Di setiap sungai-sungai besar yang mengalir, selalulah bermekaran kehidupan di sekitarnya, ikan-ikan, Anak-anak Idrill, Qualanari, hingga juga benih peradaban. Jikalah orang-orang menanyakan di mana mula peradaban leluhur mereka, semua menunjuk sungai terbesar di dunia sebagai jawaban, Sungai Alvae. Bak aliran sungai yang memberikan kehidupan di sekitarnya, Ether juga begitu.
Bila sungai kering, keringlah juga kehidupan sekitar. Bila Ether sirna, sirnalah juga kehidupan di dunia. Oleh karena itu Ether sering kali disebut sebagai aliran kehidupan, kekuatan kehidupan, kekuatan alam. Sebagai titisan para dewa, orang-orang yang mampu mengendalikan energi atau kekuatan alam tersebut sudah sewajarnya menjaga keseimbangan dunia, keseimbangan Ether. Mereka adalah The Watcher atau kerap dipanggil Para Utusan Langit, magus-magus tersohor yang bertugas menjaga keseimbangan Ether. Ya, karena rupanya selain kekuatan kehidupan, terdapat juga kekuatan kematian, Aether, dan semua itu harus seimbang. Seperti penyangga dunia ini, Pohon Kehidupan dan Pohon Kematian. Semua agar tetap berada pada tempatnya supaya dunia tidak roboh.
Beribu-ribu mil jauhnya dari desa Riverrun, tempat paling ujung Kekaisaran, di bawah langit yang sama. Berdirilah suatu kota tersembunyi dibalik gunung berkabut. Kota yang digunakan sebagai markas oleh The Watcher. Markas itu terasa nyaman tidak seperti markas barak tentara yang kotor dan berbau keringat. Di sini segala yang dibutuhkan sudah lengkap tersedia. Ruang baca yang penuh akan buku dari segala penjuru dunia, ruang medis yang berisi para magus penyembuh dan segala obat-obatan racikan mereka yang dibuat dari alkemi. Juga terdapat halaman Latihan yang selalu heboh diisi suara rapalan para magus yang tengah berlatih. Namun di ruang paling terpencil di sana, ruangan milik Master Tudor, ketegangan terasa intens mengisi malam ini. Bagaimana tidak, buku paling terkutuk di dunia, Buku Kematian, telah berhasil dicuri.
"Sejak kapan buku itu dicuri? Apa yang kau lakukan selama ini? Duduk manis menunggu istirahat tiba?" bentak Tudor pada seorang magus muda di depannya. Tertunduk merenung ia. "Apa kalian tidak mengerti seberapa berbahayanya buku kematian dalam keseimbangan Ether?"
"Tidak ada gunanya memarahinya, buku kematian sudah hilang," ucap Tuor sambil kemudian menghembuskan napas panjang. "Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang," lanjutnya kemudian.
Suhu ruangan berasa naik turun, di satu sisi napas api Tudor memberikan hawa panas menyeruak ke seluruh ruangan, di sisi lain napas es Tuor memberikan hawa dingin menusuk tulang membuat dingin beberapa sudut ruangan.
"Ini masalah serius, tidakkah kau tahu seberapa besar ledakan Ether yang terjadi jika ada yang menggunakan buku kematian?" suara Tudor terus meninggi, lebih kejam dan panas napasnya terasa. Baru kali ini dia tidak sependapat dengan saudara kembarnya, Tuor.
"Tenanglah saudaraku, mari kita tunggu kabar dari Moraine atau siapa pun dari tim penyelidik,"
Tudor berjalan mondar-mandir dari satu sisi ruangan ke sisi lain ruangan. Dia berkomat-kamit siap merapalkan mantra penghancur kepada magus muda di depannya. Magus muda di tengah sana sudah siap mendapatkan hukuman dari sang Master Api Tudor.
Mujurnya, Moraine datang tepat waktu. Datang dengan elegannya ia membukakan daun pintu lebar. "Aku membawa kabar Master Tuor, oh ada Master Tudor juga di sini." Moraine berdiam sejenak di jendela pintu. "Aku tak menyangka kedatanganmu di sini," kata Moraine agak sinis.
"Katakan segera!" bentak Tudor membalas perkataan licin Moraine.
"Singkatnya, Kekaisaran ada sangkut pautnya dengan kejadian ini. Mereka membunuh dan menyusup sebagai salah satu servant yang bertugas di Perpustakaan Langit."
"Sialan!" Tudor membanting tangannya ke atas meja. Suara keretak meja hampir hancur membuat seisi ruangan menaruh perhatian mereka pada Tudor. Sementara Moraine tetap santainya dia menutup daun pintu rapat.
Seperti elemen yang Tudor kuasai, elemen api yang membara, diri Tudor juga demikian membara hingga mudah berkata kasar setiap naik pitam. Berbanding terbalik dengan Tuor yang selalu dingin seperti elemen yang dikuasainya, elemen es.
Konon mereka berdua berubah seperti demikian ketika benua tempat bangsa mereka, bangsa Breaton, hancur menjadi arang oleh karena tindak semena-mena penguasa sana yang mengganggu keseimbangan Ether. Oleh karena itu ketika mendapatkan kabar ada orang lain ingin mengganggu keseimbangan Ether hanya untuk keinginan pribadi, Tudor selalu marah tak terkendali ingin menghancurkan kekuasaan orang yang mengganggu keseimbangan Ether tersebut. Yang mana selalulah orang dari kekaisaran lah yang melakukan eksperimen yang menyebabkan keseimbangan Ether terganggu. Mungkin ini semua agar tidak lagi ada orang yang merasakan seberapa menakutkannya ledakan Ether yang membuat Malapetaka Dunia Nomor 8 ini, Benua Hitam.
Ruangan lengang kembali terasa. Tidak ada yang ingin mengganggu keheningan ini juga tidak ada yang mau mengganggu kemarahan sang master api Tudor. Selalulah di momen seperti ini Tuor lah yang bisa mendinginkan kepala Tudor.
"Ada kah berita lain yang ingin kau sampaikan Moraine?" tanya Tuor memecah hening ini.
"Menurut informasi dari penjaga yang berada di timur, ada sedikit kegaduhan aliran Ether di sana. Kemungkinan eksperimen orang-orang kekaisaran diadakan di Provinsi Ujung Timur Kekaisaran."
"Maka begitu tujuan kita sekarang adalah ke provinsi Ujung Timur Kekaisaran," suara Tuor terasa dingin. Terlalu dingin napas es miliknya hingga mendinginkan suasana malam kelewat dingin ini.
"Mohon maaf master," ucap magus paling muda di sana, magus yang tadinya hampir ditampar oleh Tudor sebelum Moraine datang. Magus yang tengah sial-sialnya, Arne. "Tidakkah sebaiknya masalah ini didiskusikan dengan utusan dari Kekaisaran?" kata-kata yang keluar dari mulut Arne terasa bergetar.
Suasana ruangan kembali panas oleh karena napas api Tudor. Entah bagaimana akan reaksi sang Master Api terhadap perkataan lancang Arne. "Sekarang kau malah berani bicara seperti itu setelah melakukan kesalahan fatal, oh Arne?" kecut terasa suara dan perkataan Tudor.
"Tidak, dia benar, ini akan menjadi insiden besar dengan kekaisaran," kata Moraine membela. Seperti biasa suaranya yang menusuk dan sorot matanya merendahkan, dia selalu bisa memanaskan suasana lebih tinggi lagi.
"Jadi sekarang kau juga ingin aku hukum?"
"Kau bisa mencobanya, lagi pula apa yang dikatakan Arne benar,"
Api perapian terasa hilir mudik bergerak ke kiri-kanan oleh karena napas es milik Tuor dan napas api milik Tudor. Tudor membanting tangannya ke meja, api perapian berhembus ke kanan.
"Maksudmu kita harus menunggu utusan itu datang kemari, beramah-tamah beberapa hari lalu mulai kita boleh melakukan pencarian Buku Kematian?" Suara Tudor membentak keras lantang terdengar di seluruh ruangan. "Jangan bercanda! Setiap waktu kita dihabiskan disini, keseimbangan Ether semakin hancur!"
"Master insiden ini akan membuat relasi kita dengan Kekaisaran menjadi rusak. Seburuk-buruknya mereka, kita tetap perlu dukungan mereka," ucap Moraine sopan, sedikit dia mampu meyakinkan Tudor agar berkepala dingin dan menerima kenyataan ini.
"Sudah cukup saudaraku, apa yang dikatakan mereka berdua ada benarnya juga," Tuor menyela di saat yang tepat. Cukuplah dia mendinginkan kepala Tudor. "Dan kau juga Moraine, sudah cukup," tambahnya kemudian.
Di luar sana terdengar berbagai rapalan mantra dan dentuman kecil yang saling mengikuti. Cukup rasanya membuat suasana lebih tenang.
"Kalau pun begitu, mereka pasti tidak akan mengatakan yang sesungguhnya, mulut mereka sangatlah licin!"
"Para Tetua mungkin bisa, mereka akan membuka mulut bangsawan Kekaisaran dengan mudah," tutur Tuor santai. Napas es miliknya kini membuat api perapian kembali ke semula.
