Satu pekan kemudian...
Alfina menunggu seseorang di depan kedainya yang masih belum ia buka, bolak-balik dia memeriksa ponselnya, melihat apakah pesannya sudah dibaca atau belum.
Rayhan datang setelah mengantar Aisyah dan Sulaiman ke sekolah. Setelah menurunkan Fatimah dari motor, dan memarkirkan motornya, Rayhan menghampiri Alifina.
"Nunggu siapa Al?" tanya Rahyan.
"Dek Zia Mas, kok belum kelihatan ya? Udah jam segini, apa mereka telat ke sekolah, apa gimana ya?" Alfina merasa gelisah.
"Tadi di sekolah lihat Mba Zia ngga? Dia naik sepeda biasanya," tanya Alfina.
"Ga ada Al, seingatku ga ada Ummahat yang antar sekolah naik sepeda," sahut Rayhan.
Alfina terdiam sejenak, ia sebenarnya sudah tak sabar memberikan kabar pada Zia.
"Ayo Mas, kita ke rumahnya aja, aku kok khawatir," ajak Alfina. Rahyan pun menuruti dan membonceng Alfina dan si kecil Fatimah dengan motor yang baru ia parkirkan tadi.
Alfina dan Rayhan ingin buru-buru menemui Zia dan Maryam untuk menadhor Zia sebagai istri Rayhan, iya... kemarin waktu libur dari pondok pesantren Khadijah putri sulung mereka sudah mendengar niatan Alfina dan Rayhan untuk berpoligami, dan si sulung itu menyetujuinya. Khadijah masih berumur sembilan tahun atau satu tahun lebih tua dari Aisyah, namun baik Rayhan maupun Alfina selalu meminta pendapat keempat putra-putri mereka tentang masalah yang besar seperti ini juga.
Rayhan memberhentikan motornya dan Alfina turun dari boncengannya. Ia segera menuju pintu dan mengetuknya.
"Tok...tok....tok...!!"
"Assalamualaikum... Dek Zia..." panggil Alfina.
"Ummi...kenapa ga liat dari kaca jendela itu, orangnya di dalam paling," ucap si kecil Fatimah yang baru berumur tiga tahun itu.
"Ga boleh sayang," ucap Alfina.
"Kenapa?" tanya Fatimah.
"Itu adab bertamu nak, kalau kita ketuk dan ucap salam tiga kali kalau tidak ada jawaban dari yang punya rumah, kita harus pergi nak, tidak boleh mengintip ke dalam rumah," kata Alfina menjelaskan.
"Oh.." Fatimah mengangguk seakan paham.
"Ummi tadi sudah panggil satu kali, kita coba dua kali lagi ya," ucap Alfina.
Alfina pun kembali mengetuk pintu dan mengucap salam serta memanggil Zia juga Maryam, namun lagi-lagi tidak ada jawaban dari dalam.
"Mereka pergi kali," ucap Rayhan yang akhirnya turun dari motor. Sedari tadi duduk di atas jok motor, Rayhan bukannya enggan mendatangi Zia dan Maryam, namun ia harus mengendalikan hatinya agar tidak jatuh di waktu yang belum semestinya, ia ingin mencintai Zia ketika sudah sah menjadi istrinya nanti.
"Iya kali, kita kembali nanti aja Mas," ucap Alfina.
Ketika hendak menaiki motor mereka, datang seorang ibu-ibu nampak pulang dari pasar membawa belanjaannya, parkir di halaman yang sama namun sepertinya penghuni kontrakan sebelah Zia.
"Nyari Mba Zia?" tanya ibu itu.
"Eh iya Bu," sahut Alfina yang segera mendekati ibu itu.
"Tadi subuh manggil taksi, saya tanya katanya mau ke rumah sakit, pucat banget kasian," sahut ibu itu.
"Yang sakit siapa Bu? Dek Zia apa Maryam?" tanya Alfina.
