#Jijik

Krek

Suara heels memecahkan keheningan ruangan temaram itu. Cahaya pintu itu seakan mengikutinya. Ekor matanya melihat ke arah lantai dan kedua matanya langsung memerah, namun ia tahan. Ia memang berselingkuh, tapi kesucian tubuhnya masih terjaga.

"Ternyata begini, kalian tidak menghargai ku." Tangannya terkepal kuat meluhat kedua insan yang sedang tidur pulas di bawah selimut.

Dia merogoh ponselnya dan memotret sepasang insan itu dan kembali memasukkanya.

Maicha berbalik, dadanya langsung panas. Air matanya ia tahan, ternyata masih sakit, mungkin di kehidupan dulu ia pernah menaruh harapan. Ia melangkah dengan nafas yang terasa panas.

Brak

Dengan kasarnya Maicha menutup pintu kamarnya hingga tanpa sadar membangunkan kedua mata seorang pria.

Rasa pusing yang di alami pria itu membuatnya menggelengkan kepalanya dan menekan dahinya. Ia memejamkan kedua matanya dan kembali membuka kedua matanya. Kedua netranya tertuju pada selimut, selimut yang ia kenal, perlahan kedua matanya melihat ke samping dan sejenak ia tertegun.

Dadanya berdetak lebih cepat, ia mengusap wajahnya dengan kasar berusaha menghilangkan halusinasinya. Ia tidak percaya dengan pemandangan di depannya.

"Audreey?"

"Tidak, apa yang aku lakukan?" Leo mencoba mengingat kejadian yang menimpannya. Hingga rahangnya seakan terjatuh setelah mengingat semuanya.

"Apa yang aku lakukan?" Rasa takut dan khawatir menghantuinya. Seunur hidupnya ia tidak pernah mengalami ketakutan seperti ini. Tubuhnya langsung panas dingin. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lakukan.

Ia pun langsung turun dan mengambil jubah tidurnya, lalu menuju ke depan jendela. "Tidak mungkin, ini pasti mimpi." Selama ini ia memiliki hubungan yang dekat, tapi ia tidak pernah sampai langsung berhubungan dalam masalah ranjang. "Apa yang harus aku lakukan? Jangan sampai Maicha tau."

"Sialan!"

"Brengsek!" Makinya dengan memukul udara. Hatinya tak tenang ia sangat takut dan ketakutan ini membuatnya tak bisa berpikir jernih.

"Tidak, tidak, Maicha tidak boleh tau."

"Semoga dia belum pulang."

Leo langsung keluar dengan langkah terburu-buru. Ia melihat sekeliling ruangan, cahaya lampu luar menyelinap masuk melewati jendela kaca. Suasana sepi itu tidak meyakinkan dirinya kalau Maicha sudah kembali. Ia pun melihat ke garasi dan melihat mobil Maicha. Ternyata Maicha sudah pulang, tubuhnya langsung lemas dalam sekejap tubuhnya merosot ke lantai.

"Maicha, Maicha pasti sudah melihatnya. Dia pasti sudah melihatnya, aku, aku.harus menjelaskannya. Dia tidak boleh salah paham." Leo berdiri, ia kembali masuk ke dalam ruangan megah itu dan berlari menuju lantai atas. Dia berlari ke arah salah satu kamar dan membuka kamar itu, namun tidak melihat apa pun.

"Kemana dia?" Leo beralih ke kamar lainnya. Dia lantai atas itu terdapat 4 kamar khusus. Dia pun beralih ke kamar satunya, namun lagi-lagi tidak ada hingga kamar terkahir.

Peluh keringat membasahi wajahnya, ia membuka pintu kamar itu dan perlahan mendekati ranjang. Terlihat seorang wanita membaringkan tubuhnya memunggunginya.

Leo perlahan mendekat, tangannya bergerak ingin membangunkannya namun ia cegah, rasanya sangat berat. Rasa sakit seperti di tusuk oleh tombak membuatnya tak kuat untuk menghirup dan menghembuskan nafasnya.

Tanpa dia sadari air matanya menetes keluar. Bibirnya bergetar ingin mengucapkan sesuatu. "Maicha." lirihnya.

Maicha meremas kuat selimutnya. Ingin sekali ia mengusir pria di belakangnya. Namun ia tahan karena ia tidak ingin melihat wajahnya, ia merasa jijik melihat wajah pria itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***