Malam harinya di kediaman Rayhan dan Alfina...
Keduanya telah bersiap di pembaringan, seperti biasa, Alfina tidur di lengan kiri Rayhan. Mereka mengobrol ke sana kemari. Sampai pada pembicaraan yang serius tentang rumah tangga mereka.
"Mas, beberapa bulan lalu mas minta izin mau nikah lagi, udah ada calonnya?" tanya Alfina.
"Kamu dulu ga nanggapin dengan serius, ya aku ga pengen lagi, takut menyakiti kamu," jawab Rayhan.
"Tapi aku ada calon Mas, buat jadi istri kedua kamu," ucap Alfina.
"Cantik gak?" tanya Rayhan menanggapi pernyataan Alfina dengan candaan.
"Cantik lah, masih muda lagi," sahut Alfina.
"Zaujati... berbohong walaupun hanya bercanda itu tidak boleh sayang," Rayhan masih mengira jika Alfina sedang bercanda.
"Lhoh aku serius lho Mas,"
"Kamu beneran sudah siap? Berbagi suami dengan adik madumu,"
"Siap ga siap Mas, tapi aku merasa tergerak untuk menolongnya, apalagi anaknya masih kecil, butuh teman untuk bicara tentang semuanya, seperti kita saat ini," tutur Alfina.
"Anaknya masih kecil kah? Dia bercerai dengan suaminya?" tanya Rayhan.
"Iya, anaknya baru enam tahun, suaminya meninggal," jawab Alfina. Rayhan terdiam sejenak, ikut tergerak juga hatinya, ingin menyayangi anak yatim itu, namun masih takut akan menyakiti Alfina dan istri keduanya nanti, anak-anaknya bagaimana mereka apakah menerima keputusannya atau tidak.
"Gimana Mas?" tanya Alfina.
"Aku juga ingin menyayangi dan merawat anak itu, tapi anak-anak kita bagaimana? Apa bisa menerima bila nanti mereka punya saudara tiri?" Ucap Rayhan.
"Besok Khadijah liburan pondok, kita bicarakan dengan dia dan adik-adiknya,"
"Kenapa bisa kamu tiba-tiba ingin aku menikah lagi?" tanya Rayhan.
"Mas juga tahu kan poligami bukan tujuan, tapi solusi, dengan menikahi seorang janda, Mas berkesempatan merawat anak yatim, kita juga bisa latihan bersabar, dan semakin menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah milik Allah, jangankan suami, tubuh kita sendiri ini hanya dipinjamkan oleh Allah," tutur Alfina. Rayhan mengecup kening Alfina.
"Ma syaa Allah, bagaimana bisa kamu seperti itu sayang?"
"Allah Yang Maha membolak-balikkan hati manusia Mas, eh hujannya deres banget ya," ucap Alfina yang memandang jendela kaca besar di sisinya.
"Iya sayang, deres banget, semoga semua dalam lindungan Allah," ucap Rayhan juga.
"Eh iya, memang siapa yang mau kamu jadikan adik madumu?" tanya Rayhan.
"Umminya Maryam, temannya Sulaiman," sahut Alfina.
"Hah... yang tadi? Kenapa bisa dia?" tanya Rayhan.
"Ya sudah masuk kriteria aku aja, dan semoga dia mau, soalnya aku juga belum tanya dia,"
"Lha dia belum tentu mau kok sudah ditawarkan ke aku Dek," ucap Rayhan.
"Iya kalau tanya Dek Zia dulu, dek Zia nya mau, eh Mas Rayhan ga mau, udah gitu anak-anak ga mau nerima, kan kasian dianya, makanya itu, aku pengen tanya Mas Rayhan dulu, kalau iya, aku tanya anak-anak, kalau iya, baru deh tanya Dek Zia," tutur Alfina.
"Oh Zia namanya," ucap Rayhan.
"Cie...Uda jatuh cinta Mas dengar namanya," goda Alfina.
"Apaan sih, kamu ini mencintai aku ga sih, kok malah becandain aku kaya gitu,"
"Iya cintalah, cinta karena Allah, kalau ga cinta apa iya jadi empat anak? Hahaha," kekeh Alfina.
"Jadi mau ga nih Mas?" tanya Alfina.
"Aku pikir dulu," jawab Rayhan.
.
.
.
Keesokan harinya seperti biasa, Rayhan dan Alfina berangkat ke ruko bersama Aisyah, Sulaiman, dan Fatimah yang berangkat sekolah juga.
Alfina memeriksa ponselnya dan melihat wa dari grup kelas TK, ternyata ada Zia yang meminta izin untuk Maryam yang tidak masuk sekolah karena rumahnya kebanjiran.
"Subhanallah..." ucap Alfina setelah mengetahui bahwa rumah Zia dan Maryam kebanjiran.
"Kenapa sayang?" tanya Rayhan.
"Rumah Dek Zia kebanjiran, habis antar anak-anak kita ke sana yuk Mas," pinta Alfina.
"Baik," sahut Rayhan. Sebenarnya Rayhan masih enggan untuk bertemu Zia, karena tahu Zia sangat disukai Alfina bahkan mau dijadikan adik madu, takut Rayhan merasakan sesuatu yang belum dibolehkan sebelum adanya ikatan pernikahan. Tapi kembali lagi, ini karena Zia mendapat musibah rumahnya kebanjiran, maka dia setuju untuk mendatangi Zia dan anaknya.
Setelah menurunkan Aisyah dan Sulaiman di sekolah. Rayhan membawa mobilnya menuju perumahan dimana kontrakan Zia berada. Dari jalan raya perumahan mereka tidak bisa masuk lagi karena banyak juga mobil bantuan berdatangan.
"Sepertinya kita harus jalan Dek," ucap Rayhan.
"Iya ga papa," Alfina turun menggendong si bungsu Fatimah yang masih berumur kurang dari tiga tahun.
"Aku saja yang gendong Fatimah Dek, kamu jalan hati-hati jalannya licin," ucap Rayhan yang mengambil Fatimah dari pelukan Alfina.
Di sepanjang jalan, mereka melihat para korban membersihkan rumah mereka dari lumpur sisa banjir semalam. Banjir itu tidak terlalu parah karena air tidak terlalu tinggi dan semalam saja sudah surut, namun cukup membuat rumah kotor. Dan merepotkan untuk membersihkannya.
Di depan rumah Zia terlihat Zia sedang menyemprot lantai teras menggunakan selang air, dan Maryam memegangi bagian belakang gamisnya, mengikuti kemanapun Zia melangkah, dan agak menyulitkan pergerakan Zia.
"Assalamualaikum," sapa Alfina. Zia menoleh ke sumber suara, dan dia terkejut ada Alfina dan suaminya datang.
"Waalaikumussalam, Mba, Mba Al," sahut Zia sampai dia tak bisa berkata-kata.
"Gimana rumah kamu?" tanya Al mendekati Zia, dan Rayhan berdiri agak jauh dari sana menggendong Fatimah.
"Alhamdulillah sudah lumayan bersih, tapi ya masih perlu jemur barang-barang yang basah," sahut Zia.
"Mba Al kok bisa di sini?" tanya Zia.
"Iya, tadi buka chat di grup kelas TK, terus langsung ke sini setelah antar Aisyah dan Sulaiman," jawab Alfina.
"Kamu dan Maryam ga papa?" tanya Alfina. Zia menggeleng namun pecahlah tangisnya setelah ditanya Alfina, Alfina memeluk Zia dan menepuk punggungnya pelan. Terlihat ini semua begitu berat untuk Zia, akan lebih mudah di lalui jika ada lelaki dalam keluarganya. Dan semakin mantap untuk Al menjadikan Zia sebagai adik madunya. Rayhan pun melihatnya dan tergerak hatinya untuk menikahi Zia.
"Umma, makan.. Maryam laper," rengek Maryam yang masih menempel di gamis ibunya.
"Iya, sebentar sayang, Umma mau jemur kasur sama nyuci seragam kamu dulu, biar besok bisa sekolah lagi," sahut Zia membujuk anaknya.
Alfina yang mendengar dan melihat percakapan ibu dan anak itu jadi terenyuh hatinya.
"Maryam lapar?" tanya Alfina. Maryam mengangguk.
"Mau makan sama abinya Sulaiman dan adik Fatimah?" tanya Alfina lagi. Terlihat gadis kecil itu berpikir dan melihat ke arah Rahyan dan Fatimah. Kemudian mengangguk.
"Oke, Dek Zia, biar Maryam makan sama mas Rayhan ya aku bantuin kamu bersih-bersih,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
terbuat dr apa ya hati alfina... maa syaa Alloh
2023-05-01
0
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
mengapa rayhan pengin nikah lg?
apa alfina sbg istri sdh tdk bisa melayaninya???
2023-05-01
0