"Mba Zia, kasian ga ada keluarga, tadi saya tawarin buat antar, dianya nolak, saya juga harus kerja pagi ini,"
"Oh iya, di rumah sakit mana Bu katanya?"
"Itu, rumah sakit umum,"
"Oh iya, baiklah, terima kasih Bu," ucap Alfina kemudian mengajak Rayhan ke rumah sakit yang disebutkan ibu tetangga tadi.
Sesampainya di rumah sakit, Alfina dan Rayhan segera menuju IGD, karena kemungkinan masih ada di sana.
"Maaf Suster, mau tanya ada pasien atas nama nyonya Zia?" tanya Rayhan.
"Zia?" perawat itu bertanya-tanya sambil membolak-balik buku register pasien di depannya.
"Risqo Fauziah dua puluh tujuh tahun," ucap Alfina.
"Oh iya ada nyonya Risqo, dua tujuh tahun, perumahan graha asri," ucap perawat berkacamata itu.
"Iya benar sus," ucap Alfina.
"Anda keluarganya?" tanya perawat itu.
"Iya saya kakaknya," ucap Alfina, bukannya sengaja berbohong, namun bila dijelaskan akan rumit.
"Alhamdulillah, ada juga keluarga yang datang, pasien ini dari tadi sendirian dengan putrinya yang masih kecil, kami butuh keluarga untuk menjelaskan keadaannya, dan tanda tangan beberapa dokumen rumah sakit,"
"Jadi, bagaimana keadaannya sus?" tanya Alfina.
"Jadi pasien ini datang dengan keluhan sakit di ulu hati dan perut bagian kiri, tadi sudah diperiksa dokter dan diagnosa dokter menyatakan bahwa nyonya Risqo ini terkena gastritis atau tukak lambung, penyebabnya bisa macam-macam, tidak teratur makan, terlalu stres,"
"Ah, seperti itu," ucap Alfina paham.
"Oh iya, bapak bisa bawa putrinya keluar, dan juga putri nyonya Risqo yang di dalam, di sini banyak penyakit, kasihan kalau lama-lama di dalam bisa tertular,"
"Ah iya, kami lihat pasien sebentar lalu saya ajak putrinya keluar," ucap Rayhan yang sedari tadi menggendong Fatimah.
"Baik, kami antar ke tempat nyonya Risqo," ucap perawat itu menunjukkan jalan dimana Zia dirawat dan Alfina serta Rayhan mengikutinya.
Zia ditempatkan di ruang tertutup sendirian bersama Maryam. Para perawat dan dokter menghargainya yang bercadar agar dirawat oleh tim medis perempuan dan di tempat tertutup agar Zia bisa membuka cadarnya.
Perempuan itu tergolek lemah di pembaringan, memakai selang oksigen di hidungnya, dan selang infus di tangan kirinya. Matanya terpejam, mungkin ia baru bisa tidur setelah nyeri perutnya reda. Di sampingnya duduk seorang gadis kecil memangku tas lusuh. Maryam terkejut melihat kedatangan mereka.
"Ummi Sulaiman," ucapnya. Alfina segera memeluk anak itu.
"Maryam jangan takut ya, ummi Sulaiman di sini, sekarang ikut abinya Sulaiman ya, biar ummi yang jaga Umma," ucap Alfina.
Setelah melihat Zia sekilas, Rayhan menggandeng tangan Maryam keluar dari sana. Hatinya tak karuan rasanya, ingin segera menjadikan Zia sebagai istri keduanya, agar ia bisa membantu dan menolong Zia lebih leluasa.
"Apa perlu rawat inap Sus?" tanya Alfina.
"Kami observasi dulu, tadi sudah disuntik obat dan kita lihat setelah infus habis, jika sudah tidak sakit bisa pulang, namun jika pasien masih kesakitan, dengan terpaksa harus rawat inap,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
semangaat upnya ukhti otor jan kelamaan ntar lupa cerita 💪🏻💪🏻💪🏻🙏🏻🙏🏻
2023-05-12
0