Gavin mengangkat tubuh Hazel untuk duduk di pangkuannya dan dia memeluknya dengan lembut. Hazel merasakan tubuhnya sedikit bergetar seperti tersengat listrik. Dia memang belum pernah merasakan yang namanya berpacaran. Karena hidup Hazel sudah susah semenjak dia ditinggal pergi oleh semua anggota keluarganya. Orang tuanya meninggal dan saudaranya sama sekali tidak pernah memikirkan Hazel.
"Tolong jangan sentuh saya dan lakukan hal buruk pada saya, Tuan. Saya di sini hanya menemani Anda, sesuai permintaan Anda." Hazel mencoba membuat jarak di antara dia dan Gavin.
"Aku tidak akan menyentuh kamu kalau kamu tidak mengijinkan. Kamu tenang aja," bisik Gavin di telinga Hazel.
"Gimana, Vin? Apa kamu sekarang senang? Tadi saat aku ajak kamu ke sini, kamu menolaknya sampai aku harus menohon padamu. Sekarang sepertinya kamu yang paling senang dan menikmati." Max mengejek Gavin dengan celotehannya sambil tersenyum lebar. Gavin tidak menghiraukan ucapan Max dan hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
"Kamu harus mempertimbangkan permintaanku, Cantik. Karena sekarang, aku akan kecanduan dengan bibir kamu ini." Gavin mengusap lembut bibir Hazel dan perlahan Hazel menggigitnya untuk membuat dirinya kuat. Gavin melihat Hazel melakukan hal itu dan merasa terpancing.
"Jangan gigit bibir kamu atau aku akan mencium kamu lagi." Gavin mengatakan hal itu dengan tegas dan dingin. Hazel langsung menutup mulutnya dengan spontan. Gavin tersenyum menyeringai.
Gavin dan teman-temannya masih bertahan sampai lewat tengah malam. Meskipun Gavin sudah banyak minum alkohol, tetapi dia masih bisa fokus dan sadar. Dua teman Gavin sudah setengah sadar dan sedang bermesraan dengan perempuan yang dibayarnya. Hazel sesekali melihat ke sekelilingnya dan menutup mata untuk menepis semua yang dilihatnya.
"Apa kamu mau minum, Cantik?" tanya Gavin sambil menempatkan gelas yang ada di tangannya ke depan bibir Hazel. Sedari tadi Hazel hanya melayani Gavin menuangkan minuman dan menyuapkan cemilan ke dalam mulutnya. Hazel masih dalam posisi duduk di pangkuan Gavin.
"Tidak Tuan, terima kasih. Saya harus pulang dalam keadaan sadar supaya bisa sampai rumah dengan selamat." Hazel mengatakan itu dengan menampilkan senyumannya. Gavin terpana mendengar jawaban Hazel.
"Mulai sekarang kamu akan jadi tanggung jawabku. Minumlah sedikit untuk menemani aku, Cantik." Gavin mendekatkan lagi gelas minumannya ke bibir Hazel. Dengan sedikit terpaksa, Hazel meminum minuman di tangan Gavin. Dia memejamkan matanya sesaat, menikmati kerasnya minuman yang masuk ke tenggorokannya. Hazel memang sesekali menikmati minuman beralkohol, tetapi kadarnya tidak sebesar yang dia minum sekarang. Hazel merasakan kepalanya sedikit berputar.
"Apa yang kamu kasih ke aku, Tua Bangka. Kenapa rasanya begitu panas? Aku butuh es batu," racau Hazel di depan Gavin dengan begitu berani. Max dan Jimmy yang mendengar Hazel menyebut Gavin tua bangka, menjadi tertawa terbahak karenanya.
"Kamu disebut tua bangka, Vin. Tapi memang kamu sudah terlihat tua," ujar Max yang memang selalu suka menggoda Gavin.
"Sialan kamu, Max. Aku nggak akan terlihat tua kalau ada yang mengurusku." Gavin mengatakan kenyataan tentang dirinya sendiri.
"Mohonlah sekali lagi pada anak itu. Siapa tahu dia mau mengurusmu," ucap Jimmy menimpali.
"Aku yakin dia akan segera menjadi milikku. Aku akan terus menanyakan itu padanya. Baru dikasih minuman seperti ini saja sudah mabuk." Gavin terkekeh geli.
