Empat

"Maryam mau makan sama apa?" tanya Rayhan di dalam mobil, dan Maryam duduk bersama Fatimah di bangku penumpang depan, kedua gadis itu terlihat saling menyayangi.

"Apa aja Om," sahut Maryam.

"Soto ayam mau?" tanya Rayhan.

"Soto ayam mau tapi kata Umma setengah porsi saja biasanya, atau semangkuk berdua dengan Umma," jawab Maryam.

"Oke kita ke tempat makan yang jual soto ya, kesukaan Sulaiman ini, semoga kamu juga suka, eh kamu suka adik Fatimah?" tanya Rayhan.

"Em, suka, pengen punya adik, tapi kata Umma ga bisa karena Abi sudah meninggal," sahut Maryam. Kemudian wajahnya berubah sedih. Dan terdengar anak itu terisak.

"Loh kok Maryam nangis, kenapa?" tanya Rayhan.

"Maryam ga punya Abi, pengen punya Abi juga kaya teman-teman, kaya Sulaiman," cicit Maryam.

Rayhan tertegun mendengarnya, anak seusia itu tentu sedang senang-senangnya bermain bersama ayahnya, masih suka dipeluk dan digendong ayahnya sesekali. Rayhan mengusap atas kepala gadis itu.

'Tunggu Nak, sebentar lagi ya, kalau Mba Khadijah, Mba Aisyah, Sulaiman, dan Umma kamu setuju, in syaa Allah Om yang akan jadi Abi kamu,' batin Rayhan.

Sementara di rumah Zia, Alfina membantu Zia mencuci baju yang ada di lemari bagian bawah. Alfina membuka jilbabnya agar leluasa bekerja.

"Kamu ga ada mesin cuci?" tanya Alfina pada Zia.

"Ga ada Mba, di rumah ini cuma ada aku sama Maryam, nyuci pakai tangan aja in syaa Allah masih sanggup," jawab Zia.

'Sabar Dek Zia, in syaa Allah sebentar lagi aku belikan mesin cuci untuk kalian, tapi dengan menyetujui syarat yang aku tentukan,' batin Alfina.

.

.

Setelah selesai sarapan, dan keluar dari kedai soto ayam, Rayhan menggendong Fatimah, satu tangannya lagi membawa plastik berisi nasi soto yang dibungkus. Sedangkan Maryam memegang ujung kurta Rayhan. Mereka bertiga berjalan menuju mobil.

Sebenarnya Rayhan ingin sekali membelikan anak itu mainan, atau hal lain, dan mengajaknya berjalan-jalan di mal atau taman bermain, namun ia urungkan niatnya karena masih belum tahu nanti anak-anaknya menerima rencana pernikahan kedua Rayhan atau tidak. Yang ada nanti malah kecewa di hati Maryam, kalau gadis kecil itu sudah dekat dengan Rayhan namun anak-anaknya tidak setuju juga ibunya Maryam tidak mau dinikahi.

Mereka akhirnya kembali ke rumah kontrakan Zia, karena lokasi sudah lengang, maka mobil Rayhan bisa masuk.

"Kreek..." suara decitan pintu terbuka.

"Umma assalamualaikum..." ucap Maryam seraya masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumussalam," sahut Zia dan Alfina yang ada di dapur. Mereka berdua istirahat setelah selesai mencuci dan menjemur baju.

"Umma dibelikan soto ayam sama abinya Sulaiman, katanya buat dimakan sama ummi Sulaiman juga," kata Maryam.

"Oh iya ma syaa Allah, jazaakillaahu khayran Maryam," ucap Alfina.

"Ucapkan ke abinya Sulaiman ya Umma bilang jazaakallaahu khayran," ucap Zia.

"Iya Umma,"

"Sekarang abinya Sulaiman dimana?" tanya Alfina.

"Duduk sama Fatimah di teras," sahut Maryam.

"Oh... sekarang Maryam main dulu ya sama abinya Sulaiman dan Fatimah," ucap Alfina.

Maryam mengangguk dan kembali ke depan rumah.

"Om, kata Umma jazaakallaahu khayran," ucap Maryam pada Rayhan.

"Waiyyaki," sahut Rayhan. Dan mereka bertiga bermain di teras rumah yang telah bersih itu.

Zia telah selesai menyajikan dua mangkuk soto ayam dan membuat teh hangat untuk Alfina.

