BAB 4. Sebuah Sentuhan

Bastian menggerutu sebab wanita itu muntah tepat ke bajunya, dan wanita itu juga pingsan. Dia terpaksa mencari penginapan terdekat karena tidak tahu kemana akan membawa wanita itu pergi. Dirinya sampai meninggalkan rekan-rekannya tanpa pamit.

"Menyusahkan saja," gumam Bastian menggerutu seraya menggendong tubuh wanita itu.

Lalu Bastian membaringkan tubuh wanita itu ke atas kasur. "Hei istri tetangga, kau itu menyusahkan sekali sih? Ngapain juga dirimu ada di sini hah? Bukannya di rumahmu malah keluyuran di tempat lain. Kalau aku bawa pulang kau ke rumahmu, bisa-bisanya suamimu mengamuk." Bastian mengomel sendiri dan dia yang akan keluar meninggalkan wanitanya sendirian, tiba-tiba tangan di tarik dan tubuhnya langsung di peluk.

"Bang Beni, kenapa Abang lakukan ini padaku? Kyara ini istrimu, tapi kenapa kamu malah bersama wanita lain, bang." Wanita itu meracau tidak jelas, mulutnya pun masih tercium bau alkohol. Kyara mengigau dengan mata terpejam

Bastian yang juga tengah mabuk tapi masih setengah sadar sedang memperhatikan wajah wanita yang sedang memeluknya. Dia kebingungan dengan racauan Kyara.

"Ada apa dengan tetangga ku ini? Tumben sekali dia minum dan meracau tidak jelas." Batin Bastian seraya menunduk menatap Kyara dan mata wanita itu perlahan terbuka.

"Bang Beni, Abang di sini. Kenapa Abang lakukan itu? Apa Abang tidak cinta lagi sama aku? Apa aku sudah tidak pandai menyenangkan mu?" Dan tiba-tiba saja ...

Cup ....

Sentuhan bibir wanita mampu menghantarkan gelombang listrik menuju setiap aliran darahnya. Seketika tubuh Bastian seolah-olah merasakan sengatan listrik yang menghantam tubuhnya hingga membuat ia kepanasan terbakar sengatan tersebut.

Bastian sampai mematung tak percaya mendapatkan kecupan manis dari wanita yang sedang merangkul lehernya.

Sentuhan bibir manis wanita itu menjadi sebuah magnet yang menghantarkan satu gelombang ke dalam seluruh tubuh Bastian. Dia seolah-olah mendapat sebuah rangsangan menghantam sekujur tubuhnya sehingga berharap lebih dari sekedar ciu man.

"Kau ...." Kali ini suara Bastian mulai berubah. Ada perasaan aneh yang menyeruak kedalam tubuh. Tetapi, baru saja ingin protes, wanita itu kembali melu mat bibirnya.

"Kenapa gerah sekali?" batin Bastian mulai risau tetapi kembali memperdalam ciu*mannya.

Bastian mengernyit tidak mengerti kenapa wanita itu senekat ini dan selalu berkata Bang Beni. Tapi, dia tidak munafik menerima kecupan itu dengan berlapang dada.

Sial ... Bastian enggan melepaskan penyatuan bibir mereka. Dia pun semakin terbuai dengan kabut gairah yang semakin meninggi. Tapi, Bastian kembali tersadar melepaskan pangutannya menjauhkan wajahnya.

"Jangan seperti ini. Ini salah." Bastian menatap bingung bola mata sayu wanita itu. Wanita itu seakan tak peduli. Akal sehatnya sudah tidak bisa di kendalikan lagi.

"Bang, aku ingin memuaskan mu. Kita lihat siapa yang pandai, Bang." Ujar wanita itu meracau tidak jelas.

Gerakan tangan yang menyebabkan kulit mereka bersentuhan semakin mengganggu Bastian. Dan satu hasrat luar biasa kembali menyerang sekujur tubuhnya seolah ada elektromagnet yang merasuk dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Wanita yang ada dibawah Bastian malah menarik tengkuk Bastian menyatukan kembali benda kenyal keduanya. Dia merasa candu akan sentuhan itu.

"Aku ingin sentuhan ini," lirihnya mengecup singkat bibir Bastian menatap syahdu laki-laki di depannya.

Seolah kehilangan akal sehatnya karena pengaruh minuman, wanita itu kembali menyambar bibir Bastian memangutnya penuh gairah. Bastian jelas terkejut saat tiba-tiba wanita itu memangutnya lagi. Tak di pungkiri gerakan wanita dibawahnya membuat resah dirinya di saat wanita itu mulai menjelajahi lehernya secara nakal.

"Nona, apa yang kamu lakukan?" Bastian melepaskan tangan wanita itu yang semakin liar tak terkendali. Lalu Bastian berdiri.

"Bang Beni, aku istrimu, aku ingin kau sentuh, Bang. Aku bisa seperti dia." Rengek wanita itu di saat gairah semakin naik ke ubun-ubun tak bisa lagi menahan gejolak hasrat yang begitu menggebu.

"Oh, sh*it ... apa yang sebenarnya wanita ini alami? Bang Beni, dimana suaminya dan kenapa bisa dia nyasar di sini?" Bastian mengumpat, dia bingung harus berbuat apa.

Kyara memeluk tubuh Bastian menyambar rakus bibir pria itu. Tangannya semakin nakal meraba dada bidang Bastian yang ia anggap Bang Beni. Ia ingin melepaskan kaos yang ia kenakan di kala rasa panas dan gairah semakin memuncak.

Bastian malah mendapatkan serangan dadakan dari wanita itu dan membuat pria itu kewalahan. Sentuhan dia perlahan menggoyahkan pertahanan Bastian. Pria itu terpancing birahi gelora asmara yang wanita itu suguhkan.

Rangsangan kecil tapi menggebu mampu menghancurkan benteng pertahanan pria tampan itu. Dia seakan lupa jika wanita itu bukanlah wanitanya. Dia seakan lupa jika keduanya bukanlah suami istri. Rasa yang bergejolak di dada tak dapat lagi di tahan. Hasrat yang semakin tinggi menambah keyakinan keduanya untuk saling melangkah menjauh.

Wanita itu yang di kuasai gairah membuat seluruh tubuhnya pasrah tak ingin mengakhiri sentuhan ini. Bastian yang tengah bernafsu tidak sedikitpun melewati setiap inci kulit putih bersih milik Wanita bernama Kyara. Bibir Bastian seakan ingin terus menyusuri apapun yang ada di hadapannya. Kyara yang tengah terbaring tanpa sehelai lainpun menggelinjang kegelian tetapi juga merasakan kenikmatan tiada tara di kala bibir Bastian bermain di bukit kembar miliknya.

Lenguhan merdu bak musik berirama mengalun merdu menciptakan sebuah irama indah menambah kesyahduan dua manusia yang tengah terpengaruh hasrat menggebu.

Bastian mendongak memperhatikan tubuh yang berada di bawah kuasanya.

"Oh, sh*it." Bastian mengumpat memperhatikan keindahan nyata di hadapannya. Ikan segar di depannya membuat Bastian kelaparan ingin menerkam santapan lezat tersebut.

"Bang Beni ...." rengek Kyara sensual meraih tangan Bastian mengarahkan pada tubuhnya untuk minta di sentuh. Kyara sudah tak bisa berpikiran jernih lagi, yang ia inginkan hanyalah sebuah sentuhan kepuasan.

Kyara kembali menyusuri leher Bastian, dia memegang erat tengkuk Bastian dengan penuh nafsu dan sangat agresif. Bastian tidak bisa lagi menahan gejolak hasratnya. Laki-laki mana yang bisa tahan jika mendapat serangan tiba-tiba dan seagresif itu. Dia laki-laki normal, dia juga memiliki nafsu, dan dia hanyalah laki-laki biasa yang tidak bisa menahan gairah hasratnya.

Namun, Kyara seperti menyadari sesuatu. "Tinggu! Kau siapa?" tanya Kyara disaat kesadarannya mulai samar-samar ingat kenyataan. Namun, rasa mabuknya malah membuat Kyara masih gelap mata dan pikiran.

"Kau bukan Bang Beni!" sentak Kyara mendorong tubuh Bastian sampai pria itu terjatuh kesamping.

"Apa yang kau lakukan di sini hah?" sambung Kyara syok sekaligus marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!