Esok harinya sebelum subuh, Zia bangun duluan, yang pertama dia lihat adalah suaminya, yang baru ia tahu kebiasaannya tidur dengan bertelanjang dada.
Zia memandang Rayhan dengan tersenyum, rupanya wanita itu telah jatuh cinta pada lelaki yang menikahinya kemarin, dan tanpa diduga Rayhan membuka matanya. Zia seperti tertangkap basah sedang mengamati Rayhan.
"Good morning Zi," ucap Rayhan dengan senyuman yang sangat mempesona bagi Zia.
"Good morning Mas Ray," sahut Zia yang memerah pipinya karena masih malu-malu.
"Aku mandi dulu ya, mau ke masjid," ucap Rayhan, kemudian mencium kening Zia dan langsung beranjak dari kasur ke kamar mandi.
Zia masih ternganga, ia terkejut dengan kecupan Rayhan. Ia kembali tersenyum sendiri mengingat kejadian semalam, saat Rayhan membawanya menuju surga cinta.
Ia segera bangun merapikan tempat tidur yang tak karuan bentuknya. Memunguti baju yang berserakan di lantai. Kemudian ke kamar ganti menyiapkan baju untuk Rayhan.
"Ehem.." Rayhan berdehem saat memasuki kamar ganti.
"Ini Mas bajunya," ucap Zia.
"Iya, kamu mandi ya, aku ke masjid dulu, pulang jam enam an sekalian nunggu matahari terbit sholat syuruq sekalian," tutur Rayhan sambil berpakaian.
"Baik Mas, aku mandi dulu," ucap Zia kemudian pergi ke kamar mandi.
Setelah berpakaian, Rayhan pergi ke masjid yang tak jauh dari rumah Zia.
Sementara itu di rumah Alfina...
Alfina yang telah bangun sejak pukul dua dini hari, ia mendirikan sholat malam kemudian membaca Al Qur'an sambil menunggu subuh tiba. Ketika adzan berkumandang, ia segera membangunkan anak-anaknya untuk mendirikan sholat subuh.
Selepas sholat mereka membaca Al Qur'an bersama-sama.
"Ummi, ada pesan dari pondok pesantren, ini," ucap Khadijah seraya memperlihatkan ponselnya pada sang ibu.
"Ada apa Dija?" tanya Alfina yang langsung melihat isi pesan dari pesantren.
"Ujiannya diajukan besok dan hari ini harus kembali," ucap Alfina yang tengah membaca pesan itu.
"Gimana Ummi, Abi lagi ga ada sama kita, aku gimana baliknya," gumam Khadijah.
"Sebentar, nanti ummi coba bicarakan sama Abi, sabar dulu ya Dija," tutur Alfina, si sulung Khadijah akhirnya bisa tenang. Sementara ketiga anaknya yang lain plus Maryam sudah merengek minta makan.
"Makan Ummi, Sulaiman lapar nih," ucap Sulaiman.
"Iya Ummi, kita sarapan apa?" tanya Aisyah.
"Ummi maem," celoteh si kecil Fatimah yang hanya bisa ngikut kakak-kakaknya. Sedangkan Maryam hanya tersenyum melihat saudara-saudaranya ribut minta makan.
"Maryam juga mau makan?" tanya Alfina. Maryam hanya mengangguk dan tersenyum.
"Okelah kita masak sama-sama yuk, kalian mau dimasakin apa?" tanya Alfina.
"Nasi goreng aja Ummi," sahut Khadijah.
"Iya, nasi goreng aja, ga pedes ya Ummi," imbuh Sulaiman.
"Oke, yuk kita ke dapur yuk, kita masak sama-sama biar cepat selesai," ajak Alfina menggiring kelima anaknya ke dapur.
Di rumah Zia...
Setelah sholat subuh dan berdzikir pagi, Zia ke dapur, memasak nasi dan menyiapkan sarapan. Pagi itu Zia membuat tumis tempe kacang panjang, ketika hendak menggoreng telur, Rayhan datang dari masjid.
"Assalamualaikum," ucap Rayhan.
"Waalaikumussalam," sahut Zia tanpa menoleh ke arah Rayhan, karena memang dia sibuk di dapur.
Rayhan masih terkesima melihat istri barunya, memakai daster pendek dan rambut basah yang masih terbungkus handuk. Dengan lincah bergerak di dapur. Rayhan tersenyum nakal, ada ide dalam kepalanya untuk mengerjai Zia.
