Aku Jadi Yang Kedua

Aku Jadi Yang Kedua

Satu

Zia mengayuh sepedanya menuju sekolah, dengan Maryam di boncengannya. Sesekali melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh pagi, itu berarti sepuluh menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.

Ini hari kedua putri kecilnya itu bersekolah TK, tidak ada drama atau tangisan seperti anak kecil yang baru pertama sekolah, karena Maryam sangat suka bersekolah.

"Umma, kok cepet banget kayuh sepedanya, nanti capek loh," ujar Maryam.

"Biar cepat sampai nak, nanti kalau ga cepat, Maryam bisa telat masuk sekolahnya," sahut Zia. Dan Maryam hanya manggut-manggut mengerti.

Akhirnya mereka sampai juga di sekolah Maryam. Maryam bersekolah di TK plus yang selain diajarkan pelajaran umum juga diajarkan pelajaran Diniyah seperti akidah akhlak, fikih ibadah, membaca iqro, dan hafalan Alquran. Memang SPPnya lumayan, namun akan Zia perjuangkan agar Maryam bisa mendapatkan pendidikan agama sejak dini. Bagaimanapun juga menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap muslim.

"Maryam masuk dulu Umma," pamit Maryam. Zia mengambil uang dua ribuan dari dompet kecilnya dan memasukkan ke dalam saku gamis Maryam.

"Ini uang sakunya, jangan beli es ya sayang, kan sudah bawa air minum," pesan Zia.

"Iya Umma," Maryam lalu mencium punggung tangan Zia.

"Assalamualaikum," pamitnya.

"Waalaikumussalam," sahut Zia. Setelah melihat Maryam masuk ke dalam kelas, Zia duduk di dekat tempat parkir menyapa teman-temannya. Zia memiliki banyak teman di sana karena di sana tidak hanya ada sekolah TK, namun juga ada SD plus, dan Masjid besar tempat dia mengaji.

"Mba Zia, ini aku mau motongin gamis, baru beli tapi kepanjangan nih, tolong dipotong jadi panjangnya 135cm ya," ucap Ummu Kahfi seraya menyerahkan plastik kresek berisi gamis itu.

"Oke, siap Umm, kalau sudah in syaa Allah saya kabari," ucap Zia.

"Saya juga Mba Zia, ini cadarnya diubah aja bisa? Jadi cadar karet gitu," kata Ummu Fathir.

"Mba, Zia bikinin sprei ya, yang ukuran nomor satu, bahan katun Jepang ya, warna biru, motif kainnya terserah Mba Zia aja, ini uang mukanya," tutur Ummu Wildan.

"Ma syaa Allah Ummahat, iya semuanya saya terima, kalau sudah jadi saya kabarin in syaa Allah, dan kita ketemu lagi di sini ya..." ucap Zia. Begitulah ketika Allah memberikan rezeki melalui teman-teman shalihatnya.

Zia dengan semangat pulang mengayuh sepedanya, yang keranjang depannya penuh pesanan teman-temannya.

Sampai di pertigaan dekat kontrakannya ada kedai ayam goreng yang baru buka sekitar satu pekan lalu, ketika melintas aroma sedap ayam yang digoreng tercium menggoda hidungnya dan mulutnya yang hendak ngiler, namun ia tutup dengan cadar.

"Hmm... Maryam pasti suka ini ayam goreng, semoga Allah mudahkan untuk membelikannya, aamiin," batin Zia penuh harap.

Sampai di kontrakan, ia menjemur baju yang tadi subuh sudah ia cuci, kemudian memasak dan bersih-bersih. Lanjut menjahit pesanan teman. Begitulah kesehariannya setahun ini setelah ditinggal meninggal oleh suaminya karena kecelakaan.

Di sela waktunya sambil menunggu dhuhur, ia sholat Dhuha, sedapat mungkin ia usahakan beribadah dengan baik, karena ia sadar tidak ada lagi pertolongan untuknya kecuali dari Allah semata.

