samping telinga Hazel.
"Hari ini mungkin hari keberuntungan saya karena bisa terus bertemu dengan kamu meskipun kamu menolak saya tadi pagi." Gavin tersenyum mencibir Hazel.
"Silahkan minumannya, saya hanya bertugas mengantarkan saja." Hazel ingin segera keluar dari ruangan tersebut namun tangan Gavin mencengkeram tangannya.
"Maaf saya hanya waitress di sini. Kalau Anda memerlukan wanita, saya bisa memanggilkan untuk Anda dan Anda bisa memilihnya." Hazel berusaha tenang dan tetap sopan pada Gavin.
"Apa kamu menginginkan waitress itu, Gavin?" tanya salah satu temannya yang sedang dilayani oleh seorang perempuan muda.
"Ya, aku hanya menginginkan waitress ini. Apa kamu bisa memintanya pada pemilik Bar ini?" Gavin berkata pada temannya sambil terus memandangi wajah Hazel.
"Lepaskan saya, Tuan. Saya hanya seorang waitress di sini. Banyak perempuan cantik di sini yang akan dengan senang hati melayani Anda," ucap Hazel dengan sedikit gugup. Dia mulai kehilangan keberaniannya karena tatapan Gavin.
"Saya hanya menginginkan kamu, Cantik." Gavin tersenyum seringai sambil mengusap lembut dagu Hazel.
Terbesit keinginan kecil untuk mengikuti saran dari Mia supaya dia tidak susah payah bekerja lagi di Bar tersebut dan menjadi bahan godaan oleh para pria hidung belang, tetapi Hazel masih tidak ingin terikat dan dia juga masih mampu menjalani kehidupannya itu. Tanpa sadar Hazel tengah melamun di depan Gavin dan membuat Gavin tersenyum penuh arti.
"Apa kamu sedang memikirkan tawaran saya tadi pagi?" Suara Gavin membuat Hazel tersadar dan dihadapkan oleh kenyataan bahwa dia sedang disandera oleh pria gila yang dia temui tadi pagi.
"Tidak, terima kasih. Bisa tolong lepaskan saya," pinta Hazel masih dengan nada sopan.
"Saya bisa membuat kamu dipecat dari tempat ini sekarang juga. Jadi, jangan membantah apa yang saya inginkan." Perkataan Gavin membuat Hazel merasa sedikit takut. Orang kaya dan berkuasa seperti Gavin bisa berbuat apa saja sesuka hatinya.
"Kamu membuat perempuan cantik itu takut, Gavin. Kalau ingin memilikinya, kamu harus bersikap lembut padanya. Bukan seperti itu caranya." Teman Gavin yang lain memberi nasihat padanya sambil terkekeh geli.
"Aku bukan tipe pria yang lembut, Max. Kau tahu sendiri bagaimana aku." Gavin menimpali perkataan temannya yang bernama Max itu.
"Tuan, biarkan saya pergi. Saya masih harus bekerja. Saya takut Bos saya marah." Hazel terus mencoba melepaskan diri dari Gavin dengan berbagai alasan.
"Bagaimana, Jim? Kamu sudah menghubungi pemilik Bar untuk membuat perempuan ini melayani aku sekarang?" Gavin bertanya pada Jimmy yang diperintahnya untuk menanyakan pada pemilik Bar tersebut mengenai Hazel.
"Sebentar lagi pemiliknya datang ke sini, Vin. Tunggu saja," ucap Jimmy dengan tersenyum miring.
Hazel menggengam erat tangannya sendiri karena merasa sedikit takut. Dia bukan takut dengan orang-orang yang berada di sana, namun dia takut dengan pemilik Bar tersebut. Jika sang pemilik memecatnya hanya karena dia tidak mau melayani orang itu, bagaimana nasib Hazel. Dia masih butuh pekerjaannya untuk membayar kuliahnya dan makan sehari-hari.
"Apa yang kamu pikirkan, Cantik? Jangan takut dipecat dari sini, karena aku akan menghidupi kamu lebih dari kehidupan kamu dari tempat ini." Gavin terus memprovokasi Hazel untuk menerima tawaran dari dirinya.
