#10 Jejaknya

Setelah sekian lama keheningan menemani keduanya selama dalam perjalanan. Daddy Albert pun angkat suara tanpa melihat pria yang sebagai menantunya berada di sampingnya. "Aku ingin bertanya, Leo kau menyukai putri ku?"

Leo langsung mengerem mendadak, dadanya cenat cenut seakan ingin keluar. "Maaf Dad," ujarnya menyalakan kembali mobilnya. Butiran keringat itu menetes keluar. Dia melirik Daddy Albert. "Kenapa Daddy menanyakan itu?"

"Kau menikahi putri ku karena perjodohan, dan aku tidak ingin putri ku tidak bahagia."

Kalau sampai putri ku kau buat menangis, aku sendiri yang akan menghancurkan wajah mu itu batin Daddy Albert.

Kenapa Daddy bertanya seperti itu pada ku? Apa jangan-jangan aku dan Maicha sudah ketahuan? Aku tidak ingin ketahuan. Semoga saja tidak batin Leo.

"Dad, bukankah cinta bisa datang kapan saja. Ya, aku menyukai Maicha."

"Bohong, kau tidak berbohong bukan. Ingat, jika terjadi sesuatu pada Maicha. Aku tidak akan memaafkan mu."

"Iya Dad," ujar Leo menahan gejolak ketakutan di hatinya.

Mobil hitam itu pun sampai di sebuah gedung pencakar langit. Daddy Albert turun tanpa sepatah kata apapun. Melihat raut wajah mertuanya, Leo merasa kekhawatiran yang luar biasa. Ac dingin di mobilnya seakan tak berfungsi, butiran keringat sebesar biji jagung itu mengalir di pipinya.

Selama ini dia tidak pernah merasa kegugupan dan ketakutan. Entah mengapa saat ini ia takut luar biasa. "Aku harus berhati-hati. Aku tidak boleh ketahuan jika aku menjalin hubungan dengan wanita lain, setidaknya sampai perceraian."

Leo memutuskan menuju ke kantornya dan sesampainya di sana. Asistennya menghampiri Leo, sejak tadi dia menunggu bosnya itu. Pria bernama Daniel itu pun membisikkan sesuatu dan membuat Leo mengerutkan keningnya. Dia buru-buru menuju lift dan pintu lift itu sampai di ruangannya, tepat di lantai 15.

Ia sangat takut hubungan rahasianya terbongkar. Selama menjalin hubungan, ia tidak pernah membongkar hubungannya dengan siapa pun kecuali istrinya itu.

"Audreey, kenapa kamu bisa datang kesini?" tanya Leo. Ia takut beberapa karyawannya curiga dan nama baiknya tercoreng.

"Leo," Audrey langsung berlari menghampiri Leo kekasihnya itu.

"Kenapa kamu bisa datang kesini?" tanya Leo. Sedangkan Daniel memilih mengundurkan diri dari ruangan bosnya itu.

"Aku takut terjadi sesuatu pada mu Leo. Kau tau sendiri aku sangat takut Maicha berbuat nekad pada mu." Audrey mengurai pelukannya dan menangis.

Leo menghela nafas, ia tidak bisa marah pada Audrey karena mengkhawatirkan dirinya. "Maicha tidak akan melakukan apa pun pada ku, tetapi jangan seperti ini. Aku takut hubungan kita terbongkar dan ..." Leo menghentikan ucapannya.

Audrey memahami apa yang di rasakan Leo, tapi ia takut Maicha berbuat manis dan menjerat Leo. "Aku tidak mau kehilangan mu."

"Kau tidak akan kehilangan ku Audrey. Sekarang pulanglah, aku tidak ingin ada beberapa karyawan curiga."

"Baiklah, nanti malam Mommy mengajak mu makan malam. Kau bisa menghadirinya kan?"

Leo mengangguk, ia akan usahakan menemui calon mertuanya itu.

"Baiklah, aku dan Mommy menunggu mu. O iya hari ini aku mau ke Mall dan Mommy."

"Baiklah, kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan, kamu bisa mengatakannya pada ku." Leo mengecup kening Audreey dan Audrey pun berlalu pergi.

Sementara di tempat lain.

Maicha dan Mommy Viona tengah bersiap-siap menuju ke butik. Keduanya akan menghabiskan waktu bersama dengan jalan-jalan.

"Sayang kamu sudah siap?" tanya Mommy Viona.

"Iya Mom, ayo kita berangkat." Maicha membawa mendorong kursi Mommy Viona ke mobilnya. Seorang sopir membantu Mommy Viona duduk ke mobil hitam itu.

"Mom, bagaimana dengan Daddy? Mommy sudah memaafkannya?" tanya Maicha. Ia penasaran dengan kedua orang tuanya yang berpelukan tadi. "Daddy sudah menyesalinya."

"Iyah, Mommy dan Daddy sudah baikan. Hati Mommy lega. Bagaimana hubungan mu dengan Leo? Mommy berharap hubungan mu baik-baik saja."

"Iya Mom." Sahut Maicha. Ia tidak ingin membahas Leo.

Selama di perjalanan, keduanya memilih diam sedangkan Maicha diam-diam menghubungi Andreas. Keduanya pun telah sampai di Mall ternama. Maicha turun dari mobilnya dan membantu Mommy Viona keluar dan di bantu oleh sopirnya.

Keduanya pun berjalan masuk dan memilih beberapa pakaian yang di sukai dengan beberapa merek. Tak lupa kedua wanita itu memilihkan pakaian untuk para suaminya, tapi tidak dengan Maicha. Dia memilih kemeja untuk Andreas serta dasinya.

Tepat jam 01.00 siang, mereka pun memilih menuju sebuah Restaurant. Pada saat keduanya membuka pintu dan masuk beberapa langkah, siapa sangka mereka berpapasan dengan dua orang wanita dan membuat rahang Maicha dan Mommy Viona mengeras..

"Sungguh takdir kita berjumpa di sini, Viona." Wanita itu tersenyum sinis melihat wanita yang berada di kursi roda tanpa melakukan apapun.

Audrey mengerutkan keningnya, ia merasa ibunya mengenali ibu dari Maicha. "Mommy kenal?" tanya Audrey.

"Tentu saja dia kenal, karena seorang PELAKOR pasti akan mengenali orang yang dia rusak." Maicha menekan tiap perkataannya. "Seorang perusak pasti akan merasa menang, padahal sesungguhnya dialah yang tidak tau malu dan tidak memiliki harga diri."

Audrey masih menyimak percakapan keduanya, karena dia memang tidak tau. "Apa maksud mu berbicara seperti itu Maicha?"

Ingin sekali Maicha berteriak di depan Audrey kalau ibunya seorang wanita yang tak tau diri. "Tanyakan saja pada ibu mu. Aku harap kau tidak mengikuti jejaknya, tapi aku lupa kau sudah mengikuti jejaknya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!