Tempat Berbeda
"Bang, aku tidak terima ya istri kamu kasar begitu sama kamu dan aku. Aku kesal sama dia yang sok berkuasa banget." Lisa mendengus kesal dan menghempaskan bokongnya secara kasar ke kursi.
Keduanya saat ini sedang berada di salah satu tempat makan.
"Mungkin karena dia bekerja jadi begitu sama Abang. Abang juga kesel sekarang Kyara malah melawan Abang terus. Daripada kita ngomel gak jelas, mending sekarang kita makan saja." Beni enggan membahas Kyara lagi dan ia lebih memilih makan saja. Kalau mikirin Kyara membuat Beni pusing saja.
"Aku ngomel juga karena dia, bang. Lagian Abang jadi suami kok gak tegas banget sih. Seharusnya Abang makin tegas sama Kyara, kalau di diamkan terus, dia semakin ngelunjak saja sama Abang. Emangnya Abang mau di injak-injak sama sama dia? Emangnya Abang mau di anggap kepala keluarga yang tidak pernah bisa mendidik istrinya? Gak mau 'kan?" Lisa bicara seolah benar saja, sedangkan dirinya belum tentu benar dan pastinya juga masih banyak kurangnya.
Dan Beni mulai teracuni oleh perkataan Lisa. "Jadi Abang kurang tegas sama Kyara?"
"Iya, terbukti dari sifat Kyara yang seperti itu sama Abang. Sekarang sudah ngelunjak, bagaimana nanti jika dia sudah kaya dan memiliki segalanya? Bisa-bisa Abang dijadikan budak sama dia." Lisa semakin mengompori dan Beni semakin panas kuping. Pengangguran yang Beni lakukan membuat dia selalu merasa tidak di hargai. Apalagi cemoohan dari orang yang bilang dia suami tak bertanggungjawab menambah hawa panas kala Lisa mengompori.
"Terus Abang harus apa? Kalau menceraikan tidak bisa, dia sedang hamil dan juga hanya Kyara yang memberi Abang uang."
"Ya, Abang semakin tegas dalam artian harus menguasai keuangan dialah. Hasil jualan Abang pegang, terus kalau mau memberi ya buat belanja saja. Nah, jika semuanya Abang yang menguasai, barulah Abang bisa membuat Kyara menghargai Abang sebagai kepala keluarga."
"Hmmm nanti Abang pikirkan caranya. Mending sekarang kamu makan dulu." Beni melanjutkan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Tapi ucapan Lisa ada benarnya juga. Gue harus bisa menguasai Kyara dan kalau perlu keuangan gue yang ngatur. Enak saja dia mau ngelunjak sama gue, gue lakunya dan harus tunduk sama lakinya."
"Semoga saja Beni memikirkannya. Masa punya suami gak kerja. Setidaknya jika mengambil alih kedai Kyara, Beni punya uang dan aku bisa menggunakan uang itu."
Berbeda pikiran, berbeda dalam memikirkan sesuatu, itulah Lisa dan Beni.
*****
"Onta lu seriusan kerja di mari? Jadi pelayan kang soto?" tanya Jayden tidak percaya pada ucapannya Bastian. Dia yang sedang duduk terus memperhatikan Bastian melayani setiap pembeli. Sedangkan Kyara hanya menuangkan saja sotonya ke mangkuk atau membungkus, giliran Bastian yang mengantarkan kesana-kemari.
"Seperti yang lo lihat, Pang. Ya gue seriusan lah kerja. Emangnya lu gak kerja-kerja dan hanya modal nongkrong saja," kata Bastian sambil membawa nampan berisi dua mangkuk soto dan memberikannya ke pelanggan.
"Silakan di nikmati sotonya, bu."
Kemudian Bastian kembali lagi ke tempat dimana Jayden ada.
"Bukan gue gak mau kerja, Onta. Cuman gak ada yang Nerima gue kerja. Lu kan tahu jikalau gue ini males kerja orangnya."
"Nah, ini nih yang harus lu ubah dari diri lo. Kita tidak selamanya sendiri, kita tidak selamanya diam terus, adakalanya kita bakalan berumah tangga dan juga memiliki kekuarga. Jadi, lu harus kerja cari duit buat nafkahin keluarga lu. Masa punya bini gak di kasih makan? Minta sama orangtua? Gak boleh. Kita sebagai laki harus tanggungjawab sepenuhnya mengenai anak bini kita. Maka dari itu gue kerja."
"Lu mah gak kerja juga udah banyak duitnya. Lah gue? Asli kagak punya apa-apa." Jayden menghelakan nafas berat. Dia memang terlahir dari keluarga yang sederhana dan juga tidak punya apa-apa. Hidupnya hanya sesuka hatinya saja. Jayden pernah bekerja, tapi di keluarkan gara-gara dia tidak bisa bekerja. Selama hidupnya hanya bisa nongkrong, minta sama orangtuanya dan hanya menyusahkan saja.
Bastian duduk di kursi yang ada Jaydennya. "Pang, gue emang gak terlihat seperti kerja, tapi sebenarnya gue juga kerja. Berkutat dengan laptop dan harus berpikir keras mengurus segalanya. Mereka gak tahu saja kalau gue puyeng mengurusi semuanya. Cuman, gue tidak memperlihatkan semuanya di hadapan orang-orang. Gue gak suka pamer kerjaan gue yang sesungguhnya. Mending jadi pelayan saja bisa melihat Kyara dan dekat dengannya," ucap Bastian sambil memperhatikan Kyara yang sedang menuangkan soto-soto ke mangkuk.
"Lu beneran suka sama istri tetangga kita?" Jayden juga ikut memperhatikan Kyara.
"Ya gitu. Emang tertarik dan gue tidak terima Kyara di sakiti oleh lakinya." Sejenak dia memperhatikan Kyara dan senyum-senyum sendiri.
Hingga suara perempuan mengalihkan pandangan mereka.
"A Jayden di sini juga?" Jayden dan Bastian menoleh.
"Eh, Ningsih." Jayden langsung tersenyum sumringah melihat wanita yang ia taksir ada di sana.
Bastian mengerutkan keningnya. "Wah, pang. Lu jangan buat ulah lu, dia anak kepala desa."
"Isshh, gak bakalan buat ulah. Gue ingat itu."
"Mari Ningsih duduk!"
"Ia a, makasih ya." Dan Ningsih pun duduk seraya tersenyum manis membuat Jayden meleleh. "Alamak, senyuman Ade bikin aa tergoda."
"Ck, lebay." Dan Bastian beranjak dari sana kembali menghampiri Kyara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Pipit Hannan
jgn sampe kyara bisa dikuasai Beni
2023-03-26
2
Benazier Jasmine
kyara gugat cerai si beni, uda dholimi u
2023-03-26
1
Anissa Bima
kalau sampek Kiara nurut wah berarti dia bego banget tuh..udah dimadu..dikasari dan tidak dinafkahi..mending Kiara lapor pak rt terus keluar dari rumahnya beni
2023-03-26
0