Kemarahan Gavin

Setelah Gavin pergi, Hazel bangun dari tidurnya dan masuk ke kamar mandi. Dia mencoba berendam untuk membuat tubuh dan pikirannya rileks. Hazel terus memikirkan apa yang dirasakannya pada Gavin. Hazel tidak ingin serakah, tetapi perasaannya tidak bisa berbohong. Hazel merendam seluruh tubuhnya di bathtub sampai tidak terlihat. Dia ingin menyegarkan otaknya yang mulai panas.

Ponsel Hazel berbunyi saat dirinya telah selesai berendam dan beranjak keluar kamar mandi. Hazel melihat ada panggilan dari Aiden. Hazel duduk di tepi ranjang sebelum mengenakan bajunya. Hazel menerima telepon dari Aiden sambil mengeringkan rambutnya yang basah.

"Hei, ada apa Kak?" Hazel bertanya dengan suka hati.

"Aku sama yang lain mau ke Bar. Mau ikut nggak? Acara ulang tahun aku." Aiden mengajak Hazel pergi ke Bar. "Mia udah aku ajak, tapi dia lagi di rumah sakit. Katanya nanti nyusul."

"Gimana ya Kak? Bentar aku mikir dulu," ucap Hazel sambil berpikir untuk menolak atau menerima tawaran Aiden. Sebenarnya itu waktu yang tepat untuk Hazel melupakan kekesalannya pada Gavin. Namun, dia tidak ingin Gavin marah karena Hazel pergi ke Bar sendiri.

"Kamu sekarang nggak kerja, 'kan? Kata Mia kamu udah nggak pernah kerja lagi." Aiden terus memojokkan Hazel untuk menerima tawarannya.

"Ya udah, Kak. Aku siap-siap dulu. Kita ketemu di tempat aja ya, Kak. Aku berangkat pakai taksi online." Hazel tidak ingin Aiden tahu bahwa sekarang dia tinggal di apartemen mewah.

"Oke, Bar tempat biasa ya, El." Aiden menutup teleponnya dan Hazel bersiap-siap memakai baju yang nyaman untuk ke Bar.

Hazel sudah bersiap dengan dress hitam mini yang melekat pas di tubuhnya. Hazel menggunakan make up tipis dan rambutnya yang panjang dia ikat ekor kuda. Hazel sedang memesan taksi online saat ponselnya berdering. Gavin meneleponnya beberapa kali dan Hazel tidak mengetahuinya.

"Kenapa, Beb?" tanya Hazel sambil berkaca diri.

"Kamu ke mana aja? Kenapa baru diangkat telepon dari aku?" Gavin sudah sedikit kesal karena panggilannya diabaikan Hazel.

"Sorry, Beb. Aku tadi habis mandi dan siap-siap. Aku mau ijin pergi ke Bar sama Kak Aiden dan Mia. Boleh ya?" Hazel sangat berharap Gavin mau memberikan izinnya. Jika tidak, Hazel akan tetap pergi ke Bar meskipun tanpa izin dari Gavin.

"Siapa aja?" tanya Gavin dengan nada dingin.

"Teman-teman Kak Aiden, karena hari ini ulang tahun dia. Aku sama Mia diundang karena memang kita lumayan dekat." Hazel menjelaskan semuanya tanpa ditutupi. Gavin tidak begitu kesal karena Mia juga sudah meminta izin padanya. Gavin diminta ke rumah sakit karena Mia mau pergi ke Bar bersama teman-temannya.

"Baiklah, tunggu sopir datang jemput kamu. Jangan pakai taksi online. Nanti biar sopirnya nunggu kamu sampai pulang." Gavin berbicara dengan tenang. Hazel sedikit bingung, tetapi dia tersenyum senang karena diizinkan oleh Gavin.

"Makasih, Beb, mmuuuaahhh." Hazel memberikan kecupan melalui ponselnya. Gavin menutup sambungan panggilannya dan sedikit khawatir.

"Ada apa?" tanya Lily yang melihat raut wajah cemas pada diri Gavin.

"Tidak ada apa-apa. Kamu istirahat saja. Kata dokter, perkembangan kamu bagus. Beberapa hari lagi bisa pulang ke rumah." Gavin tersenyum saat mengatakan semua itu.

"Kalau kamu ada kesibukan, aku bisa minta suster untuk nungguin aku. Kamu sibuk aja dulu. Mia juga butuh hiburan, kasihan dia." Lily merasa bersalah pada anak satu-satunya.

"Tidak apa, aku akan temani kamu di sini." Gavin duduk di samping ranjang Lily. Dia menggenggam tangan Lily dan tersenyum. Sebenarnya dia juga sedang gelisah.

Hazel sampai di Bar tempat yang dia tuju menggunakan sopir yang dikirim oleh Gavin. Bar yang sama, tempat dia bekerja dulu. Sopir tersebut menunggu Hazel di depan Bar sesuai perintah Gavin. Hazel masuk ke dalam Bar tersebut dan menjadi pusat perhatian. Dia mengedarkan pandangan untuk mencari Aiden dan teman-temannya.

"Hazel," panggil Aiden sambil melambaikan tangannya. Hazel tersenyum dan menghampiri Aiden. Hazel sempat melihat ke arah meja Bar tempat Jack bekerja. Jack masih belum melihatnya.

"Selamat ulang tahun, Kak." Hazel memeluk Aiden dan mencium pipinya. Hazel selalu merasa terlindungi jika bersama Aiden. Meskipun jarang bertemu, tetapi mereka lumayan dekat.

"Thank's udah datang, El. Mia lagi di jalan katanya." Aiden memberitahu Hazel tentang Mia. Aiden tidak ingin Hazel merasa tidak nyaman karena tidak ada Mia di sampingnya.

"Iya, tadi sempat telepon juga sama aku, Kak." Hazel duduk di samping Aiden dan disuguhkan minuman oleh Aiden.

Hazel melihat ke sekeliling Bar dan dia seperti bernostalgia di sana. Bedanya, dulu dia sebagai waitress di sana, sedangkan sekarang dia datang sebagai tamu. Hazel meminta izin pada Aiden untuk menemui Jack. Hazel menghampiri meja Bar dan menyapa Jack yang sedang sibuk membuat minuman.

"Hai, Jack. Apa kabar?" Hazel bertanya sambil tersenyum manis.

"Lynn, apa kabar? Kapan sampai di sini? Sama siapa?" Jack bertanya bertubi-tubi karena merasa senang melihat teman lama.

"Aku yang tanya terlebih dahulu, kenapa kamu ikut bertanya." Hazel terkekeh geli. "Aku baru aja sampai. Sama teman dari kampus."

"Sekarang kamu kelihatan beda, Lynn. Apa ada hal bagus yang terjadi?" Jack melihat Hazel dari atas sampai bawah.

"Sesuatu yang bagus terjadi padaku. Tapi mungkin tidak perlu dijelaskan," ucap Hazel sambil tersenyum manis.

"Hazel!" teriak Mia memanggil Hazel dari kejauhan. Hazel menengok dan tersenyum pada Mia.

"Akhirnya kamu datang juga." Hazel memeluk Mia sekilas.

"Kamu kenapa di sini? Mana Kak Aiden?" Mia melihat ke arah Jack dan sedikit terpesona. Meskipun seorang bartender, Jack adalah bartender tertampan yang pernah Mia lihat.

"Kenalin Jack, ini Mia sahabat aku. Mia, ini Jack partner kerjaku dulu. Ini Bar tempat aku bekerja dulu, Mi." Hazel memberitahu Mia tentang Bar tersebut.

"Apa benar? Aku baru tahu, Beb." Mia tersenyum kaku karena sedikit malu. Sebagai sahabat, dia tidak mengetahui di mana tepatnya sahabatnya bekerja. Hanya tahu di sebuah Bar saja.

"Hai, Mia," sapa Jack sambil menampilkan senyuman terbaiknya. Mia benar-benar terpesona saat ini.

"Jangan terpesona, dia playboy," bisik Hazel sambil terkekeh geli.

"Aku permisi dulu, Jack." Hazel menarik tangan Mia yang masih saja terpaku dengan senyuman Jack.

Hazel dan Mia berkumpul dengan Aiden dan yang lain. Mereka minum sampai setengah mabuk lalu menari di lantai disko sambil menikmati musiknya. Hazel merasakan tubuhnya melayang akibat alkohol yang diminumnya. Ponsel Hazel bergetar dan dengan sedikit susah payah akhirnya Hazel bisa menerima panggilan dari Gavin.

"Hai, Beby. Ada apa?" Hazel menerima telepon Gavin dengan kelakuan mabuknya.

"Pulang sekarang juga!"

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!