"Kesini ayo!"
Tiba-tiba ada seseorang berjubah hitam yang menarik paksa Adel hingga dia harus menjauh dari antrean itu.
Coba bayangkan betapa kesalnya Adel sekarang, rasanya dia ingin menghantam orang asing ini. Dia sudah mengantre begitu lama, panas-panasan, menahan lelah demi dessert yang adiknya inginkan. Tapi tiba-tiba ada orang aneh yang menariknya hingga akhirnya penantian antreannya sia-sia.
Wah, kepala Adel sudah mendidih tampaknya.
Adel sudah bersiap dengan melepas sepatunya, siap sedia untuk menghantam kepala orang ini.
"Wah, jadi Lady ingin memukul saya begitu ya? Kalau dengan memukul saya bisa membuat rasa kesal Lady puas, tidak apa, saya ikhlas. Lebih bagus lagi jika pukulan itu bisa membuat lady bertanggungjawab mengurus saya seumur hidup." Celetuk pemuda itu membuka penutup kepala yang ia pakai.
Sontak Adel kembali memakai sepatunya, salah-salah dia bisa terseret masalah yang lebih besar karna telah melakukan kekerasan terhadap Duke Aiden Vyn Fletting.
Adel sabar, beliau Duke, mengalah dan mengantre lagi saja. Ingat dosa mu sangat banyak atas penderitaan masa kecil Aiden.
Adel mencoba tenang, dia menarik napasnya dalam-dalam, mengeluarkannya secara perlahan. Dia harus begitu, setidaknya untuk menstabilkan emosinya.
"Tidak jadi nih?" Duke Aiden sudah melipat tangan sembari bersandar di tembok yang ada dekat mereka.
"Iya tidak jadi, saya masih sayang diri, tidak mau masuk penjara karna melukai seorang Duke." Adel tampak murung, dia melihat ke arah bawah saja.
"Iya sih saya memang akan meminta pertanggungjawaban anda, tapi bukan penjara melainkan rumah saya. Anda akan saya tuntun untuk merawat saya seumur hidup sebagai istri Duke Aiden Vyn Fletting."
"Itu juga termasuk yang saya takutkan." jawab Adel dengan singkat.
"Padahal Adelilah Vyn Fletting nama yang bagus."
"Makasih, nama saya memang sangat bagus."
Tanpa Adel ketahui, entah dari sisi mananya yang membuat Aiden tertarik, yang jelas Aiden sedang mengukir senyum tipis-tipis saat ini. Aiden jarang tersenyum tipis, dia selalu tersenyum manis seperti penipu.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu." Adel ingin kembali mengantre, dia harap dia bisa ikhlas atas penantiannya sejak tadi, panas-panasan begitu.
"Mau kemana? Sini ikut saya, saya punya jalan potong, anda bisa mengambil kue itu sepuasnya." Aiden menahan gaun Adel.
"Memangnya bisa ya? Anda jangan bercanda, saya mau mengantre lagi sebelum sore." Adel sedikit menepis tangan itu, kalau kasar bahaya, nanti Aiden bisa-bisa minta tanggungjawab nya.
"Karna saya yang punya tokonya." Jawab Aiden dengan wajah polosnya.
......................
Adel duduk diam di sebuah kursi dengan meja di depannya dipenuhi kue dan dessert yang langka hingga membuatnya mengantre sejak tadi. Tapi saat dia mengikuti Duke Aiden, kue-kue ini tiba-tiba saja sudah tersaji di depannya dalam jumlah yang cukup banyak.
Dan menemaninya, ada Duke Aiden yang sudah tersenyum begitu lebar.
"Tenang saja, khusus untuk adik ipar sudah saya persiapkan, jadi yang ada disini anda nikmati saja sepuasnya." Katanya dengan santai.
"Dengan segala hormat, itu adik saya dan bukan adik ipar anda." Adel bahkan sudah berani menatap mata Aiden terang-terangan.
"Adik anda adalah adik ipar saya yang tertunda." Aiden juga tak mau mengalah.
Kenapa perubahan karakter nya jadi begini? Aku menulis Aiden licik dan manipulatif! Kenapa jadi karakter tengil yang menjengkelkan?!
"Apa ada alasan khusus anda tertarik pada saya?" Adel bahkan tidak mengedipkan matanya saat menatap mata merah yang kata orang sebagai mata iblis.
"Anda tau sesuatu yang disebut cinta pada pandangan pertama? Mungkin seperti itu, sulit dijelaskan tapi rasanya mendebarkan, membuat saya ingin selalu berada di dekat anda. Bahkan saat ini pun jantung saya masih berdebar, kalau tidak percaya kemari, dan sentuh. Buktikan sendiri." Aiden dengan gampangnya merentangkan tangannya dengan wajah full senyum.
Apa Aiden pikir karna dia tampan jadi ketika dia merentangkan tangan Adel akan langsung berlari ke dalam pelukannya?
Tidak dong! Adel itu mahal! Walau Aiden tampan dan bentuk tubuhnya menggoda, tapi gengsi Adel lebih tinggi! Walau dia ingin membuktikan sendiri apa hati pemuda itu benar-benar berdebar atau tidak, dia mengurungkan niatnya dan memilih sikap acuh tak acuh demi melindungi gengsinya.
"Yah, tidak mau nih?" Aiden menaikkan sebelah alisnya, tangannya masih direntangkan dengan sempurna.
"Iya tidak mau, walau bangsawan kelas menengah saya itu masih punya harga diri." Adel duduk tegap dengan bangga seperti yang Shenina ajarkan agar menjadi lady bangsawan yang elegan.
"Ah? Jadi Lady Adelilah mau bilang bahwa bangsawan berstatus tinggi seperti saya tidak punya harga diri?"
Coba lihat wajah Aiden yang manipulatif dan pura-pura kecewa itu! Apalagi intonasi suaranya benar-benar menyudutkan Adel sebagai lawan bicaranya saat ini.
"Tidak apa-apa, itu benar kok. Di depan cinta harga diri tak lagi berarti." Aiden bahkan tidak geli mengatakan itu.
"Tapi menurut saya, cinta sejati tidak perlu mengorbankan harga diri pasangannya, karna cinta sejati haruslah saling melindungi harga diri pasangannya."
Aiden tersentak halus, matanya sedikit terbuka, sudut bibirnya langsung tertarik.
"Bagaimana ini? Sepertinya saya jatuh cinta terlalu dalam, sulit untuk saya ditarik keluar lagi." Aiden menopang dagunya dengan kedua tangan, matanya tak berkedip menatap sosok indah yang ada di depannya.
"Jangan begitu! Jangan jatuh cinta pada saya!" Adel ingin menolaknya keras-keras. Dia tidak mau menikahi karakternya sendiri.
"Yah terlambat, Sudah jatuh cinta nih, terus bagaimana? Lady mau bertanggungjawab tidak?"
"Tidak mau!"
"Pffftt, saya rasa hidup saya akan lebih menyenangkan, kalau ada anda di sisi saya. Padahal nama anda sudah sempurna untuk menyandang gelar Duchess Fletting."
"Tidak mau, cari yang lain saja!"
"Boleh saja, asal ada dua orang yang persis seperti anda di dunia ini. Apakah ada?" Aiden tersenyum.
Sialnya senyuman itu benar-benar menambah ketampanan Aiden berkali-kali lipat. Adel kan jadi khawatir akan debaran jantungnya sendiri.
...****************...
"Apa mungkin dia benar-benar jatuh cinta padaku di pandangan pertama?"
"Mungkin?"
"Tidak mungkin?"
"Mungkin?"
"Tidak?"
Adel berbicara sendiri sembari menarik kelopak bunga mawar satu persatu yang digenggamnya.
Mana mungkin dia jatuh cinta pada ku di pandangan pertama? liat wajah ku! Sangat cantik memang dimataku! Tapi tidak cukup sampai membuat seorang antagonis tampan jatuh cinta pada pandangan pertama. Cinta pada pandangan pertama mungkin bisa saja terjadi kalau perempuan itu secantik Chairana tau!
"Mung--"
"Memangnya siapa yang menyatakan perasaannya pada mu?"
Suara familier itu terdengar dari arah belakang, Adel langsung melihatnya seketika.
"A-ayah?"
Dia adalah Count Ghiandra, ayah Adel.
Sejak kapan ayah berdiri disana? Apa ayah mendengar semuanya?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments