......................
Satu hari begitu banyak kejadian, bahkan hari ini belum benar-benar berganti dan Adel sudah begitu lelah.
Adel berdiri di balkon kamar tamu yang Aiden sediakan, dia menatap langit-langit malam yang penuh bintang. Harus Adel akui, langit malam di dunia ini sangat indah hingga sering membuatnya terpanah.
Sekejap saja pikirannya tenang, lalu setelah itu gerombolan masalah mulai masuk lagi dalam pikirannya.
Untuk sementara, dia menepikan dulu soal Shenina, Shenina juga tidak akan mati hari ini di istana kan, kematian Shenina masih lama jika sesuai alurnya, mungkin tahun depan.
Yang terpenting sekarang adalah memikirkan soal Duke Aiden. Adel ingat saat pertama kali dia berbicara dengan Aiden, dia sedikit gemetar dan agak takut karna tau Aiden adalah antagonis.
Tapi setelah rasa bersalah itu muncul, rasa takut itu perlahan sedikit berkurang seperti saat Adel bertemu dengan Shenina dulu saat pertama kali.
Apa sifat Aiden memang begitu? Cukup, jangan terlalu dipikirkan Adel! Cukup yakinkan diri sendiri bahwa semua perkataan Aiden hanya ilusi dan omong kosong belaka, semuanya hanya candaan semata. Jika bukan candaan, maka itu adalah jebakan.
Karna Aiden adalah orang yang seperti itu, dia licik, cerdas, dan suka memanipulasi perasaan, hasrat, dan harapan seseorang.
Besok aku sudah bisa kembali kan?
......................
Adel lupa hal yang paling penting saat bangun pagi di rumah orang lain.
Pakaian apa yang ia kenakan hari ini?
Masa pakaian yang kemarin?
Sudah hampir satu jam Adel terbangun pagi ini, selain menatap langit dan berpikir masalah novel dan Shenina, Adel juga mengkhawatirkan pakaiannya.
Tok tok!
Suara pintu kamar Adel di ketuk, bisa gadis itu pastikan tamu yang datang bukanlah Aiden. Karna kalau itu Aiden, Duke muda satu itu pasti akan masuk tanpa mengetuk dulu karna dia merasa setiap sudut rumah ini adalah miliknya.
"Ya, masuk."
Sesuai dugaan Adel, tamu di depan bukanlah Aiden yang congkak.
Tapi ada dua gadis yang datang dengan seragam pelayan, satunya membawakan sebuah mangkuk perak berisi air yang sudah dipenuhi kelopak bunga. Satu lagi mendorong sebuah pakaian yang sepertinya itu dihadiahkan untuk Adel, kan?
"Apa itu?" Tanya Adel sedikit heran, walau dalam hatinya dia sudah menebak bahwa itu kiriman dari Aiden dengan dalih pertanggungjawaban lagi pastinya.
"Ini pakaian yang diberikan tuan Duke, harap anda segera memakainya dan turun bersama untuk sarapan dengan Tuan Duke." Katanya lagi.
Berbeda dengan Aiden yang selalu tersenyum, kedua pelayan ini hanya tampak diam dan menunduk, dibanding hormat, tampaknya mereka merasa takut akan Adel?
Ah, ya baiklah
-
-
Adel turun ke bawah, dia dituntun oleh seorang pelayan menuju meja makan. Dia mengenakan gaun merah yang sangat indah, yang dihadiahkan oleh Aiden.
Tapi anehnya, sepanjang Adel berjalan menuju ruang makan, tidak ada satupun pelayan di mansion ini yang tersenyum padanya, semuanya hanya menunduk patuh dan hormat.
Suasana di rumah ini dingin dan senyap, sepi dan menyesakkan.
Adel tidak tau alasannya, sifat-sifat para pelayannya sangat berbanding terbalik dengan sifat Aiden yang sering senyum walau itu semua palsu.
Adel tidak tau bahwa keadaan di luar kamar yang dia tempati seperti ini, dia tidak tau bahwa orang-orang di mansion ini memiliki kebiasaan aneh. Karna sejak awal Adel tidak sadar dirinya ada di rumah ini, saat dia bangun dia sudah berada di kamar dan hanya ditemani oleh Aiden seorang.
Dan lagi, kemarin malam Adel tidak jalan-jalan malam, agar menutup kemungkinan dirinya bertemu dengan Aiden secara tidak sengaja.
Benar-benar menyesakkan! Bahkan pelayan yang membantu aku mandi dan berganti pakaian benar-benar tidak basa-basi, dan hanya mengatakan hal-hal yang seperlunya saja, jawaban nya juga singkat-singkat dan ekspresi mereka selalu datar.
"Bagaimana Lady? apa ada sesuatu yang membuat anda tidak nyaman sejak bangun pagi?" Aiden berdiri menyambut Adel yang baru masuk ke ruang makan, dia menuntun Adel untuk duduk tak jauh dari kursi utama khas miliknya.
Saat ini Adel kembali tersadar, bahwa tidak aneh rasanya kalau para pelayan di mansion ini sedikit aneh, karna tuannya saja adalah Duke Aiden Vyn Fletting. Si antagonis licik dengan berbagai ide manipulasi.
"Tidak, semuanya nyaman, saya juga suka dengan gaunnya. Terima kasih atas pakaiannya." Adel duduk di dekat Aiden sesuai arahannya.
"Tentu saja, saya memilihnya setelah mencocokkannya dengan warna mata saya, bagaimana menurut Lady?" Kali ini Aiden menatap Adel lekat, dengan senyuman tipis yang tampak dari bibirnya.
"Wah, pantas warnanya terasa tidak asing saat saya pertama kali melihatnya, ternyata seperti warna mata anda. Tampaknya kesan warna juga berpengaruh pada kepercayaan diri ya. Mungkin karna saya memakai gaun Semerah mata anda, saya jadi sedikit lebih percaya diri dari biasanya, hmm bagaimana ya menjelaskannya, saya merasa saya lebih hebat dari sebelumnya." Adel jujur loh, dia sungguh merasakan kesan yang berbeda setelah memakai gaun dengan warna ini.
Aiden diam sebentar, sebelum akhirnya dia tersenyum manis lagi, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Baguslah kalau anda berpikir begitu, sekarang silahkan makan."
"Ngomong-ngomong soal itu Tuan Duke. Apa anda sudah menyiapkan kereta kuda? Atau keluarga saya sudah mengirimkan kereta kuda untuk menjemput saya. Saya rasa, akan lebih baik saya pulang setelah selesai sarapan."
"Begitukah? Apa Lady tidak yakin ingin tinggal lebih lama?"
"Tidak, saya akan pulang saja."
"Baiklah kalau begitu, ayo makan." Aiden mengakhirinya dengan senyuman tanpa perdebatan.
......................
Benar! Harusnya aku sudah curiga kenapa dia sejak awal menerima permintaan pulang ku dengan begitu cepat dan santai tanpa ada perdebatan, bahkan dengan perdebatan di hari sebelumnya!
Harusnya aku sudah curiga! Harusnya aku mencari tau bahwa ada yang tidak beres disini.
Tapi kan, aku pikir tadi pagi dia tidak mengajak ku berdebat lagi karna sudah tidak tertarik dengan ku, mungkin dia merasa bosan dan aku tidak semenyenangkan saat dia pertama kali mengenalnya dulu.
Mana aku bisa duga, kalau dia malah memilih untuk ikut mengantar ku ke kediaman Orangtua ku!
Adel berdecak kesal di dalam hatinya, segala umpatan dia simpen dihatinya, karna saat ini dihadapannya ada Aiden yang sedang sibuk membaca sebuah surat kabar hari ini.
Adel benar-benar tidak menyangka bahwa Aiden akan memaksakan kehendaknya untuk ikut mengantar Adel sampai rumah.
Mana mungkin antagonis Aiden mengantar orang asing pulang sampai rumahnya, dia pasti--! Ah Astaga! Apa jangan-jangan dia memang memiliki keperluan khusus kepada kedua orang tua ku? Apa jangan-jangan dia memang sengaja memanfaatkan kelengahan ku untuk memanfaatkan ayah? Bagaimana ini?
Bagaimana jika dia memang benar-benar berniat buruk pada keluarga kami?
"Lady ini suka sekali termenung ya? Memangnya apa yang anda pikirkan sampai segitunya?" Aiden meletakkan surat kabarnya, matanya lekat menatap retina Adel.
Walau tampan, tapi Aiden lumayan menyeramkan.
"Apa anda tidak sibuk? Kenapa mengantar saya sendiri?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments