Sinar mentari mulai menerangi bumi, cahayanya mampu memancarkan sebuah kilauan siang menderang.
Bastian, pria tampan itu tengah menggeliat bangun dari tidurnya. Dia yang semalam kelelahan menghabiskan waktu bersama rekan-rekannya. Hanya sebatas pesta minuman dan musik saja. Tidak dengan bermain wanita, itulah Bastian Emanuel.
Matanya terbuka melihat keadaan berantakan. Bekas makanan ringan berserakan dimana-mana. Botol minuman banyak yang kosong. Meski hanya 7 orang namun rumahnya mampu berantakan bagaikan kapal pecah.
"Pang, bangun, Pang. Ini sudah pagi. Pulang Sono!" Bastian menggoyang kan tubuh Jayden yang sedang terlelap di sofa. Ada sebagian tidur di lantai dalam keadaan kaki naik ku atas kursi kepala di lantai, ada yang tengkurap saling tindih dengan orang lain. Hingga ada yang ngorok bagaikan kodok.
"Hmmm ...."
"Jono bangun, woy. Pulang-pulang!" Bastian membangunkan para kawan-kawan yang masih berada di sana. Sebagian sudah pulang beserta para pasangannya dan sebagian lagi menginap di rumah Bastian.
"Hmmm ...."
"Bangun woy! Buruan pulang! Gue mau beresin ini semua." Bastian memekik seraya bertolak pinggang.
Bastian kesal sebab mereka hanya mengeluarkan suara hhmmm doang. Tidak diam saja, pria itu menarik kaki Jayden sampai pria berwajah manis ke india-indiaan itu mendengus kesal sebab terjatuh ke lantai.
"Apaan sih, onta. Ganggu lagi tidur saja. Gue masih ngantuk," omel Jayden mendengus kesal mengacak rambutnya prustasi.
"Pulang! Gue mau bereskan semua ini." Bastian kembali membangunkan dua orang lainnya dengan cara menarik tangan mereka agar duduk tegak.
"Gue masih ngantuk, Bastian. Kau gak ingat kita tidur jam dua pagi," keluh Jono salah satu dari kawan Bastian dan Jayden.
"Tahu nih, enak-enak lagi tidur malah di gangguin," sahut Bobby ingin tidur lagi tapi di tarik bajunya oleh Bastian.
Ketiga pria yang menginap di rumah Bastian terlihat lesu menunduk murung dalam artian masih lemas akibat mengantuk.
"Kalau kalian mau tidur lanjutkan di rumah saja. Rumah gue berantakan mau gue bereskan. Takutnya nenek gue kemari. Kalian mau di omeli dia?" Bastian memberitahukan alasannya kenapa dia sampai tega mengusir teman-temannya dari rumah.
Jayden yang mendengar kata nenek seketika terbelalak, "Nenek rempong itu?" Jayden paling sebal jika ada neneknya Bastian datang. Kalau nenek tua itu ada di sana, kemungkinan mereka tidak akan lagi bisa berpesta ria di rumah Bastian. Hanya di rumah Bastian lah tempat paling aman di antara kawan-kawan setongkrongan mereka.
"Itu nenek gue, cu*pang. Makanya buruan balik." Bastian tak tinggal diam, pria berwajah ke bule-bule'an itu menarik paksa tangan Jayden dan Joni.
"Isshh, iya ... iya, kita mau balik, kok. Ganggu saja kau ini." Joni berdiri dalam keadaan menguap. Jayden mencebik dalam keadaan sempoyongan masih terasa pusing.
Pria yang sering di panggil cu*pang oleh Bastian itu berjalan ke arah pintu sambil menunduk sampai tak sadar jika dia menubruk tembok saking ngantuknya.
"Salah woy, itu tembok bukan pintu. Pintu keluar di sebelah kiri," ujar Bastian memberitahukan.
"Hah, sejak kapan pintu pindah kesitu?" Jayden memicingkan mata sesekali melototkan matanya menggunakan jari telunjuk dan jempol.
"Ck, kau kebanyakan mabuk jadi otakmu oleng. Lewat sini!" Jono menarik ujung kerah bagian belakang Jayden layaknya kucing.
"Apaan sih, gue bukan kucing harus di giwing begini," protes nya mendengus kesal.
"Berisik! Buruan balik." Bastian mendorong tubuh para kawan-kawan nya sedikit kasar mengusir mereka. Namun mereka tak sedikitpun tersungging eh, tersinggung atas tindakan Bastian.
"Iya, iya, kita pulang." sungut Jayden. "Eiits, jangan rindu, ya." lanjutkan tersenyum usil.
"Ogah, daripada gue rindu sama jeruk ikan cu*pang seperti lo, mending gue merindu sama bini orang," seru Bastian menutup rapat pintunya secara kasar.
Blug ....
"Busyet dah, nutupin pintunya kenceng amat," ujar Jono terlonjak kaget.
"Kadang tuh si onta ngeselin. Sudahlah, mending pulang daripada kena omel nenek rempong," balas Jayden kemudian menaiki kendaraan nya.
Setelah kepergian para rekan setongkrongan, pria muda berusia 26 tahun itu memperhatikan ruangan tengah yang berantakan. Dia bertolak pinggang seraya menghelakan nafas berat.
"Resiko jadi bujangan pasti beres-beres rumah pun sendirian." Dan langsung saja Bastian bergerak cepat. Ia mengambil sapu dan alat wadah sampah. Kemudian mengumpulkan setiap bekas botol minuman, mengumpulkan bekas makanan ringan, lalu menyapukan bersih lantai.
Beralih membersihkan sofa hingga mengepel Bastian lakukan sendirian. Tak pernah sedikitpun ia mengeluh atas apa yang ia lakukan. Tak pernah ia malu untuk membersihkan rumah meski terkadang banyak rekan-rekan nya sering mengejek. Semua Bastian lakukan dengan senang hati.
Drrttt ... ddrrrttt ....
Hingga ponselnya berdering di saat Bastian sedang mengepel lantai. Tangannya mencoba mengambil benda pipih tersebut dari balik saku celana. Kemudian ia tempelkan ke telinga sambil memiringkan kepalanya menahan benda tersebut agar tidak jatuh.
"Halo sayang, selamat pagi."
"Bastian, kamu melupakan hari ulang tahunku. Kamu jahat!" pekik wanita dari sebrang telpon memarahi kekasihnya.
Bastian terbelalak menepuk jidatnya sendiri. Saking asyiknya berkumpul dengan rekan setongkrongan, Bastian sampai lupa janji merayakan ultah kekasihnya.
"Aduh maaf sayang, semalam gue ketiduran nemenin Oma nonton drama Korea. Sorry, ya. nanti hadiahnya gue berikan hari ini juga. Tapi setelah selesai urusan dengan Oma. Ini juga lagi temani Oma beres-beres rumah." Bastian mulai melancarkan aksinya membohongi kekasihnya sendiri.
"Issh Oma terus, Oma terus, Oma mana yang kamu maksud? Tidak pernah tuh kamu memperkenalkan ku pada Oma mu. Pokoknya ku tak mau tahu, hari ini juga hadiahnya harus sampai dan aku mau tas mahal keluaran terbaru! Aku ingin kamu sendiri yang mengantarku membelinya hari ini, titik!"
Tut ....
"A ...." Baru saja mau berkata malah sudah di matikan saja. Brian menyentil kesal layar ponselnya yang menunjukan no Seli. "Dasar matre, lo. Untung gue baik, penyayang, tidak tega mutusin cewe. Makanya gue pelihara lo, Seli." umpatnya kesal atas keinginan Seli terkesan memaksa.
Bastian beranjak ke kamarnya namun, baru saja selangkah ponselnya kembali berdering. "Mona?" nama cewe lagi, nih.
"Halo Mona pipi bakpao."
"Kamu bohongin aku Bastian. Katanya kamu mau menemaniku nonton film tapi ku tunggu tidak datang juga. Pokoknya hari ini kamu harus temaniku nonton."
Lagi-lagi Bastian menepuk jidatnya melupakan lagi janjinya pada Mona. "Iya, iya, gue datang temani lo nonton Film. Tunggu, ya."
"Jangan pake lama."
"Iya, gue mandi dulu. Bye." Bastian mematikan sambungan teleponnya. "Haiisss, sungguh terlalu kau Bastian. Janji tapi tidak kau tepati. Playboy lo, onta."
"Eh," Bastian mengerutkan keningnya. "Itukan bahasa si cu*pang. Tapi di pikir-pikir mending gue mutusin mereka saja lah." Bastian mendengus kesal sambil melanjutkan langkahnya ke kamar. Dan dia juga berpikir akan memutuskan hubungannya dengan para kekasihnya itu. Tapi, ponselnya kembali berdering.
Namun, kali ini matanya melotot melihat nama yang ada di layar ponselnya. "Alamaakk ... Nenek rempong nelpon! Mati aku!" ujarnya menepuk jidatnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Carloz Loco
bini orang sungguh menantang
2025-02-21
0
Mama Pesek
dasar somplak😆😆😆
2023-04-03
1