Di sudut terpencil aula makan, di balik cangkir kayu, seorang Fey melirik ke arah pintu depan. Saat bel berdering dan pintu terbuka, Fey itu kemudian kembali bersembunyi, kini di balik gentong rum. Kepalanya setengah muncul dari balik gentong, mengintip malu-malu. Dia lalu terbang laun menuju gadis pelayan yang memiliki rambut merah keemasan itu, tapi sang Fey bersembunyi lagi di balik tumpukan cangkir tepat ketika bel berdering dan pengunjung baru masuk.
"Selamat datang," sapa Estella tak acuh kepada tamu diiringi senyuman samar miliknya yang terpaksa.
"Penyihir," balas tamu itu lebih tak acuh.
Meski terpaksa Estella tetap melayani segelas mead untuk tamu itu. Estella segera melesat pergi tanpa jejak kembali ke meja pelayan, mengelap cangkir yang baru saja kosong.
Menyaksikan perlakuan 'ramah' Estella, tamu tadi langsung bergegas meninggalkan kedai. Nafsu makannya mendadak hilang.
Bel pintu berdering ricuh, pintu terbuka lebar namun orang yang membuka pintu itu mengurungkan niatnya masuk. Matanya membelalak, warna merah mata Estella yang menyambutnya dari meja pelayan sudah cukup baginya kehilangan niat mampir. "Cih," ucap tamu itu membiarkan pintu kedai terbuka lebar.
Tak aneh ketika selanjut-selanjutnya banyak tamu yang datang pergi meninggalkan kedai, yang masih kuat hanya mampu makan satu gigit sarapan mereka lalu pergi meninggalkan sisanya di meja.
"Benar, pergilah sana," gerutu Estella pada kumpulan kursi dan meja kosong di aula makan yang lengang.
Bel pintu kembali berdering, terasa lebih laun dan kali ini tamu memberanikan diri masuk. Estella menyambutnya seperti biasa. Dengan senyuman terpaksa, terlihat kaku.
"Kau terlihat lebih cantik tanpa tudung jubah yang biasa menutup separuh wajahmu. Jarang-jarang kau melakukannya, menjadi pelayan menurunkan tudung jubahmu. Walaupun terlihat tak lengkap tanpa mahkota itu."
"Pak Tua Hugh."
"Banyak-banyaklah bergaul dengan yang lain, kurasa tidak ada salahnya," ucap Pak Tua Hugh sembari menaruh tongkat kayunya di samping kursi.
"Tidak ada tempat untukku di sini," lanjut Estella sambil menuangkan secangkir Rum.
"Semua tempat di desa ini terbuka untukmu loh,"
Buih-buih memenuhi permukaan cangkir. Pak Tua Hugh menyaksikan buih-buih itu memenuhi cangkir minumnya. Disisi lain si penuang air berwarna merah itu terap diam.
"Ayolah, aku sudah tua, secangkir Rum rasanya terlalu berat untukku." Pak Tua Hugh memberi senyuman khasnya itu.
Estella mengangguk dan langsung kembali dari meja pelayan dengan secangkir air madu.
Walaupun Estella sangat menghormati orang tua itu, dia tetap merasa enggan. Lebih baik Pak Tua Hugh tidak terlalu banyak berinteraksi dengannya karena bagaimanapun juga semua kekacauan yang terjadi lima tahun lalu adalah karena Estella si "penyihir" ini.
"Sedikit dingin minumannya, jarang-jarang." Pak Tua Hugh meneguk minumannya.
Estella tak membalas. Tetap ia berdiam di meja pelayan mengelap cangkir-cangkir kotor.
"Omong-omong, di mana Kunesh? Ada yang ingin aku bicarakan dengannya," ucap Pak Tua Hugh menyadari lengang akan terus berlanjut karena Estella enggan bersuara.
Dan benar Estella hanya menjawab dengan memalingkan wajahnya ke arah tangga. Untungnya orang tua itu paham maksud Estella. Dia berjalan menggunakan bantuan tongkatnya itu, melangkah sedikit demi sedikit menaiki tangga.
"Baiklah, semoga sukses dengan pekerjaan barumu, dan juga terima kasih atas minumannya,"
"Anda juga Ser," ucap Estella dingin.
Di antara semua penduduk desa, hanyalah Pak Tua Hugh yang Estella hormati. Wajah santai nan kolot itu, berpadu dengan topi beludru tebal juga di lehernya selendang berlambang bunga. Dialah orang yang membantu Estella hidup di desa Riverrun semenjak keruntuhan keluarga Rosewell. Beliau sangat mengerti akan Estella. Tapi tetap Estella merasa lebih baik menghindarinya atau malapetaka akan datang menimpa pria tua luar biasa baik itu.
Seekor Fey mendarat di tangan kiri Estella, melipat tangannya sambil meraung-raung. Berbeda dengan para penduduk desa yang secara terang-terangan berusaha menjauhi Estella, Anak-anak Idril malah berkebalikannya. Mereka secara terang-terangan menghampiri Estella si gadis rambut merah ini.
"Hey sejak kapan kau datang?" tanya Estella sambil mengelus lembut Fey hijau itu. Sang Fey membalas dengan mendesing lucu.
Di dunia Thyr'das, ras-ras digolongkan pada siapa leluhur mereka. Manusia atau juga Humanii, mereka adalah keturunan Adam. Oleh karena itu manusia sering disebut sebagai Anak-anak Adam. Fey juga demikian, leluhur mereka adalah Idril, makanya mereka dipanggil sebagai Anak-anak Idril. Mereka adalah salah satu makhluk tertua yang mendiami dunia Thyr'das. Mereka mirip sekali dengan saudara mereka yang satunya, Elf, namun hanya berukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa. Memiliki sayap dan mata dua dengan tiga pupil mata di masing-masing bola mata kiri dan kanan.
Suara dengkuran terdengar dari arah bahu Estella. Fey itu meregangkan tubuhnya, dia terkulai di bahu kiri Estella dengan kedua tangan sang Fey terlipat digunakan sebagai bantal. Pemilik bahu menarik Fey itu hati-hati, menaruhnya di atas tumpukan beludru.
"Tunggu di sini, aku akan segera kembali," ucap Estella pada Fey itu. Yang mana sang Fey berontak, dia malah mendesing kemudian terbang di samping Estella menuju lorong hubung dan hinggap lagi di bahu Estella saat mereka sampai di lumbung belakang kedai.
Pekerjaan sebenarnya Estella adalah sebagai seorang Ostler, orang yang biasa berada di penginapan atau kedai-kedai. Ostler diberi tugas oleh tuan mereka untuk membersihkan juga merawat tunggangan para tamu, salah satunya adalah kuda perang kalau-kalau yang menginap di kedai merupakan seorang kesatria. Meski setiap hari harus terbiasa akan berbagai bau tak sedap yang menyelimuti lumbung, tapi bagi Estella ini masih lebih baik daripada menjadi pelayan kedai.
Di lumbung belakang kedai, aroma jerami yang disinari matahari, dan bau menyengat, di sinilah Estella melakukan pekerjaannya sebagai Ostler. Membilas kuda para tamu, satu-satu membasuh dan menggosok tengkuk binatang kaki empat itu, beres sudah lalu berganti lagi ke kuda lain di samping. Terus Estella lakukan, bisa lama sampai menjelang siang namun juga bisa singkat seperti saat ini. Hanya ada dua yang perlu Estella urus. Tak makan waktu.
Sebebas pekerjaan lumbung itu, apa yang selanjutnya Estella lakukan beragam, kadang kala dia membantu Mrs Adeline di ladang mereka, menanam kubis. Terkadang juga saat musim panas, Estella membantu pemburu menangkap rusa untuk dijual di pasar nanti di Rattay. Menjadi penempa atau juga penambang di hutan ujung timur. Walau tetap saja penduduk desa tidak menerimanya karena takut akan petaka. Julukan penyihir dan juga dikucilkan dan dicaci selalu membayangi si rambut merah ini. Apa yang Estella lakukan selalu hanyalah seperti tadi, menganggap orang-orang itu sebagai patung ribut dan berlagak galak pada setiap orang yang berusaha mendekatinya, berusaha menghindar dan mengabaikan mereka karena dengan begitu keluarganya akan aman setidaknya.
Bekerja paruh waktu dimana-mana tetap Estella harus lakukan bukan karena dia ingin, tapi harus, karena Estella membutuhkan banyak uang untuk kehidupannya dan keluarganya. Banyak yang menjadi pekerjaannya, apa pun mungkin bisa dilakukannya semisal keadaan mendesak. Tapi satu-satunya yang tak bisa dia lakukan adalah pergi dari perkampungan penghujung kekaisaran ini, Riverrun. Ini hukuman pengasingan atas apa yang terjadi di malam bulan merah. Kemarin malam Estella dapat pergi keluar dari Rattay pun karena dia mencuri-curi waktu yang tepat untuk pergi keluar dari Riverrun. Jika dia ketahuan, sudah mungkin melayang nyawanya.
Dikarenakan hari ini tidak banyak pekerjaannya untuk merawat kuda tunggangan milik tamu, Estella punya ide lain untuk menghabiskan waktu luang ini. Singgah di perpustakaan berdebu di kapel satu-satunya desa Riverrun. Duduk di temani remang cahaya lilin yang menerangi, membaca khusyuk buku-buku kuno.
Jari telunjuk Estella menelusuri deretan huruf, kata-kata, dan kalimat kuno. Mata rubi itu bergerak cepat mengikuti rangkaian huruf kuno. Sementara di tengah meja sana, Fey yang tadi masih keras kepala mengikuti Estella hingga ke kemari sedang duduk menyantai di atas buku bersampul hijau tua yang tersinari sinar kisi matahari. Kaki makhluk imut itu menendang-nendang udara bergantian, sambil kepala Fey itu bergerak ke kiri-kanan, menyaksikan keseriusan Estella di depannya.
"Andai Sang Guru ada di sini," ucap Estella sambil melepaskan napas panjang.
"Terlihat cukup serius—"
Dalam hitungan detik, mata belati perak sudah berada di depan leher orang yang 'menggangu' Estella. Namun suara yang tak asing itu, wajah cantiknya dia, dan mata uniknya yang berbeda warna sebelah—berwarna hijau zamrud di mata kanannya, sementara berwarna biru laut mata kirinya—, dia pasti Leclerc. Estella mengurungkan niat menggorok leher orang yang tiba-tiba datang mengganggunya.
"Ini aku Lelerc,"
"Kau mengagetkanku saja,"
"Seperti itukah balasanmu setelah aku menyelamatkanmu dari kanal kota Rattay tadi malam?"
"Tidak, aku hanya terkejut kau tiba-tiba muncul dari belakangku," ucap Estella , yang lalu matanya kembali tertuju pada deretan kalimat kuno itu. "lagian kemana saja dirimu aku tidak melihatmu sedari tadi,"
Leclerc berjalan menuju salah satu rak buku di belakang Estella. Fey tadi kini terbang ikut ke mana Leclerc pergi.
"Sebaiknya kau beristirahat, entah apa efek samping dari kejadian tadi malam," kata Leclerc sambil mengambil buku paling berdebu dari rak paling atas.
"Memangnya apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Estella, kemudian mulai dia membalikkan halaman buku. "Yang kuingat hanyalah pertarungan kecil dengan sosok misterius, lalu aku tak sadar diri kemudian,"
"Suatu saat kau harus berterima kasih kepada Sang Kondektur, dia datang tepat waktu dan membantuku membawa tubuhmu yang tak berdaya itu kembali ke Riverrun,"
"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Estella lagi, karena pertanyaannya masih belum terjawab.
"Hanya itu yang kau ingat? Sungguh kau tidak mengingat apa-apa?"
Estella diam tak menjawab, yang ada malah Fey tadi berdesing sebagai jawaban pertanyaan Leclerc.
"Ada ledakan cahaya dan kemudian dentuman dashyat mengikuti. Kau terbentur keras ke dinding lorong." Leclerc diam sejenak, bola matanya berhenti bergerak, tangannya sedikit terasa gemetar. "Selanjutnya, entah bagaimana mengatakannya, "mengerikan", hanya itu kata yang cocok menggambarkan apa yang terjadi,"
"Mengerikan?"
"Aku mendengar bisikan-bisikan, siluet hitam muncul dan berjalan menghampirimu." Leclerc menghela napas dalam, sedikit dia perlu Bersiap mengatakan yang selanjutnya. "Syukurlah makhluk itu tiba-tiba hilang ketika aku menghampirimu, tapi suara tawanya sebelumnya, bisikan-bisikannya, seakan membuat jiwaku bergidik ngeri. Terlebih aura kehadirannya yang pekat seakan menusuk seperti ribuan pedang kecil yang berterbangan,"
Seketika suasana menjadi lengang, tak ada satu pun suara di sana. Hanya kepakan sayap anak-anak Idril. Dari rak belakang Leclerc muncul.
"Sisanya kau mengingau tak jelas sepanjang perjalanan," ucap Leclerc, membuat bola mata Estella berputar ke arahnya. "Dengar, Buku Kematian sangat berbahaya, entah apa yang akan terjadi selanjutnya jika kalau kau menggunakannya," tambah Leclerc saat hendak Estella berkata. Si mata belang itu menatap lamat-lamat wajah Estella yang keberatan.
Dari cara Leclerc menatapnya, Estella tahu ini benar-benar serius. Pelayang setia keluarga Rosewell itu tidak main-main.
"Tidak akan kugunakan sering-sering, aku hanya akan menggunakannya untuk mendapatkan catatan mengenai Eru, lalu membuang buku itu ketika sudah kutemukan,"
"Estella,"
"Aku akan terus mencarinya, mengambil kembali yang telah dia ambil dan menguak kebenaran di Malam Bulan Merah,"
Leclerc menghela napas panjang, dari wajahnya yang semua dingin kemudian berubah menjadi hangat, dia pasti sudah mengira keras kepalanya Estella. Leclerc adalah pelayan setia keluarga Rosewell meskipun keluarga tersebut sudah runtuh. Dia sudah mengenal baik Estella semenjak kecil, menjadi kaki tangan Estella bahkan hingga sekarang.
"Sudah kuduga aku tak bisa menghalangimu, jadi aku harap dirimu tahu apa yang sesungguhnya kau lakukan,"
"Maka dari itu aku butuh dukunganmu selalu."
Sangat setia Leclerc pada keluarga Rosewell hinggasanya tidak peduli lagi apakah masternya seorang yang memberikan malapetaka atau bukan. Wajar saja Estella percaya sekali padanya. Tidak seperti yang dia lakukan terhadap Kunesh maupun penduduk desa.
"Hidup dan matiku kuabdikan untuk keluarga Rosewell," ucap Leclerc mantap, kemudian menundukkan kepalanya memberikan hormat terdalam. "Tapi sebelum Anda melakukan hal aneh lagi, ada berita buruk untukmu," sindir Leclerc kemudian setelah mengangkat kepalanya. Dia mengangsurkan gulungan perkamen pada Estella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ayano
Aku kira Lelerc ini tokoh baru. Ternyata Leclerc kurang huruf c
2023-07-23
1
Ayano
Kesel banget aslinya. Cuma sabar sabarin aja
2023-07-23
1
Tanata✨
laahh😱 baru juga berdiri
2023-04-29
0