Tudor berdeham. "Biarkan aku yang mengabari para Tetua," Ucap Tudor kemudian berjalan meninggalkan ruangan.
Kini ruangan kembali seperti semua. Aura panas yang menyerbak menuju segala sudut ruangan sudah hilang oleh karena ketidakhadiran Tudor. Di sisi lain Arne dapat bernapas lega.
"Maafkan aku," kata Arne dengan suara menciut hampir hilang dan sembari memohon dia.
"Tak perlu meminta maaf, aku hanya ingin kau mengatakan kejadian lengkapnya bagaimana Buku Kematian mampu dicuri."
Arne semakin menundukkan kepalanya, seketika dia bersujud mencium lantai panil ruangan itu. "Mohon maaf Master, aku tidak mengetahui apa-apa, semua berlalu begitu cepat, dalam hitungan detik aku mendengar jeritan salah seorang servant. Lalu setelahnya di tempat kejadian aku menemukan seorang servant tergeletak tak berdaya ditikam sosok berjubah hitam," kata Arne suaranya semakin menciut dan menciut hampir hilang.
"Lalu ke mana sosok itu pergi?"
"Dia berlari menuju kegelapan lorong utama dan seketika menghilang begitu saja dalam kegelapan,"
"Apa kau melihat sigil yang dikenakan si pencuri?"
"Tidak, tapi kurasa memang dia dari bagian Kekaisaran,"
"Persis seperti yang tim penyelidik katakan padaku," tambah Moraine di sudut ruangan sana. "Bedanya tim penyelidik menemukan petunjuk di pusat kota Zagush, ada bangsawan Kekaisaran yang mati di sana."
Tuor hanya mampu menghela napas dalam. Informasi sangat tidak berguna, mungkin seperti itulah yang ingin dikatakan Tuor namun Tuor tatap merenungi kejadian itu. Pertama, bagaimana mungkin orang lain dapat masuk ke Perpustakaan Langit tanpa terdeteksi. Kedua bagaimana mereka dapat tahu markas utama The Watcher yang tersembunyi tidak ada orang yang tahu hanya sedikit petinggi dari Kekaisaran dan anggota The Watcher itu sendiri yang tahu lokasi kota Zagush berada. Tebakan paling mungkin adalah seperti tadi, petinggi kekaisaran memang terlibat kejadian ini.
"Bagaimana menurut pendapatmu Arne? Kau kan yang menjaga Perpustakaan Langit waktu kejadian tersebut." Tanya Tuor kembali. Namun sebelum Arne hendak menjawab, Tuor mempersilahkan Arne mengangkat wajahnya dulu.
"Aku tidak tahu, tapi menurutku mungkin si pencuri sudah berada di dalam kota Zagush jauh lebih lama sebelum kejadian ini terjadi,"
"Baiklah terima kasih, kau bisa pergi sekarang." Tudor berjalan menuju depan jendela. Matanya menatap kota bagai Surgawi di depan sana. Sebuah menara tinggi berdiri sampai menembus awan-awan. Tuor menambahkan persis sebelum Arne meninggalkan ruangan, "Jangan beri tahu kejadian ini pada siapa pun,"
Daun pintu tertutup rapat. Suasana malam ini kembali hening, satu dua dentuman terdengar kemari. Walau lebih sedikit dan tak seheboh sebelumnya.
Tidak ada yang dapat Tuor lakukan saat ini, informasi yang ada mengalami kebuntuan. Satu pun kerusakan di Perpustakaan Langit saja tidak terjadi, tidak ada juga jejak kejanggalan sistem pertahanan kota Zagush. Seakan si pencuri hilang begitu saja di kegelapan sambil membawa buku paling berbahaya di dunia Buku Kematian.
"Mungkinkah ada seseorang penghianat di antara kita yang melanggar sumpah?"
"Mari kita cari tau lebih lanjut setelah para tetua menginterogasi utusan dari Kekaisaran."
Berdoa dan berharap saja yang bisa Tuor lakukan sekarang. Berdoa agar tidak terjadi sebagaimana yang terjadi di dataran leluhur Tuor di benua seberang. Semua berubah menjadi arang. Tidak ada yang selamat, semua di benua itu hancur seketika ledakan Ether terbesar di dunia di era ini terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Tanata✨
"kesetimbangan" -> "keseimbangan"
2023-06-26
1
Tanata✨
Sangat bertolak belakang sekali🫠🫣
2023-06-26
1
Tanata✨
"bagaiman" -> "bagaimana"
2023-06-26
1