"Kamu nggak sadar telah memberikan dia minuman dengan kadar alkohol besar? Mungkin dia pernah minum, tapi dengan kadar yang kecil, Gavin. Kamu telah merusak perempuan cantik itu." Max terus tertawa melihat kelakuan Gavin.
"Berisik kalian semua! Saya sudah menemani kalian di sini sampai hampir waktu kerja saya selesai. Saya akan meminta bayaran yang mahal. Hei Tuan, bayar saya dengan uangmu yang banyak." Hazel terus berucap dengan tidak sadar. Ucapannya terus membuat Gavin merasa terpancing.
"Kamu mau minta berapa, Cantik?" Gavin memancing Hazel untuk meminta uang padanya dan dia akan menunjukkan jika dia bisa memberikan apa yang dia minta.
"Sepuluh juta ... tunggu dulu, seratus juta?" ucap Hazel sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
"Aku akan kasih kamu tiga ratus juta asal kamu mau menemaniku tidur setelah pulang dari sini." Gavin menyeringai.
"Kenapa kamu jadi ngelunjak begitu, Tua Bangka? Aku sudah menemani kamu di sini dan kamu minta aku tidur denganmu? Apa aku benar-benar terjebak di dalam perangkapmu?" Hazel terus berceloteh di depan Gavin dan membuatnya semakin menginginkannya.
"Aku harus bagaimana dengan anak ini, Max?" tanya Gavin pada temannya.
"Langsung bawa aja ke kamar, Vin. Mereka harus ditaklukan." Max tersenyum lebar.
"Jangan, Vin. Kamu tidak akan pernah melakukan hal itu pada perempuan yang tidak sadarkan diri. Dia sudah tidak sadar, Vin." Jimmy, teman Gavin yang lebih waras, menasehati Gavin.
"Kamu benar, Jim. Aku harus mengantarnya pulang, tapi aku nggak tahu di mana rumahnya." Gavin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nah apa aku bilang, bawa aja ke kamar, Vin." Max terus menghasut Gavin sambil tertawa.
"Panas, Tuan, pusing. Aku ingin pulang dan tidur," racau Hazel dan berhasil membuat Gavin tersadar. Gavin mencium bibir Hazel sekali lagi dan secara tak sadar Hazel membalas ciuman dari Gavin. Tubuhnya secara tak sadar mengikuti nalurinya.
"Kamu nakal sekali, Beby." Gavin mengusap lembut bibir Hazel yang telah diciumnya. Hazel terkekeh mendengar ucapan Gavin. Hazel sudah tidak sadar dengan apa yang telah dia lakukan karena di bawah pengaruh alkohol.
Gavin membawa Hazel ke apartemen yang telah disiapkannya untuk seseorang yang mau menjadi pasangannya. Gavin bukan laki-laki biasa dan dia harus bisa menyembunyikan segala urusan pribadinya dengan baik. Gavin tidak ingin apa yang dilakukannya diketahui oleh publik. Terkadang dia ingin menjadi orang biasa yang bisa melakukan apa saja tanpa adanya orang yang menilai.
Hazel sudah sepenuhnya tak sadarkan diri saat dia sampai di kamar yang disediakan Gavin. Dengan sedikit usaha, Gavin mengganti baju Hazel dengan menahan sesuatu di dalam dirinya. Tubuh Hazel yang begitu indah dan bagus, membuat Gavin menelan salivanya dengan susah payah. Gavin mengganti pakaian Hazel dengan gaun tidur yang telah disiapkan oleh orang kepercayaannya. Hazel sama sekali tidak bergerak. Dia benar-benar sudah tidak berdaya.
"Kalau aku melakukannya saat ini, mungkin aku akan mendapatkannya. Namun, aku bukan laki-laki seperti itu," ucap Gavin sambil tersenyum miring melihat tubuh indah di depannya.
"Berisik kau Tua Bangka, aku mau tidur." Hazel masih saja bisa meracau di dalam tidurnya.
"Aku harus bagaimana sama kamu, Kucing liar?" Gavin keluar ke balkon untuk menelepon seseorang.
"Aku malam ini tidak pulang, menginap di tempat Jimmy," ucap Gavin saat teleponnya tersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
💖Yanti Amira 💖
makanya Gavin kamu harus menaklukkan nya supaya bisa memiliki nya
ayo Gavin semangat y
2023-05-13
1