"Mba Al, sarapan dulu yuk," ajak Zia.

"Oke," sahut Alfina.

Mereka berdua sarapan di ruang tamu, karena tidak ada meja makan, mereka lesehan di lantai, karena karpetnya juga lagi dijemur kena banjir.

Selesai makan, Alfina pamit pulang.

"Dek Zia aku pamit pulang dulu ya, mau buka kedai," ucap Alfina.

"Iya Mba, makasih banget udah dibantuin beberes sampe nyuci baju segala, ga tau lagi musti ngomong apa, jazaakillaahu khayran pokoknya, sama suami Mba Al juga udah repot-repot antar Maryam sarapan, belikan saya sarapan juga," ucap Zia.

"Ngga repot, kalau butuh bantuan apapun, bilang aja ya, jangan sungkan,"

"Baik Mba Al, in syaa Allah," ucap Zia.

Setelah cipika cipiki, Alfina keluar dari rumah itu, dan Zia ikut mengantarnya ke depan.

"Maryam, kami pergi dulu ya, in syaa Allah kapan-kapan kita main lagi, sama Fatimah, Sulaiman, Mba Aisyah, dan Mba Khadijah," ucap Alfina.

"Wah Sulaiman dan Fatimah banyak saudaranya," cicit Maryam.

"Kamu juga pengen banyak saudara?" tanya Alfina.

"Em," Maryam mengangguk.

"Minta aja sama Allah nak, biar nanti dapat Abi baru dan adik baru," ucap Alfina, yang membuat Rayhan terhenyak.

"Emang bisa minta Abi baru?" tanya Maryam.

"Bisa dong, itu kalau Umma kamu mau, nanti tanya Umma ya," sahut Alfina.

Zia menepuk dahinya, 'apaan sih Mba Al ini, nanti pasti Maryam ngrengek terus minta Abi baru,' batin Zia.

"Udah ya Dek Zia, kami pamit dulu ya, assalamualaikum," pamit Alfina.

"Waalaikumussalam," sahut Zia dan Maryam sembari melambaikan tangan.

Di dalam mobil, Alfina bertanya pada Rayhan, bagaimana tadi sarapannya dengan Maryam.

"Iya, anak itu mandiri, dan sepertinya memang merindukan abinya, entah bisa atau tidak aku menggantikan abinya, tapi aku ingin menyayanginya," ucap Rayhan.

"Jadi mau nih nikah sama Dek Zia?" tanya Alfina.

"Iya, in syaa Allah, dari pada aku nikah lagi sama gadis," sahut Rayhan.

"Baiklah, berarti besok kita bicarakan sama anak-anak," ucap Alfina.

"Oh iya, Mas mau tahu wajahnya Dek Zia?" tanya Alfina.

"Iya pengen tapi nanti aja," sahut Rayhan.

"Aku ada fotonya, tadi kami selfi, tapi sekilas aja ya Mas, aga ga enak juga sama Dek Zia, wajahnya aku perlihatkan ke Mas Rayhan, padahal kita belum nadhor dia," ucap Alfina sambil membuka ponselnya mencari-cari foto yang dimaksud.

"Ini dia, coba lihat Mas, tiga detik aja ya," ucap Alfina.

"Sebentar lah sayang, aku parkir mobilnya dulu," ucap Rayhan, karena mereka telah sampai di kedai ayam goreng mereka.

"Mana?" tanya Rayhan.

"Tiga detik aja ya," ucap Alfina kemudian ia memperlihatkan fotonya bersama Zia di layar ponselnya.

"Satu, dia, tiga," Alfina menghitung detik demi detiknya, kemudian menarik kembali ponselnya.

Rayhan tersenyum lebar.

"Cantik kan??"

"Aku belum lihat, aku cuma lihat muka kamu di sana," ucap Rayhan sambil terkekeh.

"Mas, plis deh... nih sekali lagi," Alfina menunjukkan foto itu lagi.

"Iya sudah," ucap Rayhan.

"Gimana? Cantik kan??"

"Iya, kan perempuan," sahut Rayhan datar.

"Mas ... plis deh ..serius nih," ucap Alfina.

"Cantik itu relatif, aku ga bisa bilang dia cantik, karena belum jadi istriku, tapi kalau kamu ya pasti cantik lah, ma syaa Allah," kata Rayhan, yang membuat pipi Alfina merona.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!