"Zi," panggil Rayhan datar.
"Iya Mas," sahut Zia kemudian menengok ke arah Rayhan.
"Siapa yang suruh kamu masak? Kembali ke kamar," ucap Rayhan dengan datar kemudian meninggalkan Zia di dapur, dan menaiki tangga menuju lantai atas.
Zia ternganga, dan mengedipkan matanya beberapa kali. Ia mematikan kompor, melepas celemek dan mencuci tangannya. Zia takut jika Rayhan marah. Lalu ia segera mengikuti Rayhan ke lantai atas.
Sampai di kamar, Rayhan mengambil ponselnya di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang, membuka ponselnya dan membaca pesan dari istri pertamanya Alfina.
Zia yang melihat Rayhan sibuk dengan ponselnya, langsung masuk ke kamar ganti, mengganti dasternya yang baru bawang dengan daster pendek yang lain, ia melepas handuk yang melilit di kepalanya, lalu menyisir rambut panjangnya dan memoles bedak dan lipstik pada bibirnya. Dan yang terakhir ia semprotkan parfum agar bau dapur benar-benar hilang dari tubuhnya.
Zia berjalan ke arah Rayhan, dan duduk di sebelahnya. Namun Rayhan diam saja. Zia mengira bahwa suaminya telah marah karena ia memasak tanpa seizinnya.
'Duh...kenapa aku tadi masak ya, aku ga tahu mas Rayhan bakal marah kaya gini, tapi sebenarnya yang aku lakukan masih wajar sih, masa masak aja ga boleh sih, trus kenapa dibikinin dapur sebagus itu, kenapa semalam dia ajak belanja bahan dapur...' gerutu Zia di dalam hati.
"Mas...Ray..." panggil Zia dengan ragu-ragu.
"Hmm..." sahut Rayhan yang menatap tajam ke arah Zia.
"Mas marah sama aku?" tanya Zia memberanikan diri, walau telapak tangannya dingin karena gugup dan takut.
"Kamu pikir?"
"Maaf, tadi aku cuma pengen bikin sarapan buat Mas Ray, tapi aku ga tahu kalau aku ga diizinin masak, aku bingung harus gimana Mas," ucap Zia sambil tertunduk.
Rayhan tersenyum nakal, rupanya dia sangat senang bisa mengerjai Zia. Zia melirik Rayhan yang sedang tersenyum lebar.
"Mas kok senyum," ucap Zia.
"Habisnya kamu lucu banget, gemesin, itu tadi aku cuma ngerjain kamu, hahahaha..." Rayhan tertawa lepas.
Zia sangat kesal dibuatnya, namun ia terpesona dengan senyuman Rayhan, dan baru kali ini Zia melihat pria itu tertawa lepas.
"Jadi Mas cuma bercanda? Mas Ray ga marah sama aku?" tanya Zia ingin memastikan.
Rayhan menggeleng.."Ngga Zi, kenapa pagi-pagi musti marah, cuma pengen godain kamu aja, dan lihat kamu itu tipe istri yang nurut atau pembantah, dan terbukti kamu nurut kata suami, aku panggil, kamu langsung matikan kompor," tutur Rayhan yang membuat Zia lagi-lagi meleleh.
Rayhan memeluk Zia, walaupun keduanya sama-sama masih canggung, namun keduanya sama-sama berusaha mendekatkan diri satu sama lain.
"Aku takut, benar-benar takut kalau mas Rayhan marah, ibarat kata, kita baru nikah semalam masa iya harus marahan," ucap Zia.
"Baiklah, aku mau bertanya sesuatu," ucap Rayhan yang merenggangkan pelukannya, sekarang dua tangannya berada di kedua pundak Zia.
"Apa Mas?" tanya Zia.
"Ini Alfina kirim pesan, ia minta izin untuk mengantar Khadijah balik ke pondok pesantren, Khadijah diminta balik hari ini juga karena besok ujiannya diajukan, dan aku bimbang, aku tidak ingin meninggalkanmu hari ini, aku masih ingin terus bersamamu, tapi aku juga ingin mengantar Khadijah balik ke pondok pesantren, menurut kamu bagaimana?" tanya Rayhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
moga aja RT zia rayhan alfina rukun selalu langgeng til jannah NYA
vote mendarat ya ukhti
2023-06-19
1