Hazel terus memikirkan kata-kata Gavin dan sedikit memiliki kekuatan untuk menghadapi sang pemilik Bar. Hazel terdiam di hadapan Gavin sambil menundukkan kepalanya. Gavin menarik lembut dagu Hazel dan melihat mata Hazel yang berwarna sesuai dengan namanya. Gavin seketika terpesona dan hilang akal sehatnya. Gavin mencium bibir Hazel dengan cepat, tetapi masih terasa lembut.
"Astaga, Gavin. Kamu seperti anak muda yang tidak bisa menahan hasratmu. Perempuan cantik itu pasti akan takut padamu." Jimmy terkekeh melihat kelakuan temannya yang begitu menginginkan Hazel.
"Maafkan aku, Cantik. Kamu begitu menggoda. Aku mohon jadilah milikku dan aku akan mengikuti semua yang kamu mau." Gavin seakan putus asa dengan permohonannya pada Hazel. Tidak ada jawaban dari Hazel karena dia masih terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh Gavin padanya.
Pemilik Bar datang dan masuk ke dalam ruangan tempat Gavin berada. Jimmy langsung meminta pemilik Bar untuk mengijinkan Hazel menemani mereka di sana. Awalnya pemilik Bar menolak permintaan Jimmy karena Hazel bukan seorang perempuan penghibur. Hazel di sana hanya seorang waitress dan tidak pernah sekali pun pemilik Bar mempermasalahkannya. Pemilik Bar memperkerjakan semuanya dengan baik dan sesuai pekerjaan anak buahnya masing-masing.
"Jangan sampai teman saya marah, Bos. Karena kalau dia marah, mungkin dia akan membeli tempat ini beserta semua isinya." Jimmy mencoba menakuti pemilik Bar.
"Maaf, Tuan. Saya hanya tidak ingin pekerja saya merasa tidak nyaman. Lynn hanya seorang waitress. Jika Tuan menginginkan seorang penghibur, saya akan siapkan yang terbaik dari tempat ini." Sang pemilik Bar masih memberikan pilihan untuk Jimmy dan yang lain.
"Ayolah, Cantik. Jangan sampai aku berbuat lebih daripada ini. Aku sudah memohon padamu dan kamu masih saja menolak. Apa aku harus menghancurkan tempat ini supaya kamu tidak mempunyai tempat lagi untuk bekerja?" Gavin tersenyum menyeringai.
"Lynn, saya mohon padamu pikirkan yang lain. Sekali saja tolong saya dan tempat ini." Sang pemilik Bar ikut memohon pada Hazel. Dia akan membiarkan Hazel menemani orang-orang itu jika Hazel sendiri menghendaki.
Hazel memikirkan bagaimana tempat itu membuat dirinya mempunyai penghasilan meskipun dia harus bekerja malam hari sampai pagi menjelang. Hazel melihat ke sekelilingnya dan berhenti di tempat sang pemilik Bar berdiri kaku. Hazel akhirnya menatap ke arah Gavin dan tanpa takut dia menatap ke dalam matanya dan sedikit menantangnya. Hazel mengangguk setuju atas permintaan Gavin. Sang pemilik Bar menghela nafas dengan lega.
"Terima kasih, Lynn. Saya permisi Tuan-tuan." Pemilik Bar itu segera keluar ruangan VVIP yang ditempati Gavin dan teman-temannya. Hazel menutup matanya sejenak dan merutuki keputusannya sendiri.
"Makasih, Cantik. Kamu udah memutuskan yang terbaik," ucap Gavin sambil mengusap lembut pipi Hazel.
"Saya hanya tidak ingin Anda berbuat yang buruk pada tempat ini dan teman-teman saya." Hazel berkata dengan nada rendah.
"Kamu begitu cantik jika sedang kesal seperti ini." Gavin menarik dagu Hazel dan menatapnya intens.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
💖Yanti Amira 💖
ayo Gavin gass 🤭🤭
2023-05-12
0
🌸Santi Suki🌸
Wah, si Gavin perayu ulung 😅
2023-03-23
2