Selepas sholat Dhuha ia kembali menjahit sembari menunggu adzan dhuhur. Baginya begitulah kita hidup, hanya menunggu waktu sholat. Dan setelah sholat dhuhur ia pergi menjemput Maryam di sekolah TK. Maryam pulang sekolah pukul dua belas lebih tiga puluh menit. Di sekolah Maryam sekalian diajari sholat dhuhur dan makan bersama.

Zia menaikkan Maryam di boncengan dan memasang sabuk pengaman. Zia sengaja memasang boncengan dengan sandaran dan sabuk pengaman agar Maryam tidak jatuh sewaktu-waktu karena mengantuk.

"Maryam kita mampir dulu ke toko alat jahit ya," ucap Zia.

"Iya Umma, tapi aku tunggu di luar toko ya," sahut Maryam.

"Boleh, tapi tidak boleh kemana-mana ya, jalannya ramai sayang ga boleh turun ke jalan ya," pesan Zia.

"Baik Umma," sahut Maryam.

"Maryam da daaa..." ucap seorang anak laki-laki kecil teman sekelas Maryam yang pulang terlebih dahulu dijemput ayahnya.

"Da daa..." sahut Maryam sembari melambaikan tangan ke arah anak lelaki itu.

"Itu teman kamu nak? Siapa namanya?" tanya Zia.

"Iya Umma teman sekelas Maryam, namanya mas Sulaiman," sahut Maryam.

"Oh .." Zia hanya ber oh saja, saat ia akan menaiki sepedanya, tetiba Maryam memanggil.

"Umma," panggil Maryam.

"Iya sayang," sahut Zia.

"Aku juga pengen dijemput Abi seperti Sulaiman," cicit gadis kecil itu. Seketika Zia ingin menangis dan berteriak. Hatinya terasa teriris mendengar keinginan putri kecilnya itu. Namun ia menahan semuanya, Zia tidak ingin menampakkan kesedihan di depan Maryam.

"Maryam... Maryam kangen ya sama Abi?" tanya Zia. Maryam mengangguk.

"Kalau kangen doakan Abi ya, baca doa untuk kedua orang tua," ucap Zia.

"Iya Umma," jawab Maryam singkat, ia pun tidak ingin Zia bersedih dengan pertanyaannya. Setelah itu Zia mengayuh sepedanya ke toko jahit.

"Tunggu di sini ya sayang," ucap Najma yang mendudukan Maryam di bangku panjang di depan toko jahit.

"Umma mau belanja banyak?" tanya Maryam.

"Nggak sayang cuma beli kain vislin sama resleting Jepang aja, Maryam tunggu di sini ya,"

Maryam hanya mengangguk. Dengan sabar gadis kecil itu menunggu sang ibu berbelanja, sambil menghirup aroma ayam goreng dari kedai dekat situ.

Sepuluh menit kemudian Zia keluar dari toko..

"Udah yuk pulang," ajak Zia.

"Umma .." panggil Maryam.

"Iya sayang," sahut Zia sebelum naik sepedanya.

"Umma, kalau nanti Umma punya uang, aku boleh minta ayam goreng itu?" tanya Maryam. Zia terdiam sejenak, benar saja Maryam minta ayam goreng, dari sini tercium wangi ayam goreng kedai baru itu.

"Iya sayang, in syaa Allah Umma belikan," jawab Zia. Kemudian mengayuh sepedanya setelah Maryam naik ke boncengan.

Dan dia berhenti di depan kedai ayam goreng itu. Menurunkan Maryam, dan memesan ayam goreng.

"Assalamualaikum, mau pesan apa?" tanya penjual ayam goreng, yang juga bercadar seperti dirinya.

"Waalaikumussalam, sebentar saya lihat-lihat menunya dulu," sahut Zia.

Zia melihat-lihat menu di depannya, dan melihat juga isi dompetnya, ada selembar uang sepuluh ribuan, selembar lima ribuan, dan selembar dua ribuan.

"Yang ini aja Umm, paket nasi, sayap ayam dan es teh,"

Terpopuler

Comments

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

hadir dimari ukhti☝️☝️👍🏻

2023-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!